Leo rusak.
Satu-satunya orang yang bisa membuat Leo sadar hanya Mika, satu-satunya orang yang membuat Leo waras hanya Mika, dan satu-satunya orang yang membuat Leo hidup hanya Mika.
Leo harus bertahan untuk menjaga satu-satunya hal berharga yang dia miliki sekarang.
"Lo, udah cukup rusak Leo."
"Eh?"
"Apa yang mau lo lakuin sama diri lo sendiri nanti?"
"Gue gatau, tapi selama disisi gue ada lo, Semua akan baik-baik aja kan? Serusak apapun gue, selama lo gak ninggalin gue, hidup gue pasti baik-baik aja."
"Hmm, selama lo punya gue, lo akan baik-baik aja."
Mika Usami gadis yatim piatu yang merupakan sahabat satu-satunya Leo Orion.
***
Masalahnya, disini yang selalu bergantung adalah Leo, yang selalu membutuhkan Mika lebih dari apapun adalah Leo, dia tidak tahu apa yang akan terjadi kalo Mika pergi?
"Jangan tinggalin gue."Leo mendongak, menatap Mika yang sedang membaca buku.
"Gue gak kemana-mana."Mika membalas acuh, mereka sedang membaca buku bersama di ruang tamu rumah Mika.
"Maksud gue bukan itu."Leo menghela nafas. Mika menatap leo yang ada di depannya.
"Kenapa tiba-tiba?"Mika mengerinyit, bingung melihat Leo yang terlihat tegang.
"Gue terlalu bergantung sama lo, gue gatau apa yang harus gue lakuin kalo lo pergi selangkah aja dari hidup gue?"Leo menatap Mika, iris berbeda warna itu bertemu.
"Kenapa lo pikir gue akan pergi? Leo, kenapa lo pikir kayak gitu?"
"Gue gak tau apa yang terjadi di masa depan nanti, tapi kalo lo pergi, kalo lo hilang,
Leo menelan ludah
gue janji gak akan ada masa depan."
"Kalo gitu, jangan buat gue pergi. Jangan buat gue hilang."Mika tersenyum menenangkan.
"Ya, gue gak akan buat lo pergi, gue gak akan biarin lo ninggalin gue. Bahkan kalo lo yang minta sekalipun, gue gak akan buat lo pergi, kalo lo sekarat sekalipun gue gak akan izinin lo pergi."Leo menyeringi. Tentu saja kan? memangnya apa yang diharapkan oleh Mika jika sudah masuk hidupnya sampai sejauh ini?.
"Hmm."Mika berdehan mengiyakan, sudah biasa menghadapi Leo yang seperti ini.
"Tapi Leo, gimana kalo gue mati?
"Jawabannya udah jelas kan? gue akan ikut mati ama lo."
Leo itu~
Sudah benar-benar tidak tertolong lagi ya? akibat masa lalunya, akibat keluarganya, akibat orang-orang disekitarnya. Leo itu memang sudah tidak tertolong lagi kan?
Kalo bukan karna kehadiran Mika. Kalo bukan karna Mika yang selalu mengulurkan tangannya kepada Leo. Mungkin saja sekarang Leo sudah tidak ada di dunia ini.
***
"Kenapa kalian gak pacaran aja kan? Jadi gak perlu ada yang salah paham atau dibuat sakit sama hubungan kalian yang katanya sahabat."Pati bertanya di sela-sela kunyahan, dia dan Leo sedang berada di cafe.
"Gimana ya? Sebenernya gue juga mau punya hubungan yang lebih sama Mika." Leo berhenti makan, dia meletakan sendoknya di piring, Pati mendengarkan sambil mengunyah makananya.
"Tapi gue cukup peka, kalo misalnya gue minta kita pacaran, kalo gue minta hubungan yang lebih dari Mika, berarti gue emang udah bener-bener ngerebut seluruhnya dari Mika kan?"Leo menatap Pati yang sedang meminun jus jeruknya.
"Lo ngomong seakan-akan bisa hidup tanpa Mika aja?"Pati tersenyum meremehkan.
"Justru karna gue gabisa hidup tanpa Mika, gue ngasih sedikit kerenggangan buat dia untuk sekarang. Karna di masa depan nanti, Mika emang udah gak punya hak lagi buat lepas dari gue."Leo menganggukkan kepalanya beberapa kali.
***
Mika sedang menonton televisi ketika tiba-tiba Leo memasuki rumahnya dengan panik.
"Kenapa telfon gue gak diangkat daritadi? Lo gatau seberapa paniknya gue takut lo kenapa-kenapa!"Leo bertanya dengan kesal, lalu duduk di samping Mika yang sedang menonton dengan santainya.
"Gue gatau lo nelfon, hp gue lagi di cas dikamar daritadi."Mika menjawab santai tidak memperdulikan kekesalan Leo.
Leo menghela nafas kasar, dia berbaring lalu menjadikan paha Mika sandaran kepalanya. Mika hanya melirik sekilas lalu kembali menonton televisi di depannya.
"Lo gatau seberapa takut gue kehilangan sandaran buat kesekiankalinya."Leo berbicara lirih, memeluk perut Mika dengan erat dan membaui aroma Mika dengan rakus yang selalu berhasil membuat Leo tenang.
"Hm, gue gatau, tapi selama lo punya gue, lo gak akan kehilangan apapun lagi."Mika mengusap rambut Leo yang ada di pangkuannya dengan lembut.
Leo tidak menjawab, dia menikmati usapan Mika di kepalanya, lalu beberapa saat kemudian Leo tertidur dengan tenang. Mika memperhatikan wajah tidur Leo, dia tertegun.
"Kalo tidur kaya gitu, wajahnya jadi polos seperti tidak punya masalah berat dalam hidupnya."Mika berguman, lalu tersenyum.
-End
***
Enggak, gak salah. emang gini doang. udah ga ada lanjutan. yang nulis lagi galo ajajaskhgaajajjaka :')