13. I'm Fine

4.9K 466 23
                                    

Yuki terbangun dengan rasa sakit menyengat di kulitnya. Tanpa sadar dia meringgis, menarik perhatian satu-satunya lelaki yang tengah menunggunya bangun.

Wajah Haru masih tetap terlihat tampan walaupun jelas dia belum mandi dan raut kelelahan tercetak jelas di wajahnya. Haru meraih tangan Yuki lembut, mencium lengan itu dengan hati-hati.

"Apa sakit?" Tanya Haru khawatir. Yuki jujur, dia mengangguk perlahan lalu mencoba mengerejapkan matanya perlahan. Wajahnya terasa kaku.

"Wajahku?" Yuki langsung bertanya. Haru tidak langsung menjawab dan mengambil tempat duduk agar bisa bersebelahan dengan ranjang Yuki. Setelah memegang tangan itu kembali, barulah Haru menjawab pertanyaan Yuki.

"Dokter bilang kulit sensitifmu mungkin akan membuat luka itu terasa sakit untuk beberapa hari. Beruntung kuah panas itu tidak sampai merusak jaringan kulit atau matamu. Tidak perlu operasi plastik, dengan salep khusus wajahmu akan kembali seperti sedia kala dalam beberapa hari"

Yuki menghela nafas lega. Walau wajahnya kini terasa kaku dan tebal, setidaknya itu lebih baik daripada harus bangun dengan wajah yang asing. Dia menyamankan diri pada bantalnya. Memerhatikan Haru, yang masih tersenyum tulus padanya seakan sebelum ini dia tidak baru saja membunuh seorang wanita sampai wajahnya tidak berbentuk.

"Aku tidak marah, ataupun takut padamu" ucap Yuki tiba-tiba. Sedetik Yuki dapat melihat raut keterkejutan dalam mata Haru. Namun lelaki itu berhasil mengendalikan dirinya. Dia masih tersenyum sambil terus mengusap rambut Yuki.

"Mmmm.... Kekasih yang baik. Aku tahu kau tidak akan marah"

Bohong. Jelas Haru sempat panik melihat Yuki jelas-jelas menolak sentuhannya. Hanya lelaki itu yang berhasil membuatnya merasakan perasaan manusia. Dan kadangkala itu membuatnya merasa takut sekaligus penasaran.

"Kau membunuhnya demiku. Sebagai kekasihmu aku harus terbiasa melihatmu membunuh seseorang. Lain waktu, jika kau merasa ingin membunuh seseorang untukku, jangan lupa untuk memberitahuku. Aku ingin melihatnya lagi. Melihat bagaimana kau hilang kendali hanya karena diriku"

Senyum manis terpatri jelas di wajah Yuki. Haru tersenyum senang, beberapa kali dia ciumi tangan Yuki untuk menunjukan betapa bahagianya Haru mendengar ucapan Yuki.

"Ya. Aku mengerti. Terimakasih Yuki. Aku mencintaimu, sungguh sangat mencintaimu" ucapnya bahagia. Kali ini dia tersenyum tulus, seperti anak kecil yang bahagia.

Yuki tersenyum. Namun senyum itu sendiri tidak pernah sampai ke matanya.

Dia merenung. Memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.






-






-






"Hati-hati Sayang....."

Yuki merengut saat Haru memperlakukannya seperti orang yang pesakitan. Padahal dia sudah benar-benar sehat. Namun Haru selalu saja memperlakukannya seperti untuk berjalan pun dia tidak mampu.

Yang lebih menjengkelkan, Yuki seharusnya sudah pulang sejak seminggu yang lalu. Namun berterimakasihlah pada Haru, dia harus tinggal lebih lama.

Yuki tentu saja tidak terima perintah itu begitu saja. Dia bahkan merajuk tidak mau bicara saat itu, membuat Haru mau tidak mau menjanjikannya satu hal.

Mereka akan berjalan-jalan hari ini. Sudah lama menurut Yuki, dia tidak melakukan hal menyenangkan seperti itu.

Walaupun dia belum begitu mengenal Berlin, tapi berkat bantuan Oktav dan Frans, setidaknya Yuki sudah bisa membaca atau melakukan percakapan simpel menggunakan bahasa Jerman. Dia tidak perlu takut tersesat lagipula, di tangannya kini tertanam GPS yang terhubung langsung dengan smartphone Haru. Lelaki itu bisa menemukan Yuki dimanapun dia berada. Gila, namun Yuki tidak terlalu mempermasalahkannya saat sadar bahwa tanpa GPS itu, kejadian pemerkosaan yang dulu pernah dia alami mungkin terulang kembali.

[END] Help Me (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang