Kapitel Neun;

20 1 0
                                    

Di sudut ruang, dengan campur aduknya afeksi— aku termenung mengubah sandaran menjadi tembok dingin, penentu batas antara realita.

Ketika perlahan menggerogoti kelabu yang terlalu satir, aku terdiam menyadari kebodohan diri.

Semua lampu sudah padam, pun lembayung senja tak membantu.

Semua tapakan nampak luas, perlahan gelap bergejolak liar.

Sudah saatnya.

Retakan, detak dan hentakan,
perlahan terpecah belah,
hingga hilang.

Bunga itu tidak lagi segar.

Kering, bukan lagi hampir mati.

Ya, inilah saatnya.

Mahesa,

sedang bersiap diri—

NyctophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang