"Semuanya berlalu begitu cepat
Karna hidupku dan rapku, semua itu biasanya terlalu cepat
Sekarang semuanya kembali ke tempatnya
Bayanganku tercermin di langit
Aku berdiri di kegelapan
Menunduk, ke tumitku"Hariku selalu sama, setiap hari mengulangi bagian yang sama. Aku tengah duduk di meja kasir, seperti biasa menjanga mini market. Untuk menghilangkan rasa bosan aku terkadang menulis beberapa lirik lagu atau sekedar mendengarkan musik-musik underground. Inspirasi biasanya banyak berdatangan ketika malam hari, entah mengapa namun aku merasa terinspirasi untuk beberapa saat.
Cling~ cling~Bel pintu masuk berbunyi menandakan ada pelanggan yang datang malam itu. Aku hanya melirik sekilas kearah pintu, dan terlihat seorang pria bermantel hitam berjalan kearah rak makanan instan. 'mungkin dia ingin satu cup mie hangat dengan campuran telur dan sosis malam mini' pikirku. Dan benar saja, tak lama setelah dari sana dia berjalan kearah meja kasir dan menaruh satu cup mie instan, sebungkus sosis, dan telur mentah. Kuletakkan note kecilku di sebelah meja kasir dan menghitung semua belanjaannya. Hanya keheningan yang ada diantara kami. Dia terlihat mengeluarkan sesuatu dari dompetnya, sebuah kartu untuk membayar belanjaannya. Tanpa bicara apapun kemudian dia langsung pergi keluar toko. Entah sejak kapan, sepertinya aku sering sekali bertemu orang-orang pendiam akhir-akhir ini.
Kulirik jam dinding, waktu menunjukkan pukul 4 pagi, sebentar lagi waktu kerjaku akan berakhir. Kuregangkan tubuhku sejenak untuk kemudian berjalan kearah rak-rak makanan dan merapihkan semuanya sebelum meninggalkan toko. Semuanya tenang-tenang saja hingga terdengar bentakkan seorang pria dari luar sana. Aku menolehkan kepalaku melihat keluar dari jedela apa yang sebenarnya terjadi. Seorang pria tengah menyeret tangan sorang gadis muda. Aku tak begitu terkejut melihat pemandangan itu, karna hal seperti itu sudah lumrah terlihat disekitaran sini. Yah kota besar, kau tahulah seperti apa. Aku mencoba untuk acuh pada kejadian diluar sana. Namun pria itu berteriak semakin kasar dan terdengar suara tamparan yang begitu keras, tidak, mungkin itu pukulan. Aku pun menolehkan kepalaku ke luar lagi. Gadis itu jatuh tersungkur dengan isakkan yang terdengar memilukan. Aku benar-benar tak tahan jika sudah seperti ini, ini benar-benar sudah kelewatan. Aku berjalan keluar toko bermaksud melerai mereka berdua.
Aku membantu gadis itu berdiri dan pria itu sekarang meneriakiku.
"hey, siapa kau? Jangan ikut campur urusan kami!"
"maaf pak, bukan maksud saya ikut campur urusan anda, namum bukankan tidak baik memukul seorang gadis seperti ini" jawabku dengan bahasa sesopan mungkin.
"Apa kau kenal dengan jalang ini hah! Aku telah membayarnya dan dia harus melayaniku, namun dia malah berlari dan kabur seperti ini!" pria itu kembali berteriak sambil menujuk-nunjuk gadis disebelaku. Sedangkan gadis itu terus menangis dan memeluk tubuhnya sendiri.Aku hanya bisa menelan ludah sendiri melihat situasi ini. Bodohnya aku, seharusnya aku tidak perlu ikut campur dengan urusan seperti ini.
"Tapi pak, bagaimanapun juga tidak usah sampai memukulnya seperti itu."
"Diam kau brangsek!" ucap pria itu sambil melayangkan tinjunya ke arahku.
Aku menahan tangan gempalnya, kemudian mendorongnya menjauh. Dia terhuyung dan terduduk di jalanan. Bodoh sekali, untuk apa melawan orang mabuk seperti ini pikirku.Aku berjalan masuk kedalam toko sambil memapah gadis tadi, tidak peduli lagi apa yang diteriakan oleh pria itu. Aku mendudukan wanita itu di meja makan toko dan memberikan mentelku padanya, memberikan sagelas teh hangat dan membiarkannya duduk sendiri disana tanpa bertanya apapun. Aku rasa gadis ini cukup belia untuk bekerja sebagai wanita penghibur seperti ini, ah, apa peduliku, pasti dia punya alasan pikirku mengalihkan pikiran negatif tadi. Akupun melanjutkan kegiatan beres-beresku yang sempat tertunda, selagi gadis itu menenangkan diri. Setelah semuanya selesai, aku bermaksud kembali ke meja kasir.
"Terima kasih" terdengar suara lemah dari gadis itu, suaranya lemah namun terdengar tegas.
Aku menoleh dan membalikan tubuhku ke arahnya.
"Tidak masalah", aku pun tersenyum ke arahnya. Aku berjalan mendekat, mungkin dia ingin menceritakan sesuatu."Apa kau tidak apa-apa?" tanyaku padanya, ku tarik sebuah kursi dan duduk menghadap ke arahnya.
"Tidak, ini biasa terjadi sebenarnya"
jawabnya tersenyum getir.
"Sebaiknya kau pulang nona, biar aku antar. Apakah rumahmu dekat dari sini?."
"tidak perlu, aku bisa pulang sendiri. Lagi pula kau masih harus bekerja bukan?" Tanya gadis itu tanpa menatapku, sedari tadi dia hanya menatap keluar jendela.
"Tidak, jam kerjaku sudah habis sekarang" jawabku santai.Jujur aku tidak ada maksud modus atau apapun, aku hanya takut jika membiarkannya pulang sendiri, dan lagi pakaiannya yang minim seperti ini, aku takut terjadi apa-apa padanya. Setelah menunggu pemilik toko datang, aku pamit dan langsung pergi keluar menuju gadis itu yang tengah menungguku di depan toko.
Arunika telah terlihat, namun jalanan masih sepi. Mungkin sekarang sudah pukul 6 pagi. Aku berjalan beriringan dengan gadis ini. Tak ada percakapan yang terjadi sejak kami keluar toko.
"Dimana rumahmu? Apakah jauh?" tanyaku memecah keheningan.
"Tidak, tidak begitu jauh" jawabnya singkat, lagi, tanpa melihat ke arahkuKuputuskan untuk tidak berbicara apapun lagi. Pagi hari seperti ini memang sangat menenangkan. Pepohonan di sisi kiri kanan jalan menuangkan oksigennya di sepanjang jalanan ini, burung-burung kecil yang bersautan menambah ketenangan di pagi hari, dan lagi belum adanya aktifitas kendaraan yang berlalu-lalang. Beruntunglah pagi ini tidak begitu dingin seperti biasanya, karena mantelku masih digunakan oleh gadis ini.
Mungkin sudah sekitar 15 menit kami berjalan, dan akhirnya sampailah kami di sebuah apartemen sederhana, mungkin bisa disebut dengan rumah susun, ya intinya seperti itulah.
"Terima kasih telah mengantarkanku, maaf telah merepotkan." Ucap gadis itu padaku tanpa ekspresi sama sekali.
Aku hanya menganggukkan kepala dan dia membukukkan tubuhnya sedikit lalu berlalu pergi. Aku pun berbalik dan berjalan pulang. Kalau dilihat-lihat lagi, daerah ini tidak begitu jauh dengan daerah tempat tinggalku.Ku rebahkan diriku di kasur kecilku ini, mengingat semua yang terjadi tadi pagi. Sebenarnya mengapa aku melakukan hal seperti tadi, padahal tidak ada untungnya sama sekali, apa yang aku dapat? Bahkan nomor ponsel seorang gadis pun tidak. Aku terkekeh dengan pikiran anehku ini, apa maksudnya mendapatkan nomor ponsel seorang gadis? Ponsel pun aku tak punya. Hanya sebuah mp3 kecil yang setia menemani hari-hari kelabuku. Aku kembali menunduk setelah beberapa saat pikiranku melambung kelangit dan memikirkan hal-hal bodoh barusan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Terima kasih telah membaca.. Ditunggu kritik sarannya yaaa.. Don't forget to click star button
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Rain
FanfictionSaat hujan, aku Mendapatkan sedikit perasaan bahwa aku punya teman Aku tak kesepian saat kau turun Ku mohon tetaplah di sisiku Walau aku tahu, tak ada kata selamanya di dunia ini. Forever rain - RM Btw, ini tulisan pertamaku yang aku upload 'lagi'...