"Plan, makan sarapanmu, sebentar lagi kita harus masuk ke pesawat."
Plan mendesah sembari menutup aplikasi instagramnya. Sudah 8 hari ia bersama keluarganya liburan ke Norwegia, selama itu juga ia sangat merindukan Mean. Dengan adanya dunia digital yang semakin canggih, Plan seharusnya bisa berkontak langsung dengan Mean. Hanya saja, perbedaan waktu antara Bangkok dan Norwegia membuat ia kesusahan berkomunikasi secara langsung dengan Mean lewat panggilan video.
Jujur saja, Plan sedang gusar. Ia ingin segera mengontak Mean begitu ia sedang sendirian. Namun kamar hotel yang disewa keluarga, tidak memberikan akses bagi Plan untuk berduaan dengan Mean. Bahkan selama satu minggu ini, Mean tidak pernah meneleponnya. Hanya pesan singkat lewat aplikasi Line itu pun hanya menanyakan apakah Plan sudah melihat Aurora atau belum.
Apakah Mean tidak peduli pada hubungan mereka lagi? Plan sempat kesal karena Mean begitu sibuk dengan agenda pekerjaan padahal ini liburan Songkran. Kekesalan Plan semakin memuncak ketika ada foto screenshot beredar di dunia Instagram dan twitter. Isinya tentang kolom komentar milik salah satu aktris muda Thailand. Di sana Mean meninggalkan komentar bahwa mereka akan bertemu di suatu acara. Plan sangat ingin tahu acara apa itu. Apakah promosi film Mean dengan wanita itu atau apa? Perasaan insecure yang muncul dalam hati Plan semakin membuatnya gelisah. Plan kesal pada dirinya, seharusnya ia sedang bersenang-senang dengan keluarganya dan bukan memikirkan orang yang bahkan mungkin saja tidak memikirkan dirinya.
Plan membanting bantal ke dinding, meluapkan amarahnya pada benda apa saja yang ada di sekitar. "Mean brengsek!" makinya pelan. "Kau," kali ini bantal lain melayang, "sangat kurang ajar!"
Untung saja Prim dan orang tuanya sudah ada di bawah untuk makan malam. Sekarang sudah jam 6 petang waktu Oslo. Plan membuka ponselnya. Seharusnya di Bangkok masih jam 11 malam. Tidakkah Mean ingin tahu kabar Plan? Setidaknya tanyakan bagaimana kondisi Oslo, apakah lebih dingin dibanding wilayah sebelumnya? Begitu. Plan terlalu berharap hingga membuat hatinya sesak.
Satu pesan muncul. Plan membuka cepat.
.
Prim
Cepat turun, dasar manja! Mean sedang sibuk, jangan menunggu pesannya!
.
Plan tertawa sarkas. Bahkan Prim tahu apa yang sedang Plan pikirkan.
Satu pesan lagi muncul. Plan tidak ingin berharap banyak.
.
Prim
Jika kau tidak turun, kuhabiskan jatah makan malam milikmu.
.
Seharusnya sejak tadi Plan ikut turun. Percuma waktu satu jam miliknya menanti balasan dari Mean. Ia kembali membuka pesan terakhir yang dikirimkan Plan untuk Mean sebelum terbang ke Oslo. Empat jam yang lalu.
.
Me
Hei, Mean. Aku mulai bosan dengan suhu dingin. Apa di Bangkok masih panas seperti biasa?
-seen.
***
"Tidak bisakah kita pulang lebih awal, Mom?" Plan mulai merajuk. "Aku tidak bisa menemui aurora, di sini sangat dingin. Aku tidak bisa gerak bebas. Aku bosan!"
Prim melihat Plan malas. "Sana pulang sendiri! Jangan membuat liburan keluarga ini rusak gara-gara kau rindu Mean!"
"Aku tidak rindu padanya!" Plan mengelak.
"Aku ini kakakmu. Aku tahu kau itu seperti apa. Masih untung Mean mau meladeni tingkahmu yang kekanakan."
Plan menatap Prim. Kesadaran menghantam dirinya cukup telak. Apa Mean berpikiran sama seperti Phi Prim?
KAMU SEDANG MEMBACA
Badai
FanfictionTidak mudah mempertahankan sebuah kapal bila pemimpinnya bahkan saling bersitegang. Plan tidak pernah membayangkan akan terjebak dalam lingkaran perasaan yang rumit terhadap teman sekaligus pasangan kerja dalam label 2 wish bernama Mean. Apa yang se...