part 6

16 2 0
                                    

Kala fajar mulai menyingsing di ufuk timur bersama cuitan burung saling bersahut merdu.

Dan suara kokok ayam yang terdengar lantang bagai menyerukan alam,pagi mulai nampak.

Namun gunung-gunung masih saja berselimuti awan putih.


Secangkir teh hangat wujud tulus dan patuh ibunda menemani fajar si abah yang matanya telaten pada baris kata koran dan tangannya yang telaten membalikkan halaman koran.

Di kala pagi ini ku sambang bocah-bocah cilik menampakkan gelak tawanya dan kemujurannya. Memangah,memuja alam yang menawarkan pukau hingga tak sanggup berpaling darimu.

Padi-padi yang melambai dan daun-daun yang terombang-ambing oleh angin seolah menyapa tani yang siap menyiangi sawahnya.

Serta bunga-bunga yang bermekaran dengan indahnya.

Sungai-sungai yang jernih surga para ikan. Pohon yang tinggi dan panorama perbukitan nan luas,lengkap fauna berlarian kesana-kemari.
Pemandangan yang elok di pagi ini.

Hingga fajar kian terik,alam semakin memikat hati untuk kembali mencintaimu. Sampai akhir sang fajar mulai nampak tergelincir di ufuk barat.


Sungguh dikau tak ada celah keindahan,sungguh menawan,memesona untuk ku syairkan alam.
Sungguh hingga ku menggilaimu wahai alam.

Hai,alam jika aku kembali menyairkan puisi untukmu jangan kau sirnakan keasrianmu


Hai, sang fajar sinari alam asri ini dengan cahya-mu yang apik dan elok


Hai,fauna-fauna jika aku kembali menyairkan puisi padamu jangan kau sirnakan eksistensimu.


Alam asriku alam Wonosobo










Ilusi kata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang