Part 1

373 60 18
                                    


"Jun, ini aku bawain makan siang. Dimakan ya?"

Gadis itu, Minghao menjulurkan sebuah kotak makanan kepada pria dihadapannya dengan sumringah. Namun karena tak menerima tanggapan, Minghao meletakkannya diatas meja.

"Kamu sibuk banget kayaknya. Yaudah sini deh aku suapin aja." dengan semangat Minghao membuka kotak itu, lalu sejenak menatap masakannya dengan bangga.

"Jun lihat deh. Hari ini makanannya aku bentuk hati, lucu banget kan?" ujar Minghao terkekeh, lalu mulai menyendokkan makanan itu.

"Aaa buka mulutnya.."

"Jun.."

Minghao menurunkan sendoknya perlahan saat pria yang ia panggil Jun itu menatapnya tajam.

"Aku gak mau makan." ujarnya dengan penekanan disetiap kata. Seolah memberitahu Minghao bahwa ia benar-benar tidak ingin.

Minghao mengubah raut wajahnya. Ia memanyunkan bibirnya, seperti sedih yang dibuat-buat.

"Tapi kenapa, Jun? Aku kan udah susah payah masakin ini khusus buat kamu. Ayo makan dong, rasanya pasti enak banget. Ya, ya, ya?"

Minghao kembali menyodorkan suapan itu, dan berpikir bahwa Jun akan memakannya, sebelum sendok itu jatuh akibat sebuah tepisan kasar dari pria itu.

"Harus berapa kali aku bilang kalo aku gak mau makan!" Jun menatapnya tajam. Nada bicaranya naik beberapa oktaf.

Mata Minghao berkedip panas. Ia menatap nasi buatannya yang berceceran di lantai dengan nanar. Lalu kembali mengalihkan atensi pada Jun.

"Kenapa kamu selalu kayak gini sih, Jun?" Jun membuang nafas kasar, seperti tahu apa yang akan diucapkan gadis ini setelahnya.

"Kamu bisa gak sih hargain usaha aku sekali aja? Aku selalu bawain makan siang buat kamu meskipun kamu gak pernah sekalipun nyambut aku dengan baik. Aku juga selalu-"

"Apa aku pernah minta kamu untuk ngelakuin hal itu? Enggak kan?"

"Lebih baik kamu pergi dari sini sekarang juga. Aku mohon, aku lagi kerja, Minghao." Mata Minghao berkedip panas saat Jun berucap dingin, dan menatapnya jengah.

Menahan tangisnya, Minghao menyambar tas nya dengan kasar.

"Aku benci sama kamu, Jun."

Lalu ia berjalan cepat dan membanting pintu dengan kencang. Membuat Jun memijit kepalanya yang terasa berdenyut. Perkataan Minghao barusan tak berdampak apapun padanya. Sudah ratusan kali gadis itu berkata demikian, namun tak lama kemudian, ia akan kembali mengganggu hari-harinya.

Resek

***

Minghao memperhatikan pantulan dirinya di cermin dengan datar. Sejak pria yang bernama Austin Jun Arsenanta, hadir di dalam hatinya, Minghao jadi sering mempertanyakan, apa yang kurang dari dirinya?

Cantik? Itu jelas. Semua orang memuji paras rupawannya, tak terkecuali oleh orang-orang yang baru saja melihatnya. Bola mata kecoklatannya, hidung bangir serta bibir tipisnya yang selalu menjadi buah bibir dimana pun ia berada.

Ia juga merupakan sosok humble, yang artinya ia mudah bergaul dan memiliki banyak teman. Ya, tentu saja, siapa yang tidak ingin berteman dengan gadis populer yang berotak encer seperti Minghao? Baik wanita maupun sebaliknya, akan menghalalkan segala cara agar dapat menarik perhatian gadis itu.

Apalagi di kalangan kaum pria, gadis periang itu bahkan menjadi incaran beberapa pengusaha muda yang sengaja menjadi rekan bisnis ayahnya, dan berharap agar dapat lebih dekat dengan Minghao, meski hal itu berakhir sia-sia karena sang putri sibuk mengejar cinta seorang pangeran berkuda putih yang berhati dingin.

Minghao membuang nafas kasar. Merasa tak habis pikir, kenapa Jun tak pernah meliriknya barang sedetikpun? Ah tidak. Itu pasti karena Jun tidak pernah mencintainnya. Namun pertanyaannya adalah, kenapa Jun memintanya untuk menjadi kekasih pria itu, pada lima bulan yang lalu?

Apakah pria itu sedang mabuk saat mengatakannya? Ataukah Jun hanya bercanda, namun Minghao yang menanggapinya terlalu serius?

Minghao memejamkan matanya, lalu menunduk lelah. Dua kemungkinan itu terasa sangat mustahil. Dan sekarang, gadis itu menaikkan sudut bibirnya, lalu terkekeh sendiri seperti orang gila.

Harusnya Minghao tidak usah menyangkalnya lagi. Ia tahu, satu-satunya penyebab yang membuat Minghao diperlakukan seperti ini ialah,

Ia hanya dijadikan tempat pelampiasan.

Tidak lebih.

***

"Lo kenapa sih? Dari tadi gue liatin manyun mulu. Lo Berantem lagi, ya?"

Pertanyaan itu membuat Minghao menatap sahabatnya itu dengan datar.

"Ya gitu deh,"

Minghao mendengar gadis bermata sipit itu menghela nafas,

"Yaudah sih, Hao. Gue udah bilang berkali-kali, yang mau sama lo itu banyak. Mending putusin aja kalo udah gak tahan. Lagian gue juga bingung deh, lo kok bisa sih pacaran sama tembok begitu."

Minghao terdiam mendengarkan penuturan Woozi yang entah sudah keberapa kalinya.

"Masa gue nyerah gitu aja sih, Ji? Gue yakin kok Jun bakal luluh kalau gue berusaha lebih banyak lagi. Lo tenang aja, lo tau kan, gue harus dapetin apa yang gue mau?"

***

.

.

.

TBC

Aku bawa work baru lagi guys, please voment jika berminat. Thx

btw, boleh follow ig aku ya, @binijun96, bukan ig personal kok, aku ada post video "i love you 3000" versi jun bikinan aku, semoga suka :')

IF ONLY [JUNHAO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang