CHAPTER 4

44 5 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, Raina masih setia duduk di sofa ruang tamu, masih dengan seragam putih abu yang lembab akibat hujan tadi sore. Beberapa kali Bi Siti menyuruh gadis cantik itu untuk ganti baju, tapi Raina menolak.

Tatapan Raina kosong, wajahnya sudah kusam, ia sudah tidak dapat mengeluarkan air matanya lagi. Siapa yang tega memasukkan ayahnya ke dalam rumah sakit jiwa?

Pintu rumahnya terbuka, menampakkan wanita paruh baya yang menggunakan pakaian dinasnya, wanita yang di tunggu-tunggu oleh Raina sejak tadi. Raina berjalan mendekati mama-nya, memeluk manja lengan wanita paruh baya itu seperti anak kecil yang merindukan mamanya.

"Ma," lirihnya.
"Kenapa? Kalo mau cerita besok lagi aja ya, mama capek banget."

Raina melepas tangannya dari lengan mamanya.

"Ma, mama tau gak sih papa di bawa ke rumah sakit jiwa! Dan mama gak peduli?!"

"Raina Alexander! Kenapa sih kamu sayang banget sama papa kamu yang sakit-sakitan itu?!" Bentak mama-Raina.

"Mama terlalu jahat buat ngomong kayak gitu sama papa! Atau jangan-jangan mama yang nyuruh pihak rumah sakit jiwa buat jemput papa?! Iya ma?!"

Mama-Raina menghela nafas kasar.

"Kalo iya kenapa?"

"Mama orang paling jahat yang pernah Raina temuin di dunia ini! Kenapa sih ma? Kenapa? Papa itu suami mama dan gak seharusnya mama kayak gitu sama papa! Papa sakit seharusnya mama jagain dan ngurusin papa! Bukan jalan sama cowok lain!" Bentak Raina dengan suara bergetar.

Plak

Mama-Raina menampar pipi putrinya itu dengan keras.

"KAMU GAK SEHARUSNYA BILANG KAYAK GITU SAMA MAMA! SELAMA INI MAMA YANG BIAYAIN HIDUP KAMU! MASUK KAMAR DAN TIDUR SEKARANG!"

Raina menatap mamanya dengan geram. Ia berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya. Ia membanting pintu kamarnya dengan keras, tidak peduli jika akan rusak.

Raina membanting tubuhnya di ranjang, menangis sejadi-jadinya, dunianya sudah mati sekarang.

Ponselnya berdering satu kali tanda pesan masuk. Raina menyeka air matanya lalu membaca pesan masuk tersebut.

[Unknow]
Yuhuuuu

Raina menaruh kembali ponselnya, tidak ada niatan untuk membalas pesan dari orang asing tesebut. Namun, ponselnya terus berdering, Raina kembali membaca pesan tersebut.

[Unknow]
Ra, please bales, ini gue, calon imam lo muehehehe

[Unknow]
Ra, lo kok gak mau bales chat gue? Apa gue terlalu astaghfirullah buat lo yang subhanallah? :(

[Raina]
Iy knp? Ini siapa sih?

[Unknow]
Alhamdulillah, ternyata gue gak jelek jelek amat ahahhha:v

[Raina]
Udah deh to the point aja lo itu siapa! Gue gk suka ya basa-basi gini!

[Unknow]
Elah, galak amat ra, ini gua Alvaro si cowok ganteng bin ngangenin awkwkkwkw

[Raina]
Oh pantes nyebelin!

[Alvaro]
Ahaha nyebelin tapi ngangenin yakan bhahahah.

[Raina]
Gak usah basa basi bisa gk sij!

[Alvaro]
Sij atau sih???? Awokwokwok

[Raina]
Lo tu ya nyebelin! Sama kayak typo!!!!!

[Alvaro]
Gk papa deh nyebelin, kalo itu buat lo seneng :v

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PROBLEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang