"hello":chap 2

252 41 8
                                    

Sanji POV

.....

Hy namaku Sanji
Sebelum pergi bekerja aku sering menyempatkan diri ke makam ibuku.
Setiap hari aku membeli bunga di toko bunga langganan ku. Tokonya kecil, tapi cukup lengkap. Dan harganya pun terjangkau.

Kring!

Suara lonceng yang khas meyambutku ketika aku memasuki toko tersebut.

"Selamat datang kembali"
Aku tersenyum simpul, kala seseorang yang sudah tidak asing  bagiku mendekatiku. Aku tahu dia jarang tersenyum jadi setiap tersenyum pasti akan terlihat kaku.

"Hari ini kau memesan bunga apa?" Tanya nya.

"Kebetulan pagi ini sangat cerah, jadi aku ingin bunga matahari" kataku sambil tersenyum.

Dia, Zoro. Pemilik toko bunga ini. Dia berjalan ke arah keranjang/pot berisi bunga matahari yang diletakan di luar toko. Aku menunggunya di depan meja kasir.

"Berapa batang?" Tanyanya.
Aku jawab "satu saja" mengingat ukuran bunga matahari itu besar jadi satupun cukup.

Tak lama dia pun kembali dengan setangkai bunga matahari di tangannya. Aku tidak tahu bagaimana ia memilih bunga, yang jelas setiap yang ia pilihkan pasti yang terindah.

"Berapa?".

"Hanya 100 yen" katanya.
Hm baiknya cukup mahal ternyata. Kuberikan dia 200 Yen. Otomatis dia terkejut.

"Anggap saja itu sebagai bayaran karena telah memilihkan yang terindah untukku"

Yang ada dia malah mendorong tanganku, seolah-olah aku tidak perlu membayar.

"Sudahlah, aku berikan secara gratis" ucapnya.
"Lho?"

"Sudahlah ambil saja"

Aneh, ya sudahlah jika memang begitu. Harusnya aku bersyukur diberi secara gratis.

"Kalau begitu, terima kasih"

"N-nggg ya sama-sama. Titip salam kepada ibumu" ucapnya dengan canggung.

"Hahaha, dia akan senang mendapatkan salam darimu"

......,............

Yah... Terkadang aku suka menggoda Zoro. Soalnya dia terlalu serius. Meski ramah tapi tatapannya itu mengerikan jika diteliti.

Sesampainya di tempat pemakaman keluarga. Aku turun dari mobilku dan segera berjalan menghampiri makam ibuku dengan bunga matahari di tanganku.

"Ibu, aku kembali" kataku dengan lembut.

Aku duduk di sebuah batu di samping makam ibuku .

"Aku membawakan bunga kesukaanmu. Bunga matahari. Lihatlah, bukankah ini sangat indah?" Kataku seolah-olah sedang berbicara pada ibuku. Meskipun dia tidak membalas.

Kuletakan bunga itu di atas makamnya. Setelah itu ku panjatkan doa untuk ibuku.

.........

Di Baratie.
Restoran tempatku bekerja. Aku mendapat jabatan sebagai asisten Zeff si tua Bangka. Ah maksudku sang kepala koki.

"Egg plan! Cepat ke sini!"

Yaps, dialah orangnya.

"Ada apa pak tua?" Kataku sambil mengampuninya dengan santai .

"Apa-apaan dengan sup ini! Kau memasukan cabai! Itu keluar dari resep restoran kita!"

Cabai?! Sejak kapan aku memasukan cabai kedalam sup?!.

"Aku tidak pernah memasukannya!"

"Tapi ini buktinya!"

Dia mengangkat centong dan terlihatlah potongan cabai di sup tersebut. Tapi sungguh, bukan aku!

"Kau dihukum, Jangan masuk ke restoran apalagi dapur ini selama dua hari kedepan!"

"T-tapi"

"Tidak ada tapi-tapi! Cepat pergi dari sini!"

Yang benar saja, aku diusir. DIUSIR oleh si tua Bangka ini. Aku tahu ini pasti ulah si Patty dan teman-teman busuknya.

Terpaksa aku pun pergi dari sana dan melakukan mobilku. Hm rasanya aku malas pulang ke rumah, mungkin aku akan jalan-jalan.

Atau tidak...

Aku menghentikan mobilku di depan toko bunga langganan ku. Mungkin seru jika aku bekerja sambilan di sana untuk dua hari ke depan.

Kring

"Halo!" Sapaku riang.

"Bukannya tadi pagi kau sudah membeli bunga?"

aku duduk di sebuah bangku dekat bunga tulip.
"Tepat sekali, dan aku ke sini bukan untuk bekerja di sin, untuk dua hari ke depani"

"Be-bekerja?"

Aku mengangguk antusias. Kulihat ekspresinya berubah menjadi bahagia. Heh? Kukira dia akan marah.

"Kau di terima" dia tersenyum angkuh.

"Sepertinya kau merencanakan sesuatu, tuan rumput" kataku

"Keh, tentu saja. Aku akan membuat taruhan selama ku bekerja di sini"

"Taruhan? Kau pikir aku takut?" Aku tersenyum seperti biasa.

"Taruhannya sederhana, jika kau berhasil menarik banyak pembeli ke sini, kau bisa mendapatkan bunga yang kau inginkan secara gratis setiap hari"

Waw itu taruhan yang menggiurkan untukku.

"Tapi jika aku kalah?"

Kulihat dia menyeringai, dan mendekatkan wajahnya dengan wajahku.

"Kau harus memanggilku dengan pet name"

Pet name? Ah ya...

"Oke, aku akan memanggilmu marimo nanti"

"Buka itu!!! Maksudku seperti, ekhem "sayang" atau "honey" begitu".

Menjijikan, tak apa demi bunga gratis.

"Oke aku terima"

"Yoush, semoga kau berhasil"

"Seolah-olah kau meremehkanku. Aku mempunyai pesona luar biasa untuk memikat semua orang".

Aku dan dia berjabat tangan tanda setuju dengan taruhan tersebut.

Dan.... Itupun dimulai dari hari ini juga

..................,
To be continued


sebenernya ini kak kamelia yang nulis,jadi aku cuman ngopi aja duhh malu aku sama kak kamel.

jangan lupa vote cerita ku dan cerita kak camelia yaaa.

see you all

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

helloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang