1.

8 2 4
                                    

Hari Senin adalah suatu hal yang dibenci oleh Yogi karena dia harus datang tepat waktu untuk mengikuti upacara bendera ditambah lagi setelahnya pelajaran matematika dengan guirunya yang terkenal killer , ingin sekali hati datang siang tetapi bayangan wajah sangar Pak Nana yang membawa penggaris kayu di tangannya membuat dirinya terbangun mengecek jam di dinding kamarnya
“ah jam setengah tujuh , kenapa mama gak bangunin sih”
Yogi menghela nafas ia lupa jika pagi – pagi buta mamanya  harus sudah pergi bekerja, Yogi beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi cukup 20 menit Yogi sudah siap dengan seragamnya. Dilihatnya rumah telah sepi sepertinya Nurul adiknya sudah berangkat ke sekolah  , Dia langsung menaiki motornya memacu dengan kecepatan tinggi membelah kemacetan jalanan menuju sekolahnya SMA Bina Kencana , motornya memasuki lapangan yang sudah dipenuhi siswa yang bebaris untuk upacara namun Yogi tetap santai mengendarai motornya menuju parkiran yang letaknya di sebelah lapangan walaupun pandangan mata siswa-siswi tertuju padanya.
“ Yogi rapihkan baju kamu, pakai dasinya, sepatunya kenapa berwarna putih copot ambil pulang sekolah di ruangan ibu”

tegur Bu Beti guru BK nya  , Yogi hanya menyengir kuda dan merapihkan bajunya

“Ibu ini perhatian banget sama saya , jadi seneng kan”.

Bu Beti menghela nafas lelah menghadapi murid seperti Yogi , walaupun sudah dimarahi tetap saja mengulangi kesalahan. Yogi berjalan menuju lapangan hanya memakai kaos kaki sudah terbiasa dia mengalaminya. Teriknya matahari membuat keringat murid-murid bercucuran di dalam hati mereka ingin segera berlari menuju kantin untuk meneguk segelas es teh teteh , 10 menit kemudian  selesai lah upacara bendera Yogi dan Fairus langsung berjalan menuju kantin baju seragam sudah kembali keluar dari tempatnya 2 kancing teratas baju terbuka memperlihatkan kalung berliontin gading putih kecil di leher Yogi , rambutnya berantakan lengan seragam yang sudah pendek digulung ujungnya menampilkan kesan urakan pada dirinya wajahnya yang tampan tak heran banyak perempuan terpesona oleh aura nya, tidak jauh dari Yogi fairus yang sering disapa Fai teman dekatnya berpenampilan sama bedanya Fai lebih tinggi  berkulit hitam manis dan bermata sipit sedangkan Yogi memiliki kulit putih.Kedua orang itu menghampiri teteh dan memesan  sepiring nasi uduk serta segelas es teh untuk mengganjal perut mereka yang tidak sarapan dari rumah, masih ada waktu 15 menit sebelum bel masuk berbunyi.

“gi tugas matematika lu udah?” 

Tanya Fai sambil menyuap nasi ke mulutnya

“emang ada tugas fai? lu segala nanya, gua tentu belum lah”

Fai memutar matanya malas melihat temanya itu, walaupun Fai bukan anak yang tergolong rajin namun dia tetap mengerjakan tugasnya berbeda dengan Yogi,  tak jarang tugas-tugasnya ia berikan sukarela kepada Yogi untuk disalin di bukunya memang teman yang baik.
“Sabaraha teh nasi dua es teh dua?”

“15 kasep” sahut teteh yang sedang menggoreng bakwan

“nih teh uangnya kembaliannya ambil aja gak usah malu-malu”

Yogi mengulurkan selembar uang sepuluh ribuan dan 1 lembar uang lima ribuan

“ ini mah uang pas dasar budak”

Yogi dan Fai terkekeh dan meninggalkan kantin menuju kelas. Keadaan kelas berisik sebagian anak menyalin PR dengan terburu-buru

“tipe x woy mana”

sebuah tipe x melayang dan ditangkap tepat sasaran, sebagian cewek-cewek merumpikan betapa serunya drama yang mereka tonton semalam sambil mengaca dan membenarkan rambut, ada lagi yang sibuk membaca novel, Yogi sendiri ikut golongan siswa yang menyalin PR

“minta kertas dong selembar, cantik deh”

Yogi merayu Mita murid berkacamata dan pendiam yang termasuk salah satu penggemarnya
hal itu diketahui nya setelah sang ketua kelas Dika melihat status Mita di facebook yang terdapat inisial nama YAP , Yogi Aldiano Putra dan hal itu menjadi center di kelas 11 IPA 4 karena Mita sendiri tipe orang yang pendiam bahkan pernah suatu hari ketika ada praktek menyanyi Mita disuruh untuk maju kedepan namun di depan Mita hanya berdiam diri karena Bu Alya mengira Mita grogi  alhasil seluruh siswa IPA 4 disuruh keluar kelas oleh Bu Alya guru seni. Ada kesempatan harus dimanfaatkan itulah prinsip hidup Yogi.
Keadaan kelas hening begitu Pak Nana tiba-tiba sudah berada di kursinya entahlah kapan beliau masuknya seluruh siswa kembali ke tempat duduk masing-masing.

“Ayo anak-anak kumpulkan PR yang bapak berikan tanggal 14 Oktober 2018 pada jam 09.45”

memang begitu kelebihan Pak Nana bisa mengingat dengan detail kapan ia memberi tugas, jika Pak Nana lupa akan tugas itu  menjadi anugrah bagi para siswa pasalnya jika tidak mengumpulkan tugas yang diberikannya harus berjemur di dekat tiang bendera hingga jam pelajarannya selesai.

“ah shitt.. gua baru nulis nama” umpat Yogi,

semua siswa mengumpulkannya ke depan .

“Ario ini kamu menconteknya yang bener dong masa 25+5=27 , udah tulisannya gak rapih”

keluh Pak Nana sambil melihat jawaban tugas-tugas tersebut,

“Siapa yang tidak mengumpulkan silahkan langsung ke lapangan sampai kelas saya selesai”.

*****
Hay guys gimana nih? Agak aneh mungki ya heheh maafin ya:)

Semangat bagi kalian pejuang UN , Pejuang SBMPTN, Pejuang dia yg merjuangin orang lain eaa

MetamorfosisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang