Two : Days With Him

114 4 4
                                    

Perjalanan kami terasa semakin jauh setelah lagu tadi berkumandang. "Dasar lagu sialan" aku mengumpat dalam hati. Aku tidak berani menyuarakan umpatanku karena Firash adalah tipe lelaki yang sangat anti dengan segala jenis umpatan. Mobil yang kami tumpangi mulai berbelok ke jalanan yang lumayan sepi yang makin memperburuk suasana. Tidak tahan dengan keheningan mencekam ini akupun mulai bersuara. "Rash kita ke Dufan dulu ya, gue mau refreshing eneg tau gue ngeliat kertas mulu selama seminggu".

"Lo kayak anak tk aja mainnya ke Dufan" kata Firash sambil mencibir. "Dasar nyebelin, lo kira yang main ke Dufan cuma bocah tk doang, nenek-nenek juga ada" jawabku dengan nada suara ngambek yang kentara. "Jadi lo mau disamain sama nenek-nenek, ckckck gak nyangka gue." Firash mulai menggodaku sambil mengelus-elus dagunya yang bersih seperti kulit bayi. Padahal menurutku ia lebih tampan jika mau menumbuhkan jambangnya, kelihatan lebih macho gitu, Hihihi. Aaah, dalam situasi seperti ini aku malah melantur. " Dee elo gak kenapa- napa kan" ucapnya sambil menyentuh dahiku. Lalu dia menambahkan "Enggak panas sih, terus kenapa elo diam gak jawab omongan gue tapi malah ketawa-tawa gak jelas kaya gitu?"

"Gue gilak, puas?" Jawab ku asal karena hanya jawaban itu yang muncul di pikiranku. "Jangan mulai bawel deh, kalau elu udah mulai bawel jadi mirip sama pembantu gue yang baru datang bulan lalu" ucapku sambil membayangkan bagaimana jadinya apabila lelaki setampan Firash berubah menjadi seperti mbok minah. Kontan saja akupun langsung tertawa lagi untuk kedua kalinya. Firash tambah mencibir sikap ku yang aneh karena mendadak tertawa sendiri.

Firash hanya bisa menggeleng frustasi kearahku. "Ayo cepetan, lo gak mau pulang terlalu sore kan" firash berkata sambil mendorong tubuhku. "Iya iya, gue tau jalan gue gak secepet elo tapi gak perlu didorong dorong juga kali, gue kan bukan sapi kurban yang harus lu dorong-dorong ke masjid" ucapku dengan cepat sambil menahan emosi karena merasa disamakan dengan sapi kurban. Firash menjawabku sambil tertawa "Gue kan gak pernah nyamain elo sama sapi kurban, trus kenapa elo jadi marah-marah gini sih, lagi PMS non?". "Terserah ah" jawabku sambil lalu.

Akhirnya kami pun sampai di loket tiket masuk dufan. Kami pun membeli tiket untuk kami berdua. Setelah itu kami pun masuk ke area dufan, ternyata disana sangatlah ramai. "Rash disini lagi ada acara apaan sih?" ucapku berbisik kepada Firash. "Ya mana gue tau, lu kira gue bagian keamanan di dufan?" Jawab firash cepat.

Wahana pertama yang kami naiki adalah tornado. Kebetulan kami berdua sama sama menyukai sensasi saat berada di ketinggian. Lalu kami berpindah ke wahana lain yaitu bianglala. Saat berada di puncak tertinggi bianglala kami pun berfoto berdua. Aku dengan wajah penuh sinar kebahagiaan dan Firash dengan wajah lelah sehabis bekerja khas dirinya. Wahana terakhir yang kami naiki adalah komidi putar. Wahana ini menyimpan banyak kenangan masa kecilku, mulai dari ulang tahun ke 5 ku, ketika aku berhasil dapat rangking 8 di kelas, dan masih banyak lagi. Ah, mengenang masa lalu terkadang memang bagian yang indah ya.

Jam pun sudah menunjukkan pukul 5 tepat. Waktunya bagi diriku untuk pulang. Lalu Firash pun mengantarkanku ke rumah. Di sepanjang perjalanan kami sibuk melihat-lihat foto yang kami ambil saat berada di Dufan. Tak terasa aku pun sudah sampai di depan rumah. Lalu aku mengucapkan salam perpisahan sekaligus ucapan terima kasih padanya "Makasih ya mblo buat hari ini, cepet pulang gih nanti ditanyain sama tante refa, Bye jomblo abadi." Akupun langsung berlari menjauh dari Firash yang mukanya sudah berubah menjadi merah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

About me and himTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang