Gadis berkaus maroon dengan buku coklat lembut yang ada di genggamannya sedang berjalan ke arah kasir. Dihadapannya ada seorang pria berbadan tegap terlihat sedang mencari-cari sesuatu di kantung celananya. "Duh, gimana nih? ketinggalan dimana ya?" keluh pria dihadapannya. Namun pria itu tetap melakukan hal yang sama, jelas-jelas yang ia cari tak ada dikantungnya.
"Lo,mau bayar apa ngga sih? yang lain udah pada antri ni " tanya gadis itu ketus. "Yaelah, sabar dong. Baru juga dua orang dibelakang lo" sambil menunjuk orang-orang dibelakang gadis itu dengan mulutnya.
"Mba biar saya aja yang bayar" sambil melangkah lalu menyodorkan dua lembar uang merah membuat pria berbadan tegap tadi mundur beberapa langkah, memberi ruang untuk gadis itu. Setelah menerima uang kembalian, gadis itu pun melenggang pergi begitu saja.
Pria itu terdiam memasang wajah kesal, memang gadis itu baik, telah membayarkan bukunya namun aghh haruskah seketus itu? batinnya. Pria itu berlari mengejar gadis ketus tadi namun terlambat gadis itu langsung memasuki mobil merahnya tanpa mengindahkan panggilan pria itu.
✴
Seorang gadis turun dari mobil yang telah terparkir di depan rumah. Gadis itu melangkah masuk mengabaikan pria paruh baya yang sedang menonton tv.
"Aqilaa, dari mana kamu?" tanya pria itu saat Aqila melangkahkan kakinya ke anak tangga pertama. "Dari toko buku" jawabnya tanpa merasa berdosa dan melanjutkan langkahnya.
"Aqilaa, kamu buat masalah apa lagi?" tanya papanya lalu menghembuskan nafas.Panggilannya tak diindahkan oleh Aqila. Ferdi bingung apa yang harus ia lakukan sekarang. Aqila benar-benar berubah sejak Ferdi memutuskan berpisah dengan ibunya, Meysha.
Aqila menaruh buku yang baru ia beli di meja belajar, lalu tangannya bergerak mengusap foto wanita yang sedang merangkul seorang anak kecil yang sedang melihat ke arah lain sambil menjilat es krimnya. "Mah, Aqila kangen" gumamnya.
Aqila merebahkan dirinya ke kasur. Ia memikirkan hal yang mengganggu pikirannya sekarang. Mama dimana?Bagaimana sekolahnya nanti? Apa yang akan ia lakukan?. Aqila benar-benar lelah kali ini. Mengapa ia harus seperti ini.
Dari pada memikirkan itu Aqila bangkit dan mengambil buku yang di belinya tadi dan berjalan ke taman di belakang rumahnya. Ia duduk di temani bintang malam. Setidaknya ini bisa mengurangi beban pikirannya. Dan ia mulai menulis sesuatu di buku coklatnya.
"Jangan membuat lebih banyak masalah" ujar seseorang dibelakangnya. Tanpa menoleh pun Aqila hafal suara itu. "Papa udah urus sekolah mu. Mulai besok kamu sekolah di Sma Gemilang" setelah mengucapkan kalimat itu, Ferdi pergi begitu saja. Dia tak menantikan jawaban Aqila karena ia tau, Aqila tak akan menjawabnya.
✴
"Aduh non, kenapa belum bangun juga. Non ga sekolah?" omel bi Yanti sambil membuka tirai dan jendela dikamar Aqila. Matahari menyilaukan pandangannya. Ia tersentak tersadar akan sesuatu. Aqila langsung berlari ke kamar mandi.
Tak butuh waktu lama ia siap dengan seragam putih abu-abunya dan segera meneguk susu coklat yang rutin dibuat bi Yanti setiap paginya. "Bi, aku pergiii" teriak Aqila seraya mengambil kunci yang tergantung di ruang tengah.
Aqila terjebak macet bersama pengendara lainnya, Aqila payah pake acara kesiangan. Ia berharap ada keringanan untuk murid baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Enough
Teen FictionAku ingin di samping mu setiap waktu. Aku ingin selalu bersama mu, selalu. Jika kita terpisah nanti aku mohon jangan lupakan aku. Ingatlah aku sebagai bagian darimu. Walau hanya sedikit bagian dari mu. Semua yang kita lalui bersama sangat berharga...