Pagi ini Tara bagun tampa bantuan alaram. Mungkin karena suasana hatinya yang sedang baik. Ibu tidak begitu rewel hari ini, ibu tidak lagi memaksa Tara untuk sarapan, ibu bahkan hanya diam saat Tara meminum susu tampa menyentuh sarapannya.
Tara tau ada yang salah tapi dia memilih untuk tidak peduli. Tara yakin ibu mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Kalau ibu tidak mampu pasti dia akan meminta bantuan.
Tara berjalan ke teras dan memakai sepatunya. Melakukan pemanasan sebentar lalu berlari mengelilingi komplek perumahannya. Ini masih terlalu pagi dan Tara tidak terlalu bersemangat. Dia berhenti setelah 30 meter berlari. Melanjutkan olahraga paginya dengan berjalan.
Setelah 25 menit berjalan tampa henti Tara mulai lelah. Dia berbelok di persimpangan memutuskan untuk melewati jalan pintas yang tidak pernah dilaluinya. Reyhan yang mengenalkan jalan ini pada Tara.
Saat itu mereka mengadakan lomba, siapa yang paling cepat mengelilingi satu komplek ini. Tara yakin dia akan menang apalagi saat melihat Rey jauh tertinggal dibelakangnya. Tara berlari dengan kecepatan badai tapi dia menganga begitu melihat Rey tersenyum miring di gerbang rumahnya. Tentu Tara tidak percaya. "Lo pasti balik kerumah." Rey melotot mendengarnya. "Enak aja lo. Gue larilah. Awalnya gue emang loyo tapi tiba tiba semangat gue membara, gue lari dengan kecepatan kilat. Terus gue motong lo di tikungan ujung komplek. Ya mungkin aja lo ngak sadar, lo keliatan capek bangat." Rey itu pembohong yang hebat. Makanya Tara percaya saja dan mentraktir Rey nonton film Rampat di bioskop.
Besoknya Rey mengolok-olok Tara yang begitu bodoh. Dia menujukan jalan ini saat pulang sekolah dan Tara gondok sampai kerumah.
Di depannya Tara melihat dua orang remaja, satu perempuan dan satu laki laki. Kayaknya sih yang laki-laki lagi ngeanterin pacarnya pulang.
Apa yang merekan berdua lakukan sampai pagi, Tara mulai membayangkan hal yang tidak-tidak. Dia menahan bibirnya agar tidak membentuk seringaian. Tara tidak menyangka kalau laki-laki itu adalah kakak kelas aneh saat upacara kemaren. Kakak kelas itu menatap Tara dan mulutnya membentuk o. Mungkin dia mengingat Tara.
Tara berjalan melewatinya. Awalnya laki-laki itu hanya melihat Tara tapi kemudian ikut berjalan disamping Tara.
"Gue Juna, kakak kelas lo." Juna mengatakannya tampa ekspresi.
Tara melihat Juna sekilas. Dia teringat ucapan Veli kemudian cara dia memandang Juna berubah. Juna menyadarinya dan terkekeh kecil melihat perubahan Tara. "Apa yang lo pikirin saat mendengar nama Juna?"
Dengan senyum sok polos Tara menjawab. "Seorang cowok yang kata teman gue suka sama cewek belok, lesbian."
Juna tidak merespon Tara. Dan Tara juga sepertinya tidak butuh di respon. Ada keheningan pajang sebelum tiba-tiba Tara berhenti. Juna juga berhenti dan melihat rumah bercat biru di sampingnya. Dia melihat Tara dan bekata. "Rumah lo?"
Tara akan mengangguk tapi anggukannya terhenti saat melihat Rey sedang mencuci motor. Dengan suara cemprengnya Rey berteriak. "Ya ampun Tara. Lo olahraga tampa mandi lagi. Untung lo punya abang yang baik kayak gue, sini lo gue mandiin."
Byurrr
Seketika Tara basah, Rey menyemprot Tara dengan selang yang dia gunakan untuk mencuci motornya. Dari kepala ke kaki ke kepala lagi. Lalu Rey mengalihkan pandangannya ke Juna. "lo pasti juga belum mandi kan." Rey tidak bertanya saat mengatakannya, dia langsung menyemprot Juna dari kaki ke kepala ke kaki lagi. Rey berlama-lama di bagian celana Juna.
Tara menatap Rey dengan penuh kebencian. Ini tentu saja bukan yang pertama tapi sebelumnya Tara selalu siap tidak pernah dia kecolongan seperti hari ini. "Gila lo untung aja gue ngak bawa hp bisa rusak hp gue."
Juna menganga sambil meraba saku celananya mengeluarkan hp yang sudah basah dari sana. Mati, hp Juna mati. Juna menatap Tara dengan maksud ingin mengadu.
Tara menggeleng saat menangkap singal itu. "Itu salahnya Reyhan."
"Ibu Tara bawa temannya yang belum mandi kerumah terus abang mandiin deh temannya si Tara. Eh ternyata dia bawa hp bu, hpnya rusak. Ini salah Tara kan, jadi Tara yang ganti." Rey mengatakannya sambil berlari ke dalam rumah dengan suara cemprengnya.
Seumur umur baru kali ini Juna bertemu cowok tulen dengan suara secempreng itu. "Kakak lo ?" Tanya Juna memastikan.
Tara menggeleng. "Dia kakak yang udah kayak adek sendiri."
Ibu keluar dengan raut khawatir di ikuti Rey di belakangnya. Ibu mempersilahkan Juna duduk di teras dan menyuruh Tara berganti pakaian.
"Ya ampun kamu basah bangat, Rey ambilin handuk, cepat" Rey keberatan tentu saja, tapi dia tetap melakukan perintah ibu. Membawa handuk biru dan memberikannya pada Juna. "Oh iya hp lo gimana?" Tanya Rey sambil kembali duduk di samping ibu.
"Mungkin cuma lowbat tapi ngak yakin juga." Juna mengelap wajah dan tubuhnya berkali kali, dia mulai kedinginan.
"Kamu tinggal dekat sini, pulangnya mau gimana, atau mau dianterin Rey aja." Ibu bertanya karena tidak melihat motor Juna.
"Dan kamu Rey, kalau hpnya benaran rusak ganti ya. Oh iya nama kamu siapa?"Juna kewalahan karena ibu-ibu ini pertanyaannya banyak bangat. Enggak mungkin juga Juna bilang dia habis dari rumah Tania. "Saya Juna tan, tadi habis dari rumah teman." Juna melihat jam tangannya sebentar 07:58. "Nanti bakal dijemput jam delapan."
Tara berlari menuju kamarnya, mengambil handuk dengan terburu buru, mengosok gigi sebentar dan mengganti baju. Dia tidak mandi. Tara duduk di meja rias lalu mengeringkan rambutnya dan berhenti saat menatap cermin. Kenapa gue buru-buru, pikir Tara tidak mengerti dengan sikapnya. Diam tersenyum malu saat sadar, ya buat ketemu Juna lah. Tara kembali mengeringkan rambutnya dan memakai pelembab bibir.
Tara akan membuka pintu kamar tapi terdengar suara mobil berhenti. Tara berjalan kedekat jendela dan membuka tirai. Ada mobil putih di bawah dan Juna berjalan mendekati mobil itu, dia tersenyum ke arah teras dan membuka pintu. Juna berhenti dan berbalik menatap lantai dua, kamar Tara, dia menatap Tara dimatanya, Juna berkedip lalu masuk kedalam mobil dan pergi.
"Sialan." Dengus Tara kesel. Dia kesal karena dua hal, pertama Juna pergi tampa menunggunya padahal Tara rela relaan tidak mandi dan berias, kedua Tara kesal karena Juna menyadarinya, Juna sadar dan bahkan sempat berkedip.
Tara mengambil handuk dan menyempurnakan kegiatan mandi yang belum sempurnanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Lost In Your Paradise
Genç KurguTara menyesali kebodohannya karena dulu dia berteman dengan murid-murid pendiam. Dia jadi tidak mengenal Juna, kakak kelas ganteng yang ternyata tidak menyukai cewek lurus. Tara semakin penasaran setelah mendengar teori konspirasi teman temannya. Ka...