Hujan turun semakin deras. Rintiknya menyembunyikan tangisan yang tak dapat lagi ku bendung saat kamu mengatakan ingin mengakhiri segalanya.
Ku tatap bola matamu, berusaha menemuman kebohongan di dalamnya. Namun aku gagal, tidak sedikit pun canda dalam binar matamu yang lebih cerah daei sinar sang bulan yang tertutup awan, kamu memang bersungguh-sungguh.
Kutarik dirimu masuk ke dalam pelukanku dan kuucapkan berkali kali; bahwa aku masih ingin kamu disini, bahwa aku terlanjur tidak dapat hidup tanpa dirimu... Karna aku masih mencintaimu.
Aku tak peduli jika hal itu hanya akan membuatku noak rendah dan murah di hadapanmu, meski aku tau apa yang aku lakukan tidak akan merubah keputusanmu.
Benar saja, kamu malah melepaskan diei dari peluk ku dan melangkah pergi meninggalkan ku begitu saja tanpa sepatah kata apapun.
Dan, aku hanya mampu terdiam seperti orang bodoh... Menatap dirimu yang semakin jauh, sambil berharap bahwa ini hanya sebuah mimpi dan semuanya akan kembali seperti sebelumnya;bersamaan dengan terbitnya mentari,esok pagi.
Aku sudah sangat lelah dengan perpisahan, dan sudah tak mampu lagi menghadapi kehilangan.
HARUSNYA - KAMU - TAHU - ITU.
Namun,jika pergi sudah menjadi keputusanmu yang bulat. Maka, apalagi yang ku lakukan? Selain,mengikhlaskan dirimu menuju peluknya.
Lagi pula, bukankah aku pernah berkata; bahwa bahagiamu adalah bahagiaku? Dan, itu bukanlah ucapan yang main main.
Ini saat bagiky untuk pergi, menjauh, dan memghilang. Tapi, aku tidak akan pernah mengemas semua mimpi yang telah kifa lukis bersama.
Dan, jika seandainya kelak kau temukan kenyataan bahwa dirinya tak mampu mencintaimu sehebat aku. Maka, perlu kamu ingat; bahwa aku masih disini, menunggu mu. Dan, lenganku masih terbuja untuk memeluk mu lagi.
Walau sudah dipastikan kisah yang akan kembali tidak mungkin bisa sama seperti dulu kembali saat pertama kita memulai semuai ini.
MUNGKIN INI HANYA SEKEDAR INTUISI, NAMUN AKU TIDAK PEDULI. KARNA KINI, AKU BEGITU BERAMBISI... KAMU ADALAG SELURUH DUNIA YANG INGIN SEGERA KU MILIKI.
-sajakari
