Sebuah luka yang tertoreh di masalalu, jelas akan sangat sulit untuk di lupa, bahkan dengan cara apapun, semua akan tetap sama, terlebih setiap luka akan meninggalkan sebuah bekas, yang mana akan sangat sulit untuk di hapuskan.
Sekeras apapun kita berusaha untuk berubah, semua akan terasa sama, banyang dan seluruh perbuatan buruk masalalu akan terus menempel, bak noda kotor yang tertempel pada kain putih, polos, akan selalu meninggalkan bekas yang tentu akan sulit untuk di hilangkan.
itulah hukum alam, dimana luka akan selalu berbekas, baik fisik maupun ingatan.
"Jadi, giamana kedepannya?" ucap seorang pria yang kini tengah asik dengan rokoknya, kemudian tangannya mulai bergerak, meraih cangir berisikan cairan hitam pengimbang sebuah nikotin dalam tubuh, kopi yang mampu menemani setiap hisap asap penuh akan zat berbahaya.
Sedangkan pria yang di tanya, hanya terdiam dengan tatapan tertuju pada ponsel di tangannya menampilkan sebuah aplikasi instagram yang kini tengah menampilkan sebuah profil dengan foto perempuan Cantik terbungkus khimar berwana putih dengan senyum manis yang begitu memukau.
"Kelamaan lo dim!, udah langsung DM aja!" teriak satu lagi pria yang kini tengah asik dengan gamenya, tanpa perlu repot mengalihkan tatapannya dari layar ponsel.
Dimas, pria yang sedari tadi memandangi foto gadis berjilbab putih itu, mengalihkan pandangannya, menatap sahabat terdekatnya yang kini tengah asik menyesap rokoknya. "Lo yakin, dia bakal bales?"
Raka, teman yang seolah cuek namun peduli dengan kebimbangan Dimas hanya mendengus pelan, mengeluarkan asap dari dalam mulutnya dengan kasar, "lo jadi cowok cemen amat kali geh, udah langsung aja, lo DM. di bales syukur, nggak di bales ya udah, berarti lo udah nggak termaafkan lagi"
Dimas, masih saja bimbang, bukan tak ada keberanian, hanya saja sebuah kata sungkan yang kini merayap masuk kedalam otaknya, lalu kilasan bayangan masalalu dimana kenangan kala masa putih abu tengah ia lakoni, terlebih sebuah hubungan Cinta monyet yang saat itu ia jalani dengan gadis cantik dengan senyum ceria, suara manja dan selalu saja membuatnya tersenyum perlahan mulai tergambar jelas.
sosok yang selama ini membuatnya tersiksa, merubah diri menjadi sosok yang tertutup dan dingin, tak pernah menjalin hubungan dengan gadis mana pun selama hampir dua tahun lebih, semua hanya karena perlakuan bodohnya kala itu, perlakuan yang mungkin telah menorehkan luka mendalam pada sosok gadis ceria yang dulu pernah mewarnai harinya.
Lalu, kini semua bayangan itu menjadi alasan tersendiri, terlebih sebuah rasa ragu akan kepantasan dirinya untuk kembali hadir di keseharian gadis itu seolah menjadi bayangan yang membuat kedua jarinya sulit untuk mengetikan sepatah kata dan sebait kalimat sapaan.
"Lo tau kan, ka? Gimana gua dulu"
Raka membuang latu pada asbak yang sudah di sediakan, kemudin meraih ponsel saat dentingan terdengar, hanya melihat, karena setelahnya ia sudah meletakan kembali. "Terus kenapa, ada masalah dengan yang dulu?"
"Ya lo kan jelas tau gimana gua dulu ke dia"
Tersenyum meremehkan, Raka kembali menyesap batang candu di tangannya. "Terus lo yang dulu emang kenapa? Udah buat luka? Terus sekarang lo berfikir, dengan hadirnya lo bakal ngebuka luka yang udah lama tertutup?, enggak kan?"
Dimas termagu, tak mampu membalas ucapan Raka.
Membuang batang candu yang kini tinggal beberapa hisap lagi di ataa absak, kemudian menyeruput kopi, dan menatap Dimas, "lo bego masih aja di piara!, gua tau lo gimana ke dia dulu, malah jelas gua paham kalo perlakuan lo yang dulu jelas udah buat luka di hatinya. Tapi itu dulu kan?"
Dimas masih terdiam.
"Gua kenal lo udah lama, dan selama 2 tahun ini gua yang selalu deket sama lo, gua yang tau gimana lo yang sekarang, bahkan selama 2 tahun ini, dengan bodohnya lo ngehukum diri lo sendiri karena perlakuan lo dulu, terus dengan itu semua apa lo nggak yakin kalo sekarang lo pantes sama dia. ayolah, men, gua tau lo udah berubah, dan sekarang tugas lo cuma buktiin ke dia kalo lo!," Raka menunjuk dada Dimas dengan penuh penekanan "PANTES, buat dia!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara Dalam Angan
Teen FictionJika mencintaimu hanya membawaku masuk kedalam rasa putus asa. Maka aku akan dengan senang hati menolaknya. Tapi, apa kabar hati yang begitu sulit untuk ku kendalikan. Logika pun membawa ku makin larut dalam sebuah kesalahan. -Dimas Praditya. Bukan...