Short Story 3

261 16 2
                                    

Saat ini Vano tengah mengajak Nayla pergi ke mall setelah jalan-jalan keliling ibukota. Nayla hanya menurut ketika tangannya digandeng oleh kakaknya itu. Awalnya Nayla menolak ketika kakaknya itu menggandeng tangannya. Karena Nayla merasa menjadi anak kecil yang takut hilang ditengah keramaian sehingga harus digandeng seperti ini.

"Nayla,kita kesana yuk? Kakak beli in dress buat kamu" ajak Vano ketika ia melewati toko pakaian.

"Beneran ya? Ya udah yuk masuk" Nayla menarik tangan Vano dengan semangat. Sedangkan Vano mendengus sebal.

"Kak,menurut kakak bagus yang ini atau yang ini?" tanya Nayla sambil memperlihatkan dua dress selutut yang satu berwarna maroon dan yang satu berwarna navy.

Vano terlihat berfikir sejenak "Kalo menurut kakak bagus yang maroon"

"Yahh.. Tapi aku suka yang navy. Aku ambil ini aja ya?"

"Ya udah ambil dua-duanya aja. Soalnya kakak suka yang maroon" ucap Vano.

"Ya udah kalo kakak suka,kakak aja yang pakai gampang kan?" ucap Nayla kesal. Sedangkan Vano bergidik ngeri membayangkan ia memakai dress perempuan.

"Udah ambil dua-duanya aja titik" ucap Vano tak terbantahkan.

###

"Mau kemana lagi kak?" tanya Nayla dengan kedua tangannya yang menenteng paper bag belanjaannya.

"Terserah kamu mau ke mana. Kakak juga udah beli apa yang kakak mau"

"Aku capek kak. Kita makan aja ya? Perut Nayla udah demo dari tadi" ucap Nayla diakhiri dengan cengiran kuda.

"Ya udah ayo"

###

"Nay,mau pesan apa?" tanya Vano pada adiknya. Saat ini mereka berdua tengah berada di restaurant.

"Aku nasi goreng seafood sama jus mangga"

"Saya pesan spaghetti satu dan nasi goreng seafood satu minumnya jus mangga sama jus alpukat" ucap Vano pada waiters.

"Baik mas ditunggu"

Saat Nayla menunggu makanannya datang ia mengedarkan pandangan melihat sekitar mall. Ia melihat pemandangan dari anak-anak sampai orang dewasa yang berlalu lalang. Sampai kedua matanya menatap objek yang tak asing baginya.

'Keenan' lirihnya dalam hati.

Nayla menatap sendu seseorang yang tengah tertawa bahagia bersama seorang gadis disampingnya.

Vano melihat adiknya yang sedang melamun kemudian melihat apa yang ditatap oleh adik satu-satunya itu.

"Nay,berhenti mencintai seseorang jika itu membuatmu sakit" Nayla tersentak kemudian menatap kakak nya yang memandangnya datar.

"Eh? Apaan sih kak?" tanya Nayla gugup.

"Kakak tau kalo kamu masih menyimpan rasa untuk Keenan. Tapi lebih baik kamu buang perasaan kamu untuknya sebelum kamu hancur karena perasaan itu sendiri" ucapan Vano menohok hati Nayla. Nayla menatap Vano sambil tersenyum tipis.

"Kakak pernah mendengar jika cinta pertama sulit untuk dilupakan? Sejauh apapun aku berusaha melupakannya itu tetap sulit. Aku butuh waktu untuk membuang perasaan ku ke Keenan" tutur Nayla.

"Dan sejauh apapun kamu mencintainya,dia gak akan pernah bisa melihat cinta kamu Nay. Dia hanya melihat kamu sebagai sahabat nya dan gak lebih dari itu. Kakak cuma nggak mau kalo kamu akan tersakiti lagi dengan cinta kamu yang bertepuk sebelah tangan ini" Vano menatap iba adiknya.

Nayla menunduk lesu "Nayla akan coba perlahan kak"

Setelah mengucapkan itu pesanan mereka berdua datang. Nayla menjadi sedikit tak berselera makan setelah perdebatan dengan kakaknya itu.

One Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang