"Manusia Samudra"

5 0 0
                                    

Saat hendak menuliskan esai ini, muncul kekhawatiran dalam diri saya jangan-jangan "manusia samudra" yang menjadi judul tulisan ini diterjemahkan menjadi "aquaman" oleh kids zaman now (kizano) yang memang kalau ngobrol lebih suka kebarat-baratan k...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Saat hendak menuliskan esai ini, muncul kekhawatiran dalam diri saya jangan-jangan "manusia samudra" yang menjadi judul tulisan ini diterjemahkan menjadi "aquaman" oleh kids zaman now (kizano) yang memang kalau ngobrol lebih suka kebarat-baratan ketimbang berindonesia.

Inspirasi utama "Manusia Samudra" sebenarnya muncul saat saya mendengar lantunan lagu Iwan Fals, "Berguru pada samudra yang menampung segala." Lirik lagu tersebut begitu nyangkut dalam imajinasi saya.

Indonesia saat ini membutuhkan "manusia samudra". Manusia yang memiliki kemampuan menampung semua, menampung segala, mengayomi seluruh warna. Bukan manusia yang hanya sibuk membela golongannya, mazhabnya, ormasnya, atau ambisinya.

Manusia samudra adalah manusia negara (negarawan). Manusia yang nggak pusing-pusing amat dia dipilih jadi pejabat atau nggak. Karena sepanjang hidupnya sibuk keliling melayani masyarakat. Terjun bebas langsung untuk mendengar problematika hidup orang kecil dan marjinal (yang terpinggirkan).

Manusia samudra bukan manusia akuarium yang hanya menampung ikan hias. Manusia samudra tak sungkan menampung sampah atau limbah tanpa ia menjadi tercemar olehnya.

Manusia samudra adalah manusia ruang. Manusia samudra bukan manusia perabot seperti manusia politik. Manusia samudra memberikan ruang bagi siapa saja. Menyedia udara bagi semua. Sedangkan manusia politik karena mereka manusia perabot, sibuk meminta ruang, meminta kedudukan, atau jabatan.

Manusia politik memasang fotonya sepanjang jalan menuju Pasar Munjul. Menebar janji sepanjang fly over Pasar Rebo dan titik-titik stategis lainnya di segala penjuru kota sampai desa. Manusia samudra justru sebaliknya. Ia sibuk menutupi wajahnya dari berbagai media. Sebisa mungkin ia menghindar dari pemberitaan. Ia tidak minta diliput saat menemani masyarakat Indonesia untuk belajar memahami apa yang sebenarnya terjadi saat ini di Indonesia.

Manusia samudra itu manusia yang low profile tapi ia sangat high product. Ia adalah manusia yang sangat produktif. Baginya kemalasan adalah bentuk lain dari kekufuran terhadap nikmat yang telah Tuhan berikan.

(Mohamad Istihori)

Jakarta, 16 Maret 2019

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 25, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

"Manusia Samudra"Where stories live. Discover now