Natalia melangkah pulang dengan pikirannya penuh. Pertemuan dengan Gabriel di pantai meninggalkan kesan mendalam. Meskipun ia berusaha untuk fokus pada rutinitasnya, ingatan tentang diskusi mereka terus mengganggunya. Sesampainya di rumah, aroma masakan ibunya menyambutnya, tetapi kali ini, aroma itu terasa samar dibandingkan dengan kerumitan pikirannya.
Ibunya, yang sedang menyiapkan makan malam di dapur, menoleh ketika Natalia memasuki ruangan. "Halo, sayang. Bagaimana kuliahmu hari ini?"
Natalia memaksakan senyuman. "Halo, Ma. Kuliah berjalan baik. Hanya sedikit lelah."
Ibunya memperhatikan Natalia dengan penuh perhatian. "Kamu kelihatan tidak seperti biasanya. Ada sesuatu yang mengganggumu?"
Natalia berusaha untuk tidak terlihat cemas. "Tidak, Ma. Hanya merasa sedikit bingung tentang beberapa hal."
Ibunya mengangguk, tampak tidak sepenuhnya yakin tapi tidak ingin memaksa. "Baiklah. Jika kamu butuh berbicara tentang sesuatu, aku selalu ada di sini."
Natalia mengucapkan terima kasih dan mencoba untuk fokus pada makan malam. Meskipun begitu, pikirannya terus melayang ke Gabriel dan bagaimana ia telah berubah. Pikirannya dipenuhi oleh dialog mereka di pantai dan ketertarikan yang baru muncul terhadap sosok Gabriel yang berbeda.
Keesokan paginya, Natalia memutuskan untuk melibatkan dirinya sepenuhnya dalam aktivitas kuliahnya. Namun, perhatian dan konsentrasinya sering terganggu oleh bayangan Gabriel. Setiap kali ia melihat jendela, pikirannya melayang ke pantai dan pertemuan mereka. Rekan-rekan sekelasnya tampak sibuk dengan catatan dan diskusi mereka sendiri, tidak menyadari kegelisahan Natalia.
Saat kuliah berakhir, Natalia merasa lebih nyaman ketika berkunjung ke kafe favoritnya di pusat kota. Kafe ini adalah tempat pelariannya ketika ia membutuhkan waktu sendiri untuk merenung. Natalia duduk di meja sudut, memesan secangkir kopi panas, dan memeriksa ponselnya. Hatinya berdebar saat ia memikirkan kemungkinan bertemu Gabriel lagi.
Ketika ia sedang tenggelam dalam pikirannya, pelayan kafe mendekatinya. "Permisi, Nona Natalia, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu."
Natalia menoleh, dan terkejut melihat Gabriel berdiri di dekat meja. "Gabriel? Aku tidak menyangka akan bertemu lagi di sini."
Gabriel tersenyum canggung, tampak sedikit bingung namun senang. "Sepertinya kita sering bertemu secara kebetulan akhir-akhir ini. Boleh aku duduk di sini?"
Natalia mengangguk, merasa agak canggung namun antusias. "Tentu saja."
Gabriel duduk dan memesan kopi. "Jadi, bagaimana kabar kuliahmu? Masih banyak tugas?"
Natalia tersenyum kecil. "Ya, banyak sekali. Tapi aku cukup bisa menghadapinya. Bagaimana denganmu? Apa kabar sejak pertemuan kita kemarin?"
Gabriel menghela napas dan mengangguk. "Sebenarnya, aku merasa ada sesuatu yang mengganjal. Aku terus memikirkan pertemuan kita. Banyak yang telah berubah, dan aku merasa perlu berbicara lebih lanjut tentang itu."
Natalia menatapnya dengan penuh perhatian. "Aku juga merasa hal yang sama. Aku tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana kamu telah berubah sejak terakhir kali kita bertemu."
Gabriel mengangguk. "Ya, aku merasa seperti hidupku mengambil arah yang berbeda setelah meninggalkan kota. Aku mencoba mencari sesuatu yang lebih berarti, tapi kadang-kadang aku merasa bingung tentang apa yang sebenarnya aku cari."
Natalia mengangguk, merasakan keterhubungan. "Aku mengerti. Kadang-kadang kita semua merasa terjebak dalam rutinitas dan butuh perubahan. Aku merasa hal yang sama dalam hidupku."
Gabriel terlihat tertarik. "Kamu merasa terjebak dalam rutinitas? Dalam hal apa?"
Natalia meremas cangkir kopinya. "Aku merasa tertekan dengan ekspektasi orang-orang di sekelilingku. Mereka mengharapkan aku untuk memenuhi standar tertentu, dan kadang-kadang aku merasa tidak dapat memenuhi harapan tersebut."
![](https://img.wattpad.com/cover/186007782-288-k225916.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunset Embrace : reunion, love and transformation
Teen FictionSetelah bertahun-tahun berpisah, Natalia dan Gabriel, dua orang yang pernah satu SMA dengan jalan hidup yang sangat berbeda, bertemu kembali di sebuah pantai yang penuh kenangan. Gabriel, yang dulu dikenal sebagai berandalan, kini menunjukkan sisi b...