together

58 3 0
                                    

"wanna do it together?"
"do what?"
"let me go,"

Aku memang tak begitu mempermasalahkan jika dia tidak bertindak romantis terhadapku, itu kelebihannya. Membuatku terus bertahan jatuh cinta dengan sikap dingin dan keras kepalanya.

Yang jelas, justru itu permasalahannya.

Dia memintaku untuk berhenti bertahan.

"kenapa?"

"aku takut kamu lelah,"

Aku tersenyum lemah mendengar jawaban yang keluar dari bibir manis yang selama ini sukar untuk tersenyum. Tidak salah jika kata-kata itu keluar. Tapi sepertinya pernyataannya kurang tepat.

"kamu yang takut aku lelah, atau kamu yang sudah lelah denganku?"

Matanya menatapku dalam. Sayangnya tidak ada guratan dalam matanya yang menyiratkan keinginan untuknya mengiyakan pernyataanku. Aku sedikit bernafas lega.

"apa aku terlalu cuek sama kamu?"

Dia menggelengkan kepalanya cepat. Menggenggam tanganku sangat erat seperti merasa bersalah dengan ucapannya. Memang seharusnya kamu merasa bersalah, sudah membuat jantungku berdetak sangat cepat menunggu momen ini untuk segera berakhir.

"aku yang justru terlalu cuek, aku cuma takut kamu lama lama bosan—"

"maaf tapi aku ga akan pergi,"

Satu hal yang aku tahu. Bibirnya memang sulit tersenyum tapi ketika senyum tipis itu terpatri di bibirnya, itu yang berhasil membuatku bertahan. 4 tahun.

"let's do it together,"

Aku tertegun. Apa dia tetap ingin pergi?

"d-do what?"

Aku tak berani menatap matanya jika benar ini perpisahan.

"stay."

Aku mendongakkan kepalaku ketika kutangkap senyum lebarnya menyambutku.

"apa perlu momen mendebarkan seperti ini untuk mendapatkan senyummu?"

Dia menunduk. Samar namun pasti, semburat pink tercetak di pipi tirusnya.

Ah, lucunya

wait // random thoughts Where stories live. Discover now