𝐁𝐚𝐛 𝟏 : 𝐏𝐞𝐫𝐭𝐞𝐦𝐮𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐚𝐤 𝐓𝐞𝐫𝐝𝐮𝐠𝐚

4K 183 0
                                    

Natalia tidak pernah menyangka sore itu akan mengubah arah hidupnya. Sore yang seharusnya menjadi waktu baginya untuk menenangkan pikiran setelah semester yang melelahkan justru menjadi awal dari sesuatu yang tak terduga. Angin pantai yang sejuk berembus lembut, menyapu rambutnya yang tergerai dan membawa aroma asin yang menenangkan.

Di depan, Gabriel duduk dengan santai di atas batu karang, mengenakan jaket kulit hitam yang kontras dengan suasana pantai yang damai. Ia tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri, dengan mata yang menatap jauh ke lautan seolah mencari sesuatu di balik cakrawala. Sebatang rokok yang menyala di tangannya perlahan mengepul, asapnya melayang dan menyatu dengan angin laut.

Natalia ragu-ragu sejenak. Sosok Gabriel yang sekarang terasa begitu asing, jauh dari citra pemuda liar dan pembangkang yang ia kenal di masa SMA. Dulu, Gabriel adalah pusat dari setiap masalah—terkenal sebagai berandalan, sering terlibat perkelahian, dan jarang peduli dengan apa yang orang lain pikirkan. Namun, sore itu, ada ketenangan dan kedewasaan dalam dirinya yang tidak pernah Natalia duga akan ia temukan.

"Gabriel?" tanyanya sekali lagi, mencoba memastikan bahwa pria di depannya adalah orang yang sama.

Gabriel memalingkan wajah sepenuhnya ke arah Natalia, mengamati wajah yang sudah lama tidak dilihatnya. Sudut bibirnya terangkat sedikit, membentuk senyuman tipis yang sulit diartikan. "Natalia," jawabnya dengan nada yang dalam, namun ada kehangatan yang aneh dalam suaranya, seolah-olah mereka adalah teman lama yang tak sengaja bertemu setelah bertahun-tahun berpisah.

Keduanya berdiri dalam keheningan yang canggung, hanya ditemani oleh suara ombak yang berkejaran di bawah kaki mereka. Natalia merasa hatinya berdebar, bukan karena ketertarikan, tetapi lebih kepada campuran antara rasa penasaran dan nostalgia. Ia tidak pernah menduga akan bertemu Gabriel di tempat ini—apalagi dalam keadaan seperti ini.

"Apa kabar?" tanya Natalia akhirnya, mencoba mencairkan suasana.

Gabriel mengangkat bahunya, seolah pertanyaan itu adalah hal yang paling biasa baginya. "Baik," jawabnya singkat, lalu mengambil napas dalam sebelum menambahkan, "Hidup seperti biasa. Kamu sendiri?"

Natalia mengangguk, mencoba tersenyum meski agak canggung. "Sama. Kuliah, rutinitas... ya begitulah."

Mereka kembali terdiam. Namun, kali ini keheningan terasa lebih nyaman, seolah-olah keduanya sedang mencoba meresapi momen itu. Matahari semakin rendah di ufuk barat, menciptakan bayangan panjang di atas pasir. Gabriel mematikan rokoknya dan berdiri, melemparkan puntungnya ke tempat sampah yang berada tidak jauh dari situ.

"Kamu sering ke sini?" Gabriel memecah keheningan lagi, suaranya terdengar lebih santai sekarang.

Natalia mengangguk. "Iya, sejak dulu. Tempat ini selalu membuatku tenang."

Gabriel tersenyum tipis, seolah mengerti perasaan itu. "Aku juga," ujarnya, menatap ke arah laut. "Pantai ini... selalu menjadi tempatku melarikan diri dari segalanya."

Natalia menatapnya, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya ia maksud. Selama di SMA, Gabriel terkenal dengan sikapnya yang tidak peduli pada siapa pun atau apa pun, dan kini dia berbicara tentang melarikan diri. Ada sesuatu yang berbeda dalam diri Gabriel yang tidak bisa Natalia pahami dengan sekali lihat.

"Aku tidak pernah tahu," kata Natalia pelan, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada Gabriel.

"Apa?" Gabriel mengangkat alisnya, menoleh ke arahnya.

"Aku tidak pernah tahu bahwa kamu suka pantai," jawab Natalia sambil tersenyum tipis. "Selama ini, aku pikir kamu hanya suka membuat masalah."

Gabriel tertawa kecil, suara tawanya rendah dan sedikit parau. "Orang berubah, Natalia. Atau mungkin... kita selalu punya sisi yang tidak pernah terlihat oleh orang lain."

Sunset Embrace : reunion, love and transformationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang