Garis Vertikal

10 0 0
                                        

"Gimana ujian hari ini, sayang?"

Seorang wanita paruh baya menatap anak laki-laki berusia sekitar lima belas tahun didepannya, mengusap kepalanya dengan penuh kasih sayang.

"Sangat luar biasa, tapi Zio yakin bakalan dapat 100 mama..." Zio, anak laki-laki itu tersenyum bangga. Wanita yang dipanggil mama itu pun ikut menyungging senyuman.

"Tentu saja Zio akan mendapatkan nilai 100, itukan sudah kebiasaannya." Papa Zio ikut berujar, bergabung diruang tengah dimana terdapat sebuah keluarga yang sedang membanggakan salah seorang anaknya.

"Soalnya susah pah, Zio yakin temen-temen satu kelas Zio gak bakalan bisa!"

"Kamu yakin??"

"Sangat yakin!! Hanya Zio yang bisa menyelesaikannya dengan sempurna." Mama Zio tersenyum, kemudian mengangguk.

Zio berdiri, berjalan menyalakan televisi yang tengah menampilkan acara 'stand up comedy'. Zio tersenyum lebar, kembali duduk ditengah-tengah orang tuanya. Mereka tertawa bersama mendengarkan celotehan lucu yang disajikan didalam acara itu.

Mereka tengah bahagia, seperti sebuah keluarga yang paling harmonis yang ada di dunia. Tanpa disadari, melupakan salah seorang anggota keluarga yang tengah menangis tersedu-sedu didalam kamarnya. Hari ini ada ulangan dadakan, dan ia mendapatkan nilai yang sangat buruk karena padatnya jadwal keanggotaan OSIS. Disaat seperti ini, bahkan satu orangpun tidak ada yang peduli kepada Caramel.

Ia duduk diatas kasur sambil menenggelamkan wajahnya. Meremas seprei hingga jemarinya merasa sakit, kedua telinganya merah karena menahan suara tangis. Saat itulah terdengar notifikasi dalam ponselnya. Kara menyambar ponsel dimeja belajarnya, matanya yang masih merah berubah menyipit, tertarik bersama lesung pipi yang mulai terbentuk lucu ketika ia tersenyum. Satu notifikasi berhasil membuat seluruh kesedihan dihatinya hilang tak berbekas.

Notifikasi dari Jaksa, pacar kesayangannya.

Jaksa♡
(Cantik jangan lupa makan ya.. )

Kara menghela nafas, memeluk ponselnya sendiri saking bahagianya. Tangannya dengan lihai mengetik balasan untuk Jaksa.


(Iya Jaksa, kamu juga♡...)

Caramel tersenyum senang, mukanya yang sembab perlahan mulai kembali normal, kesedihannya sudah tergantikan oleh notifikasi dari sang pacar.

"Gakpapa, Caramel. Kamu gak sendiri, kan ada Jaksa. Semangat Kara!!"

⚫⚫⚫

Satu Minggu berlalu begitu cepat, Zio baru saja menyelesaikan Ujian Nasional Berbasis Komputer untuk melanjutkan ke SMA favorit dambaannya. Sedangkan satu Minggu yang sama Caramel juga menyelesaikan Penilaian Akhir dikelas 10, dia akan naik ke kelas 11, tahun yang paling ia tunggu-tunggu.

Selama satu Minggu ini, asupan gizi yang Kara dapat sangat lengkap. Bukannya sengaja untuk dirinya, tapi untuk Zio, adik laki-lakinya.

Satu Minggu pula ia harus menutup telinga mendengar berapa papa dan mamanya selalu memuji dan meyakinkan bahwa Zio akan masuk ke sekolah favorit di kota ini.

Seperti pagi ini, ketika semua hidangan kesukaan Zio tertata rapi diatas meja makan. Kara sudah disibukkan dengan menata berbagai keperluan makan sedangkan sang mama tengah menyiapkan susu coklat hangat kesukaan Zio.

Ponsel Kara berbunyi nyaring, membuat mama mereriakinya.

"Ponsel kamu Ra!!"

"Kara denger ma!!" Kara berdecak kesal, jelas-jelas dia bisa mendengar dengan jelas tanpa harus diberitahu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CaramellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang