- Selamat Membaca! -
Haruto berjalan tergesa-gesa menuju ruang Laboratorium. Ia terlihat begitu cemas, hingga orang-orang yang dilaluinya menyapa hanya ia hiraukan.
Sesampainya di depan pintu Laboratorium, ia menempelkan sidik jarinya ke mesin fingerprint di bagian dekat pintu Laboraturium. Ketika jari di tempel pada bagian tengah layar, lampu LED berubah menjadi hijau dan mesin fingerprint mengeluarkan suara "thankyou". Terbukalah pintu laboratorium yang begitu mewah yang di dalamnya terdapat alat-alat canggih,
"Dimana Nara?!" tanya Haruto dengan nada lumayan tinggi.
"Kenapa ga pake jas, Prof?" seseorang bertanya balik padanya.
"Sekarang saya tanya dimana Nara, Kenapa malah bertanya balik!" ketus Haruto yang hampir melemparkan sebuah besi namun ditahan oleh seseorang, "aku disini, Prof." ujar perempuan tersebut. Ia mengambil lalu meletakkan dengan pelan besi yang sedang dipegang Haruto pada tempat semula.
Tubuh perempuan tersebut bergetar. Bibirnya begitu pucat dan badannya sangat dingin. Haruto melihat perempuan tersebut dengan raut wajah cemas, "kamu kenapa, Nara?" tanyanya kepada perempuan yang berada di hadapannya.
Nara hanya menggeleng, "aku baik-baik aja, cuma sedikit kelelahan prof." ia tersenyum dengan matanya yang sayu. Namun orang seperti haruto bukan lah orang yang mudah ditipu. Ia tahu jelas bahwa kondisi Nara sedang tidak baik, apalagi Nara akhir-akhir ini sering mengeluh sakit di bagian kepala.
"Kamu bohong." Haruto menarik lengan Nara dengan paksa dan membawanya keluar dari ruang Laboratorium.
"Tunggu prof ada yang mau saya bicarakan!" teriak seseorang dari dalam laboratorium namun hanya diabaikan oleh Haruto, "ck. Profesor ada yang bucin juga rupanya." cibirnya.
"Heh junkyu jangan asal bicara, disini ada cctv." peringat seseorang yang ber name-tag kan Bang Yedam.
"Biarin, gue gak takut." ujar Junkyu enteng lalu mengeluarkan permen dari sakunya kemudian memasukannya dalam mulut.
Yedam hanya menggeleng pasrah melihat kelakuan Junkyu, "giliran dimarahin profesor datengnya ke saya." gerutunya.
---
Haruto dan Nara sampai di rumah Haruto dengan menggunakan mesin berpindah sekejap mata. Konon katanya, alat ini hanya ada satu di dunia dan hanya dimiliki oleh Haruto, karena Haruto sendiri yang membuatnya ketika ia berulang tahun ke-17 tahun.
Haruto memopong Nara berjalan menuju ke kursi karena keadaan Nara yang tidak kuat untuk berjalan.
"Kamu harus diperiksa." ujar Haruto dingin.
"Tapi...."
Haruto menatap dalam netra coklat milik Nara, "Saya tidak mau melihat kamu kesakitan terus seperti ini."
"Ya--udah aku mau." Nara menunduk.
"Kamu akan di periksa oleh dokter kepercayaan saya."
"Iya."
Tidak butuh ba-bi-bu lagi Haruto langsung mengeluarkan handphone transparan dari sakunya. Kabarnya, handphone ini hanya bisa dilihat oleh pemiliknya saja. Siapa yang menciptakan teknologi sekeren itu? Siapa lagi kalau bukan Haruto.
Haruto mengotak-ngatik handphonenya untuk menelfon Dokter Yoonbin. Tak butuh dari dua detik Dokter Yoonbin sudah menjawab panggilannya.
"Halo dok, tolong ke rumah saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Battery | Haruto.
Science FictionApa bedanya jika menjalani hidup dengan orang yang dicintai namun hidupnya hanya mengandalkan sebuah baterai... Dan genggaman tangan yang menjadi pengisi dayanya? ((( jangan jadi sider, plis ))) ㅡ start 28 mei 2O19