4. Up to You

6.3K 616 20
                                    

"Kenapa kau lama sekali? Aku baru saja hendak menyusulmu jika kau tidak datang juga"

Sesampainya di kantin, Yuki disuguhkan wajah merajuk Haru yang dibubuhi kekhawatiran. Yuki berusaha tersenyum. Haru tidak boleh sampai tahu bahwa dirinya harus berdiam lama di kamar mandi untuk membasuh wajah merahnya. Haru tidak boleh tahu bahwa dia habis menangis sebanyak dua kali semenjak kepergiannya.

"Perutku mulas. Aku bahkan tidak berselera lagi untuk memakan makan siangku" bohong Yuki sambil mengambil tempat didepan Haru. Lelaki itu memandangnya semakin khawatir. Tangannya terulur untuk menyentuh dahi mulus Yuki.

"Apa kau sakit? Haruskah kita pergi ke dokter sekarang juga?" Tanyanya khawatir. Namun Yuki malah menggeleng, lalu tanpa sadar menepis pelan tangan Haru yang tengah mengusap dahinya.

"Kita sedang disekolah Haru. Jangan membuat yang lain merasa hubungannya kita lebih daripada yang seharusnya" ucap Yuki kecil. Matanya sebenarnya sudah memanas, tapi dia masih menahannya karena mereka masih ada di kantin sekarang.

Wajah Haru berubah. Dia ingat Yuki masih baik-baik saja dengan semua perhatiannya sebelum anak itu ijin pergi ke kamar mandi. Memangnya apa yang terjadi? Haru bahkan tahu jika Yuki tengah menahan tangisnya sekarang.

"Tapi kita memang sepasang kekasih Yuki. Katakan padaku, apa ada seseorang yang menganggumu saat kau pergi tadi?" Tanya Haru penuh selidik. Dia masih mengeluarkan suara yang sama pelannya dengan Yuki. Dia ingin Yuki merasa nyaman berada di dekatnya. Bercerita jujur tentang segalanya, dan tidak pernah berbohong padanya apapun yang terjadi.

Namun Yuki malah menggeleng pelan. Dan Haru yakin sekali Yuki tengah menyembunyikan sesuatu. Haru masih mencoba mengalah. Dia menarik nafas panjang lalu memegang tangan Yuki lembut agar mereka bisa pergi dari tempat ramai ini.

"Okay. Kau bisa cerita saat kau siap. Kita akan pulang setelah aku mengumumkan pada yang lain bahwa guru akan mengadakan rapat dan kita pulang lebih cepat. Kau tunggu aku-"

Haru tersentak kaget saat Yuki melepaskan tangannya -lagi- seperti sebelumnya. Anak itu bahkan enggan melihat wajahnya kini. Apa lantai itu bagi Yuki lebih menarik daripada wajahnya?

"A-aku akan pulang sendiri hari ini. Kau itu pimpinan Dewan sekolah bukan? Kau pasti memiliki banyak pekerjaan dibandingkan harus terus menjagaku selama ini. Ba-bahkan sebelum kita bersamapun kau selalu sibuk. Bodohnya aku berpikir bahwa kau tidak memiliki pekerjaan lain untuk dilakukan"

Haru menatap geram Yuki yang matanya mulai berkaca-kaca. Dia memegang bahu anak itu sedikit keras, memaksa mata coklat Yuki untuk menatapnya secara langsung.

"Kau akan selalu pulang pergi bersamaku mulai sekarang. Aku yang bertugas menjagamu, jangan pedulikan hal-hal tidak penting seperti rapat ataupun hal lainnya"

Namun bukannya menatap Haru, Yuki malah menatap sekeliling yang mulai ramai akan suara bisikan akibat pertengkaran kecil mereka. Yah, siapa yang tidak kenal keduanya lagipula?

Si prince yang berteman dengan rakyat jelata.

"Tapi aku peduli. Aku bisa pulang sendiri. Kumohon, jangan lagi korbankan uang dan waktumu untuk orang sepertiku. Kau berkorban terlalu banyak Haru"

Brak

Yuki tersentak kaget saat Haru menggebrak meja dengan kasar. Matanya berkilat marah. Yuki berpikir, kapan dia pernah melihat Haru semarah ini padanya?

"Jangan membuatku marah Yuki-ku sayang.... Kita akan pulang bersama dan-"

"Haru. Kita menjadi pusat tontonan saat ini" cicit Yuki pelan memotong ucapan Haru yang sangat benci dipotong ucapannya oleh siapapun. Pengeculian untuk Yuki, karena nyatanya anak itu masih baik-baik saja setelah memotong ucapan Haru lebih dari sekali.

[END] Help Me (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang