Love, Hate.

960 85 4
                                        

Beomgyu mengapitkan jemarinya dalam jemari Jiyoo. Sontak Jiyoo membulatkan kedua matanya.

"Beomgyu, jangan seperti ini!" Bisik Jiyoo menggertakkan giginya.

"Tapi aku ingin seperti ini~"

Deg'

Jawaban serta lirikannya membuat Jiyoo merasakan hal tak menentu.

.


Kini keduanya sudah sampai di pusat perbelanjaan.

Beomgyu membawa Jiyoo ke dalam toko berisi barang-barang elektronik, baik itu audio atau visual.

"Pilihlah kamera yang selama ini selalu kau pakai," ujar Beomgyu membuat Jiyoo melirik cepat, "Atau pilih kamera yang menurutmu lebih bagus dan lebih berkualitas," lanjutnya melipat kedua tangan di dada.

"Tidak, sebaiknya kita kembali ke sekolah," tolak Jiyoo sembari melepas tautan jemari milik Beomgyu. Tidak semudah itu, Beomgyu cepat-cepat menarik tangan Jiyoo.

"Pilih atau kau gagal naik kelas," serunya mengancam.

Jiyoo menelan saliva nya susah-susah, matanya memandang menelusuri kamera-kamera yang terpajang di rak-rak dengan kaca sebagai penghalang.

"Pilih saja, aku yang akan membayar," tukas Beomgyu seakan menebak pikiran Jiyoo yang sedang gelisah perihal keuangannya, "Ayo Ji, pilih~" kesal Beomgyu dan beralih duduk di kursi tinggi yang memang terletak disetiap penjuru ruangan.

"Kau yakin?" Tanya Jiyoo menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.

"Tentu," jawab Beomgyu dan mengambil ponselnya di saku dan mulai mengacuhkan Jiyoo. Beomgyu mengulas senyum, jarinya pun beralih ke fitur kamera, membukanya dan setelahnya mengarahkan ke titik dimana Jiyoo berdiri mengadah menatap kamera-kamera yang terpajang.

Beomgyu tersenyum setelah mengambil gambar Jiyoo.
"Jadi?" Tanya Beomgyu membuat Jiyoo menoleh kikuk.

"Um, yang itu saja~" tunjuk Jiyoo.

"Yakin?" Tanya Beomgyu berdiri lalu memanggil pegawai toko ini. "Aku ingin kamera itu," tunjuknya.

"Ayo ikuti saya ke kasir."ajak si pegawai.

Saat sudah di kasir, Beomgyu mengambil kartu kreditnya. Setelah ada harga yang tertera, Jiyoo terkejut dengan harga kamera yang dipilihnya tersebut, Beomgyu pun ikut terkejut. Setelah proses membayar, Beomgyu menyerahkan tas kecil berisi kamera itu pada Jiyoo.


.



Di mobil.

"Saat di kedai kemarin pun, aku belum bisa menggantinya. Sekarang, kamera, harganya pun sangat mahal," tutur Jiyoo menghempaskan punggungnya ke kursi kemudi ini.

"Yaaa, anggap saja itu hutang."seru Beomgyu mulai menyalakan mesinnya.

"Iya aku tau," sela Jiyoo pasrah.

"Tapi kau tidak perlu menggantinya dengan uang lagi," ujar Beomgyu mematikan mesin mobilnya kembali lalu melirik Jiyoo lama, "Cukup jadi kekasihku, dimulai dari besok," lanjut Beomgyu membuat Jiyoo reflek membulatkan kedua matanya.

"Tidak!" Tolak Jiyoo menggeleng berulang-ulang.

"Menolak?" Sergah Beomgyu tersenyum penuh kemenangan.

"Beomgyu~" Jiyoo dibuat gelagapan.

"Bukankah kau juga menyukaiku, aku pun menyukaimu, sudah sejak lama," jelas Beomgyu membuat Jiyoo seketika kaku.

Dari mana dia bisa tau? batin Jiyoo syok.

"Jangan membohongi dirimu sendiri," tukas Beomgyu mulai menyalakan mesin kembali dan melajukan mobilnya.

For Tomorrow || BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang