Sekolah baru saja selesai limabelas menit lalu, sekarang sudah pukul empat sore.
Jiyoo baru saja keluar dari kelas setelah melakukan piket. Jiyoo menghentikan langkahnya, saat matanya menangkap sosok yang baru dibencinya tengah berdiri memandang langit dengan tangan kanan menumpu dagunya. Jiyoo tak peduli, dirinya kembali melanjutkan jalannya.
"Mendadak jadi asing?" Tanyanya, sudah pasti mengarah pada Jiyoo. Jiyoo tetap berjalan hingga menuruni anak tangga.
Beomgyu berlari kilat lalu menarik dan memegang pergelangan Jiyoo kuat-kuat.
"Hei!" Sentak Jiyoo terkejut sekaligus marah.
"Aku akan ke Seoul lagi, kemungkinan besar akan sekolah di sana," ujar Beomgyu tanpa melepas pegangannya.
"Lalu, apa peduliku?"tanya Jiyoo sarkatis.
"Kau melupakan hutangmu," ujarnya dengan nada mengejek. Sontak Jiyoo membeku dan menatap Beomgyu intens.
"T-Tentu saja tidak," dengus Jiyoo dan berusaha melepaskan pegangan pria menyebalkan ini.
"Ya sudah, kalau begitu bayar sekarang," pintanya begitu ringan berucap. Jiyoo kembali menatap pria ini dengan tidak percaya.
"Kenapa kau jadi seperti ini?!" Gertak Jiyoo melepaskan tangan Beomgyu kasar, "Aku akan membayarnya. Tapi, tidak sekarang!" Lanjut Jiyoo emosi.
"Berhenti bicara lantang padaku. Sejak beberapa waktu kebelakang tadi, aku tidak meminta hutang itu dibayar dengan uang, cukup kau jadi kekasihku, hutang terbayar."oceh Beomgyu dengan respon raut wajah tak percaya dari Jiyoo.
"Kau pikir itu lelucon yang sangat lucu?! Aku tidak mau!" Desis Jiyoo berjalan meninggalkan Beomgyu.
"Ya sudah, bayar sekarang! Karena aku akan segera meninggalkan Daegu," dengus Beomgyu menyusul kepergian Jiyoo.
.
Lagi, Beomgyu meraih pergelangan tangan wanita yang sedari tadi dikejarnya.
"Apa sulitnya menerimaku?!" Sentaknya.
Sontak Jiyoo begitu terkejut. Sekarang mereka berada di kawasan koridor menuju gerbang keluar, masih ada beberapa murid berlalu lalang.
"Memalukan. Menyebalkan."desis Jiyoo membisik dengan penuh penekanan.
"Kalau begitu, besok kau harus ikut aku ke Seoul, kau akan menemaniku di sana."
Jiyoo semakin terkejut. Tiap ucapan Beomgyu, begitu membuatnya tercengang.
"Hei!""Sekarang ikut aku."Beomgyu menarik Jiyoo kembali masuk area sekolah.
Unit kesehatan.
Kedua manusia sebaya ini berada di luar ruangan ini.
"Baiklah," ucap Beomgyu dengan helaan yang terdengar seperti gelisah.
"Apa?"
"Maafkan aku," ucapnya menunduk, pegangan tangannya pun terlepas dari pergelangan tangan Jiyoo.
"Aku sudah benci padamu," sela Jiyoo begitu jujur.
"Jangan, Ji," tolak Beomgyu mendadak berubah drastis, "Karena aku mencintaimu."
"Itu hanya omong kosong. Kau tidak mencintaiku, tidak!" Tegas Jiyoo menggebu.
"Kau salah. Aku mencintaimu, sungguh. Sejak lama, sejak kita dipertemukan dalam satu kelas," jelas Beomgyu nampak aneh bagi Jiyoo.
"Jangan mendrama."
"Bukan drama. Aku memang menyukaimu, mencintaimu, Jiyoo. Tapi..." Beomgyu merosot dan terduduk dekat pintu unit kesehatan ini, "Aku takut kau menolakku."

KAMU SEDANG MEMBACA
For Tomorrow || Beomgyu
Fanfiction[ON GOING] Kau mencintaiku, begitupun diriku. Mungkin caraku ini salah, ah memang salah. Aku hanya ingin kau tau, bahwa ... rasaku ini nyata. -b 31.01.2019 by @seesawrendipity_