Sekelopak telah jatuh

76 11 0
                                    

Bapak, salah satu tokoh yang bila ku gambarkan dalam bilangan merupakan bilangan real. Nyata, sudah jelas, tak ada keraguan bahwa dialah laki-laki yang berjasa dalam hidupku. Bapak ku ini orang yang tegas, dan tak tanggung-tanggung ketika aku SD dulu beliau memukulku dengan tangan kosong bila aku enggan shalat, ya itu dulu ketika beliau masih ada.

Beliau pergi meninggalkan seberkas cahaya yang nantinya akan jadi penerang baginya, aamiin. Dia pergi meninggalkan aku, ibu, dan Arif yang kala itu usia Arif belum genap 3 tahun. Qaddarullah, ia pergi karena kehendak-Nya. Memang, rapuh rasanya saat sekelopak mawarku telah jatuh, tapi janjiku kepada bapak ketika beliau pergi merupakan hal yang membuatku semangat belajar hingga kini. Kepergian beliau memutarkan busur sejauh 180 derajat. Dulu aku tak punya semangat seperti sekarang ini, ada sedikit salah.. yakni aku baru menemukan semangatku ketika ia pergi.

Beliau yang selalu meningatkanku untuk selalu taat pada-Nya. Selain itu, tak pernah bosan dengan logat jawa tulen nya beliau sering mengingatkan "Ajining diri gumantung soko obahing lati." Yang artinya "Pribadi seseorang tergantung dengan tutur katanya". Salam dari anakmu pak, Alifatunnisa, semoga engkau tenang disana. Ingat ya teman, jangan lupa hadist ini,

Dari abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shalallahu 'alaihi wassallam bersabda, "Apabila anak adam itu mati, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara : Shadaqah yang terus menerus, ilmu yang bermanfaat, dan do'a anak yang shalih" (HR.Muslim)

Do'akan selalu kedua orang tua kita, baik yang masih ada maupun yang tielah tiada.

Oh ya, sampai lupa memberitahu soal janjiku kepada bapak. Janjiku ialah, aku ingin mengangkat derajat kedua orangtuaku di dunia dan akhirat. Dan selain itu, aku janji, bahwa aku bisa bersekolah diluar negeri. Satu lagi, dulu ketika panti asuhan di desaku roboh terkena hujan angin, bapak bilang, kalo anak-anaknya sukses nanti, bapak tidak minta apa-apa, bapak hanya ingin, anak-anaknya bisa mendirikan sebuah yayasan untuk anak-anak yatim piatu. Padahal, keluargaku sendiri belum mempunyai tempat tinggal yang layak. Berat bukan? Bagi seorang awam sepertiku itu sangat berat. Tapi In Syaa Allah, dengan niat lurus karena-Nya, Laa hawla wa laa Quwwata illa Billah.. tiada kekuatan melainkan dari Allah. Allah menjanjikan kebahigaan bagi para hambanya yang senantiasa bertawakkal kepada-Nya.

Kini, aku tinggal bersama ibu dan Arif. Dua sosok penyemangatku yang selalu ada untukku. Entah, apa yang membuatku seringkali luluh mendengar suara lembutnya, mata sayu nya, dan rambutnya yang mulai berubah warna. Ada perkataan ibu yang membuatku jatuh dari mimpiku "Kamu ini gimana toh? Kok malah mau kuliah diluar negeri? Ibu sama arief ndak mau jauh dari kamu" tapi itu sesaat saja, sebelum akhirnya beliau sadar bahwa menuntut ilmu itu penting, dan bahkan hukumnya wajib bagi setiap muslim ataupun muslimah. Bahkan ada pepatah "Carilah ilmu sampai ke negeri China" atau pepatah lain "ilmu adalah buruan". Lagipula, kupersembahkan semua usahaku ini untuk ibu dan bapak, jadi ibu mengizinkanku untuk mengejar beasiswa ke luar negeri.

I canTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang