bagian dua

3 1 0
                                    


Tak terasa sudah hampir satu bulan Liza menjajaki sekolah kedisiplinan itu. Waktu yang cukup untuk Liza mengenal keadaan sekolah itu dan para penghuninya. Banyak hal yang terkadang membuatnya takut dan marah melihat kelakuan-kelakuan yang dilakoni anak-anak para penghuni dua asrama itu. Tidak seperti teman-temannya yang lain, yang lebih memilih diam dan berkata "Bukan urusan kita" dalam menghadapi kelakuan aneh yang sering dilakukan oleh para seniornya. Mungkin rasa takut akan berurusan dengan para seniorlah yang membuat teman-teman Liza itu lebih memilih diam. Liza yang tumbuh dari dididikan ayahnya yang seorang jendral kepolisian, tentu saja tidak bisa tinggal diam.

Seperti hari ini Liza lagi-lagi berada dalam masalah.

"Aduuh, apa-apaan sih nih?" Liza melepaskan tangannya dari cekalan kakak kelasnya yang menarik paksa dirinya hingga ke taman belakang sekolah.

"Eh, lo kan yang ngaduin kita ke kepsek kalo kita ngerokok? Iya kan?"

"Kalau iya, kenapa?" tantang Liza.

"Lo jadi cewek belagu banget sih! Lo tuh anak baru di sini, jadi jangan macem-macem kalo lo emang masih sayang sama diri lo sendiri!"

"Aku gak takut. Toh yang kakak berdua lakuin itu kan emang salah. Jadi jangan salahin aku kalau aku laporin kakak ke kepala sekolah"

"Lo tuh lama-lama nyebelin banget ya. Denger ya, gue peringatin sama lo kalo sekali lagi gue denger nama lo yang disebut-sebut sebagai orang yang udah ngaduin kita, gue gak bakal segan-segan lagi buat berbuat kasar sama lo. Jadi jangan macem-macem, ngerti!" ancam Donghyuk, salah seorang dari mereka.

"Udah lah, hyuk, kayaknya nih cewek emang gak bisa di ancam deh, tapi perlu dikasih pelajaran langsung," ucapan Yunhyeong itu diiyakan oleh Donghyuk.

"Eh, eh! Mau apa kalian?" Liza gelagapan, ketika dua cowok itu mendekat ke arahnya.

"Balikin tas aku!" pinta Liza ketika dua kakak kelasnya itu mengambil tas ranselnya.

"Lo mau tas lo balik? Nih, ambil!" Yunhyeong melempar tas ransel Liza ke atas pohon, hingga tersangkut di sana.

Dua cowok itu lalu pergi meninggalkan Liza dengan tertawa puas. Namun langkah mereka terhenti karna kedatangan June.

"Kalian apain dia?" ekor mata June mengarah pada Liza yang sedang kebingungan tak jauh dari mereka.

"Kita cuma kasih sedikit pelajaran sama tuh cewek biar dia ga macem-macem lagi sama kita"

June terdengar mendengus pelan, "Kalian boleh lakuin apa aja sama siapapun yang kalian anggap udah ganggu lo berdua, terkecuali dia"

"Loh, kenapa emanya?" keduanya kebingungan.

"Sekarang kalian tau kan kalo dia gak akan tinggal diam kalo liat hal-hal yang melanggar peraturan sekolah, jadi gue peringatin sama lo berdua jangan pernah sekali-kali kalian ngapa-ngapain dia kalo gak mau gue hajar!" peringat June pelan namun penuh penekanan.

Yunhyeong dan Donghyuk saling pandang sebentar masih dengan raut kebingungan mereka akan sikap si ketua kelompok mereka itu. Sebelum akhirnya mereka memilih berlalu dari sana karna terus di pandangi tajam oleh June.

"Lo ga pa-pa?" tanya June begitu berada di hadapan Liza.

Liza hanya diam tak menyahut. Gadis itu keburu kesal dengan ulah teman-teman June tadi.

"Kayanya lo baik-baik aja," ucap June kemudian lalu berbalik dan bersiap meninggalkan Liza.

"Tunggu!" panggil Liza.

"Apa?" sahut June dengan nada sedikit malas.

"Tasku," jari telunjuk Liza mengarah ke atas pohon, dimana tasnya sekarang berada.

June berdecak pura-pura prihatin.

"Ini juga kan kerjaan temen-temen kakak tadi. Jadi kakak juga harus tanggung jawab lah"

"Ngerepotin aja sih. Ya udah naik kepunggung gue," June kemudian berjongkok.

"Hah? Naik ke punggung kakak?"

"Iya. Buruan! Atau lo mau gue yang naik ke punggung lo?"

Liza langsung menggeleng cepat.

"Sini, cepetan!" June menepuk-nepuk bahunya.

"Tapi kan aku pakai rok," cicit Liza.

"Ya udah kalau gak mau. Lo panjat aja pohonnya sendiri"

Dan makin paniklah Liza jadinya mengingat pohon itu cukup tinggi.

"Jadi mau dibantuin gak? Kalau gak, gue pergi nih!" ucap June galak.

"Iya, iya," jawab Liza akhirnya.

Perlahan di taruhnya kedua kakinya di pundak June, kemudian June pun sekuat tenaga mengangkat tubuh Liza.

"Aww! Rambut gue, astaga!" teriak June ketika Liza reflek menarik rambut June kuat-kuat untuk berpegangan.

"Udah nyampe belum?" tanya June masih dalam mode teriak.

"Dikit lagi, kak. Kakak jangan gerak-gerak dong"

"Lo pikir lo gak berat apa!"

Hap! Akhirnya Liza bisa meraih tasnya.

"Udah nih, kak- Akhh!"

Bugh!

Badan June yang tiba-tiba oleng mengakibatkan mereka berdua sama-sama terempas ke tanah. Jangan bayangkan adegan seperti di drama-drama si ceweknya menimpa tubuh si cowok. Ini sama sekali gak!

Mereka sama-sama jatuh tengkurap dan muka mereka sukses mencium tanah. Apa lagi buat Liza, rasanya beneran sakit pake banget!

Liza udah mau nangis rasanya. Sudah badannya sakit semua, kacamatanya juga patah.

"Jangan nangis dong"

Dibilang begitu Liza sekarang malah beneran mewek.

June menggaruk kepalanya yang emang beneran gatal. Setelah itu merangkak ke hadapan Liza, membenarkan rambut gadis itu yang sedikit berantakan lalu menghapus air mata Liza.

Deg!

Tangis Liza seketika berhenti melihat wajah June yang sekarang berada tepat di ujung hidungnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stuck - Koo JunhoeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang