Bau tanah basah dan angin lembab menyeruap
Sering kali berbisik ketika pikiranku sedang murung
Seperti menyapa, apakabar sekarang
Aku mengenali wajah sepi itu
Tapi tunggu, siapa diaSembari menikmati petrichor di siang yang terik
Pikirku berusaha berlari kebelakang, siapa dia
Lagi, hati ini bertanya dalam diam
Sosok yang begitu aku kenal aromanya
Begitu segar menyentuhku perlahanDalam diam dan renung, aku mengingatnya
Sekilas ketika air jatuh dari sarangnya
Dia berkata, aku adalah kamuDibalik jendela, duduk merenung berpangku tangan
Seorang anak manusia sedang memikirkan mimpinya
Menatap hujan, dihari yang begitu diam
Dia tak berpaling, seperti begitu mencintai air yang berguguranAku mengingatnya, ini adalah kota kembang
Aromanya, dinginnya, suaranya, 18 tahun lalu
Ada apa gerangan, sangkala menyapa di hari menuju dewasa
Menegur akan impian waktu itu, mungkin
Aku merindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sintesis
PoetryHanya rangkaian kata yang berantakan dan banyak perumpamaan, namun diketik dari dalam hati