1. Berpamitan

32 3 0
                                    


Jarum jam telah menunjukkan pukul 18:45. Tapi seseorang yang sedang dia nantikan tak kunjung datang juga. Hal itu membuatnya bertambah khawatir, pasalnya cuaca saat ini sangat tak bersahabat.

Dentuman gemuruh petir saling menyambar satu sama lain diiringi oleh ribuan air hujan yang jatuh membasahi bumi. Sudah berkali-kali Joanita menghubungi anak semata wayangnya, tapi tetap saja tak ada jawaban.

Seseorang mengetuk pintu, dengan cepat Joanita segera membuka pintu dan berharap bahwa itu adalah orang yang dia tunggu. Joanita bernapas lega saat mendapati anaknya telah pulang dengan selamat.

"Aah, syukurlah kamu baik-baik saja"

"Ibu terlihat khawatir sekali saat aku pulang terlambat. Anakmu ini bukan anak kecil lagi bu, jadi tenang saja"

Joanita hanya tersenyum saat mendengarkan sedikit ocehan dari anaknya itu, tak berniat menjawabnya. Dia langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam yang akan dia santap dengan anaknya.

Gadis cantik berdarah campuran Korea dan Indonesia yang diketahui namanya adalah Grizele itu, segera pergi ke kamarnya dan membersihkan dirinya. Tubuhnya terasa lengket, terlebih lagi terkena air hujan yang mulai mengering di bajunya.

Setelah menyelesaikan semua aktivitas pembersihan, Grizele keluar dari kamarnya dan segera melangkahkan kakinya menuju meja makan. Disana sudah ada Joanita dan berbagai masakan kesukaan Grizele.

"Waw, semur jengkol. Kamshamida eomma!"

"Cepat duduk dan habiskan semuanya!"

"Wah, siap!"

Grizele segera melahap satu demi persatu menu makanan yang ibunya buat malam ini. Rasanya tetap sama, enak!

"Ibu-?"

"Iya?"

"Bagaimana kalau misalnya Grizele ninggalin ibu sendirian?"

Kalimat itu berhasil membuat Joanita tertegun. Apa mungkin anak semata wayangnya ini akan meninggalkannya? Pasti anaknya ini sedang mengujinya atau hanya sekedar bercanda.

"Ha tidak mungkin!" jawab Joanita sambil tertawa kecil dan memukul pelan bahu Grizele.

Sikap yang ibunya tunjukan itu sama sekali tak menunjukkan keseriusan sama sekali. Padahal saat ini dia sangat serius, duarius malah. Hal itu membuatnya menghela napas kasar.

"Ibu, Grizele serius-"

Grizele menjeda kalimatnya.

"Ibu tau kan usaha Grizele untuk mendapatkan beasiswa? Dan sekarang Grizele mendapatkan itu semua, tapi Grizele harus melanjutkan pendidikan di Korea"

"Korea?"

"Ibu nggak usah khawatir, Grizele bisa jaga diri baik-baik kok disana" ucap Grizele sembari menyematkan tangannya diantara tangan ibunya, berusaha meyakinkan.

"Dan ini kesempatan Grizele buat nyari Ayah"

Joanita tak tau harus menjawab apa. Jika itu menyangkut perihal ayahnya, Grizele pasti susah untuk dicegah.

Grizele dilahirkan di Seoul Korea selatan dan sempat bertempat tinggal disana dalam beberapa tahun lamanya. 15 tahun yang lalu, tepat di saat Grizele masih berusia 4 tahun, Ayahnya pergi meninggalkan keduanya tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Hal itu membuat Grizele dan ibunya terpaksa untuk kembali ke tanah kelahiran ibunya, yaitu Indonesia untuk melanjutkan kehidupannya.

Ayahnya menikah dengan ibunya karena faktor perjodohan yang dilakukan oleh kedua ayah dari orang tuanya. Pernikahan itu sama sekali tidak berlandaskan atas dasar cinta. Tentunya, kelahiran Grizele juga bukanlah sebuah harapan dari kedua orang tuanya, kemunculannya di dunia ini terjadi karena faktor ketidaksengajaan.

Ayahnya meninggalkannya setelah kematian kakeknya. Memang, selama ini kakeknya lah yang memaksa ayahnya untuk tetap tinggal bersama anak dan istrinya pada saat itu. Tapi setelah kakeknya meninggal, ayahnya menjadi leluasa untuk meninggalkan dirinya bersama ibunya.

"Apakah kau bisa hidup di Negeri orang sendirian?" tanya Joanita berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Grizele mohon, ini juga demi ibu kan. Grizele mendapatkan beasiswa disana dan tentunya hal itu tidak akan merepotkan ibu. Dan ini juga demi cita-cita Grizele" ucap Grizele berusaha meyakinkan ibunya.

"Kapan kamu akan berangkat?"

"Lusa"

*****

Grizele mengecek kembali barang yang akan dia bawa. Dia hanya membawa beberapa barang yang menurutnya sangat dia butuhkan disana. Setelah menyelesaikan semua persiapannya, Grizele segera membaringkan tubuhnya di atas kasur empuknya. Dia telah menyiapkan semua, dan sekarang dia harus beristirahat untuk melakukan penerbangan besok.

Sedetik kemudian, pintu kamar Grizele terketuk oleh seseorang.

"Ada apa bu?" tanya Grizele bangkit dari tidurnya saat mendapati ibunya sudah di ambang pintu kamar.

Joanita berjalan mendekat ke arah Grizele dan duduk di ujung ranjangnya.

"Kau melupakan sesuatu" jawab Joanita sambil menyodorkan sesuatu ke arah Grizele.

"Astaga, aku hampir saja lupa. Terimakasih bu"

"Apa kau yakin saat disana kau akan mengonsumsi jengkol?"

"Sangat yakin bu, karena aku tidak terlalu cocok dengan masakan Korea. Dan jika aku tidak makan jengkol, aku pasti akan merindukan ibu disana"

Joanita tersenyum kecil melihat perilaku anaknya yang kekanak-kanakan. Entah sampai kapan anaknya pergi, pasti dia akan sangat merindukannya.

"Jaga dirimu baik-baik"

"Ibu juga harus menjaga kesehatan. Jika ibu membutuhkan sesuatu langsung hubungi aku saja, dan detik itu juga aku pasti berada di hadapan ibu" ucap Grizele sambil tersenyum lebar.

"Pasti"

*****

v o t e m e n t

Perihal nama Grizele yang tidak ada sangkut pautnya dengan Korea memang benar.
Nama Grizele Evangeline diambil dari bahasa Jerman yang berarti "Wanita Pejuang yang Cerdas"

Dan nantikan awal pertemuan Grizele (gadis cerdas berdarah campuran Korea Indonesia) dengan Park Chanyeol dan member EXO lainnya seperti apa, ikuti terus....

Ada yang bisa nebak Grizele ketemu sama member EXO karena perihal apa?

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian.

to be continue...

My Employer Mr. ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang