Hari itu, matahari pagi tersibak diantara gunung-gunung batu kota Mekkah, bersamaan dengan suasana hangat pagi menyapa manusia pilihan dari seantero dunia, manusia – manusia yang akan melaksanakan ibadah yang sangat agung yang telah dikumandangkan seruanya dari zaman nabi Ibrahim alaihissalam. Akupun sudah bersiap menyambut hari itu dengan segelas teh hangat dan nasi kotak bertuliskan diatasnya “ Makan pagi Petugas haji Indonesia ”. lamat –lamat aku memandang dan mencerna tulisan itu seraya berkata dalam hati “ ya, tugas ini begitu berat”. hinnga akhirnya terdengar suara speaker hotel “ Kepada seluruh anggota sektor khusus Makkah, agar segera turun kebawah “. Dengan bergegas aku menuju pintu lift bersama petugas Sektor Khusus lainya.
Terhitung hari ini adalah hari kelima dalam perhelatan ibadah haji tahun 2017, ribuan orang islam terus berdatangan, semakin hari semakin bertambah sampai puncaknya pada tanggal 10 Dzulhijjah. Sektor Khusus Makkah adalah petugas yang ditempatkan khusus di Masjidilharaom, guna memberikan bimbingan, perlindungan dan penjagaan kepada para jamaah haji Indonesia yang akan melaksanakan ibadah di Masjidilharom. Berjumlah 22 orang, terdiri dari 12 orang satuan khusus dari TNI-POLRI, 2 sopir, 2 muqimin (read: WNI yang tinggal di Saudi Arabia) dan 4 Mahasiswa.
Setelah semua anggota berkumpul di lobi hotel, dibagilah tugas tugas yang menjadi bagian setiap anggota pada hari itu, dan aku bersama seorang TNI AD menempati pos area sofa – marwa atau biasa disandikan dengan sebutan Harom 2. Setelah itu seluruh anggota berangkat dari hotel menempati pos masing-masing.
tepat pukul 9 pagi jadwal pergantian shift aku sudah samapai di sofa,tugas utama yang harus dilaksanakan ialah mengitari area ibadah sai antara bukit Sofa dan Marwah guna memberi petunjuk kepada jamaah haji Indonesia yang tersesat, membimbing tata cara melaksanakan ibadah sai, menuntun jamaah yang sudah terkuras tenaganya saat tawaf, bahkan senyum sapa juga harus kita perlihatkan kepada seluruh jamaah yang ditemui guna memberikan rasa aman, tenang dan percaya diri dalam melakukan ibadah sai. Bukan tugas yang ringan, melayani ratusan ribu jamaah indonesia yang beraneka ragam watak, sikap dan bahasanya. Dibutuhkan tenaga ekstra dan mental baja.
Hingga pada siang hari, aku berjalan menyusuri sofa – marwa di lantai dasar, terlihat warna-warni selendang khas jamaah Indonesia, ada yang berwarna merah, ungu, hijau bertuliskan nama daerah masing=masing. Para jamaah terlihat berjalan beriringan, aku tersenyum kepada mereka yang menoleh padaku, ya, itu adalah senyuman yang mahal, senyuman tulus para jamaah yang selalu kunanti, setidaknya tugas memberikan rasa aman dan tenang bisa sedikit kuberikn. Satu dua rombongan jamaah lewat, aku melanjutkan berjalan menyusuri area sai , seperti biasa menerawang dari kanan ke kiri dari kiri ke kanan.
Setelah beberapa meter berjalan, tepat ditiang disamping Haram emergency aku melihat nenek tua terduduk lemas bersandar disalah satu tiang, aku berjalan ke arah nenek itu dengan beberapa langkah pelan kemudian duduk bersila dihadapan sang nenek. nenekpun melihatku dan tersenyum, dengan seramah mungkin aku bertanya “ nenek, apa kabar ?”, nenek menjawab “ baik- baik nak” tanpa ditanya kenapa atau bagaimana nenek langsung bercerita dengan suara tersedat-sedat sambil memegang kedua kakinya “ nenek ketinggalan rombongan nak, nenek tidak kuat berjalan, kaki nenek sakit”. Peristiwa seperti ini sudah terlalu sering aku dan mungkin petugas lain temui, dengan pelan aku memijit kaki nenek seraya bertanya perihal nama dan alamat sang nenek. “ Nama nenek siapa ? “ tanyaku. “ nama nenek Aisyah dari Makassar “. Jawabnya. “ nenek makan ini roti sama minumnya “ kataku sambil mengluarkan sebungkus roti dan sebotol air dari tas, sang nenek menerimanya dan memakanya pelan- pelan.
Setelah 15 menit berlalu dan selama itu pula kuberi nenek satu dua candaan ringan, nenek Aisyah sudah tampak lebih tenang.
“ nek, sepertinya sudah agak lebih sehat, mari kita lanjutkan sai pelan-pelan “ ujarku
“ nenek sudah tidak kuat jalan nak, tolong carikan nenek kursi roda saja” jawab nenek
Bergegas aku mengambil bravo dari tas “ harom 5, harom 2 panggil “ suaraku pelan, tidak lama kemudian terdengar dari bravo “ masuk, harom 2 ! “, “ harom 2 butuh kursi roda pak” ujarku kepada penjaga posko pusat, “ oh iya harom 2, stok kursi roda habis, semuanya terpakai” jawabnya. Tanpa banyak pertanyaan lagi aku berbicara dengan nenek dengan apa adanya, stok kursi roda di posko pusat dalam keadaan terpakai semuanya, hanya tersisa dua opsi, memakai jasa kursi roda berbayar atau menunggu kursi roda yang sedang dipakai.
Dengan keadaan di area sai yang sangat padat, ditambah tenaga si nenek yang sudah diambang batas sang nenek memilih untuk memakai jasa kursi roda berbayar, akupun bergegas memanggil jasa kursi roda ditempat yang telah disediakan. Sekembalinya ditempat sang nenek, aku melihat sang nenek menangis, tanpa sempat berkata apa-apa, sang nenek memeluk tubuhku sambil berkata “ nak, uang nenek hilang semua nak, nenek sudah tidak punya uang sepeserpun”, aku sontak terkejut “ siapa yang mengambil uang nenek ? “ dengan terbata-bata nenek bercerita kronologi kejadian yang ia alami “ sebelum kamu datang nak, ada anak muda sepertimu, mengaku sebagai petugas indonesia menanyakan identitas nenek, dia membuka tas nenek, nenek tidak terbesit sedikitpun ditempat seperti ini ada yang tega mengambil uang nenek ini, tak tersisa sepeserpun, tolong bantu nenekmu ini nak ! ”, tubuhku jatuh lunglai, rasaku lebur, mataku tertunduk, aku telah gagal dalam tugasku, selama 10 menit kami berduan terdiam tanpa kata, hanya isak tangis yang terdengar, logikaku tak bisa mencerna apa yang telah menimpa nenek .
Setelah itu, dengan pelan aku memberanikan diri mengangkat wajahku, menatap wajah nenek, melihat matanya yang terpejam, sekali lagi rasaku lebur, “ ya Allah, ini adalah kehendakmu ” gumamku dalam hati , sekali lagi kutatap wajah nenek, aku tersentak, jiwaku memberontak, seakan ada energi yang tiba-tiba merasuk, aku melihat wajah sedih sang nenek adalah wajah ibuku, sepersekian detik aku melihat wajah ibuku di kampung dalam kerutan wajah nenek, detik berikutnya aku merasakan tangan sang nenek adalah kasih sayang ibuku di kampung. Taklama kemudian terdengar suara bravo “ Harom 2, Harom 2, kursi roda meluncur ke pintu Babussalam ! ” .*** *** ***
Didalam dongeng zaman dahulu, purnama adalah sumber kekuatan hebat bagi para manusia super, purnama akan selalu dinanti kedatanganya. Aku menemukan purnamaku pertamaku pada hari itu, , kutuntaskan sai bersama nenek Aisyah, selanjutnya pemuda raja tega yang mengambil uang nenek terbuka kedoknya, lecutan semangat dalam bertugas terus bertembah semenjak purnama pertama, setelah itu muncul purnama kedua dalam dinamika anggota sektor khusus Makkah, purnama ketiga dalam diri sahabat-sahabat seperjuangan, purnama keempat, kelima dan seterusnya yang selalu memberi energi super dalam mengemban tugas mulia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen Petugas Haji Indonesia
Short StoryPotongan dan memoar kecil kisah Mahasiswa Petugas Haji Indonesia.