Prim mengendarai mobilnya pelan. Dari kaca spion dalam mobil, ia bisa melihat adiknya tidur di kursi belakang. Prim baru benar-benar menyadari bila tubuh adiknya mulai mengecil. Dirinya memang rindu tubuh adiknya yang dulu; kecil dan menggemaskan, namun Prim tidak ingin proses menuju itu malah membuat adiknya harus mengalami hal mengerikan.
Plan tidak mendengkur sama sekali. Wajahnya tampak sangat pucat. Dua jam yang lalu Prim syok ketika Plan memberitahu bahwa adik lelakinya kecelakaan. Saat itu Prim sedang tugas di rumah sakit tidak jauh dari lokasi Plan berada. Prim yang panik langsung saja meninggalkan ruang dinasnya, membuat beberapa temannya melongo melihat Prim seperti kesetanan.
Tidak sampai 15 menit, Prim akhirnya sampai ke lokasi di tempat Plan kecelakaan. Prim melihat CR-V putih milik adiknya tapi tidak ada siapa-siapa di dalam. Prim kembali diserang kepanikan. Airmatanya sudah tumpah sedari perjalanan. Tidak pernah dirinya setakut dan secemas ini. Tangannya sampai bergetar. Prim juga tidak memberitahu kabar ini pada siapapun bahkan pada ayah dan ibunya. Sial, Prim bahkan tidak ingat dengan P'Puphae dan pekerjaan Plan. Ia hanya ingin memastikan adiknya baik-baik saja.
Awalnya Prim masih bisa mengendalikan diri saat menyadari Plan masih bisa menghubunginya dan memberi alamat keberadaannya. Namun ketika Prim tidak menemukan Plan di lokasi kejadian, hanya menemukan mobil putih milik Plan, Prim kembali terisak. Kepalanya beredar mencari keberadaan Plan. Dia bahkan sudah bertanya pada beberapa orang di jalan yang saat itu memang tidak ramai. Prim sudah berjalan 10 menit, mencari tanpa kepastian karena ponsel Plan tidak lagi bisa dihubungi.
Lalu, ia sangat ... sangat bersyukur dengan warna rambut Plan yang tidak biasa. Pertama kalinya Prim merasa bahwa Plan tepat membuat rambutnya jadi objek eksperimen adalah keputusan yang tepat.
Plan duduk di sebuah restoran sederhan dengan masker menutupi wajah. Prim langsung tahu itu adiknya, terimakasih pada warna rambutnya sekali lagi. Cepat-cepat Prim masuk dengan airmata yang semakin deras namun hatinya mendapat kelegaan luar biasa.
Saat mata Prim menatap Plan, ia menemukan bahwa adiknya dalam keadaan tidak baik. Plan sangat pucat, bibirnya terus bergetar. Bahkan ketika Plan berusaha untuk meminum air yang ada di gelas, Prim melihat gelas itu bergetar hebat di genggaman Plan.
Prim mengusap Plan yang membuat Plan terkejut dan menjatuhkan gelasnya. Mata Plan begitu sayu dengan kantung mata tebal. Ketika Plan melihatnya, Prim melihat senyum adiknya yang terlihat mengerikan. Seolah ia tengah menatap orang lain, bukan Plan yang dikenal selama ini.
Ketika Prim memastikan bahwa Plan tidak terluka secara kenampakan fisik—Prim calon dokter, ia langsung mengajak Plan menuju rumah sakit tempat ia dinas.
Teman-teman Prim langsung berbisik-bisik ketika Prim menuntun Plan memakai kursi roda menuju ruang pemeriksaan. Plan memang menjadi figur yang sedang naik pamor. Beberapa teman Prim sampai membuat gadis itu sebal karena memaksanya meminta foto Plan karena mereka naksir Plan. Prim hanya bisa tersenyum kecil mendengar permintaan aneh-aneh mereka itu.
Setelah dipastikan tidak ada luka dalam dan hanya mengalami syok ringan, Plan diberi obat untuk meredakan ketegangannya. Tidak lama, Prim meminta izin untuk mengantar adiknya pulang. Belum sampai 10 menit perjalanan, Prim melihat Plan tertidur.
Sekarang, Prim sudah menoleh untuk ketiga kalinya pada tubuh Plan yang terlihat ringkih. Beberapa kali Prim menangkap adiknya menggumamkan sesuatu seperti ... suka, ... jangan, ... maaf, ... tunggu, dan ... Mean.
Meski samar-samar, Prim sangat yakin Plan menggumamkan nama Mean beberapa kali. Ada apa sebenarnya dengan dua anak ini? Begitu menyadari bahwa Prim belum mengabari siapapun mengenai kondisi Plan yang buruk dalam artian psikologisnya, Prim langsung menghubungi ibunya dan mengatakan hendak pulang lebih awal bersama Plan. Ibunya masih bekerja, Prim memakluminya. Sengaja menghindari topik kecelakaan Plan dan mengatakan Plan sedang tidak enak badan karena kelelahan dan Prim menjemputnya dari tempat kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badai
FanfictionTidak mudah mempertahankan sebuah kapal bila pemimpinnya bahkan saling bersitegang. Plan tidak pernah membayangkan akan terjebak dalam lingkaran perasaan yang rumit terhadap teman sekaligus pasangan kerja dalam label 2 wish bernama Mean. Apa yang se...