ONE

167 4 0
                                    

[Warning typo!]

•••••••

Suara dentuman musik terasa keras di telingaku. Lantai dansa yang indah dan disinari kerlipan lampu disko penuh oleh mereka para pencari kebebasan dan kesenangan.

Seorang Model yang menganggur karena tak ada job apapun, itu lah aku.

Kuhela napas panjang sambil menenggak Margarita di genggamanku. Pikiranku kacau, sudah dua bulan terakhir tak ada satu pun brand fesyen atau Make Up yang ingin mengontrak diriku menjadi model mereka, aku bahkan tak kalah cantik dari Barbara Palvin dan Kendall Jenner.

Kalau seperti ini terus bagaimana aku bisa hidup.

"Segelas Vodka, tolong." seorang pria tiba-tiba duduk disampingku. Aku menoleh padanya ia pun membalas melihatku dengan senyum manis dari bibirnya.

Ah, pria yang manis dengan perawakannya tinggi, rambut berwarna hitam agak kecoklatan saat sinar lampu menyorot ke arah kepalanya dan warna matanya persis seperti rambutnya, dia benar-benar tampan.

Aku menatap kembali ke gelasku. Margarita yang sedari tadi kuminum sudah habis.

Baru aku akan mengangkat tanganku untuk meminta minuman lagi kepada barista, pria disampingku sudah lebih dulu menyodorkan segelas minuman.

"Minumlah, itu Vodka dengan kadar alkohol yang rendah. Aku yang traktir." Katanya dengan mengangkat kedua alis dan tersenyum lagi padaku menunjukan gigi-giginya yang rapih.

Aku meraih gelas itu dan meminumnya dalam sekali tenggukan.

"Good girl." gumamnya kecil namun aku bisa mendengarnya.


***


Pria itu bilang kalau Vodka yang ia berikan memiliki kadar alkohol yang rendah tapi kenapa kepalaku terasa berat, tubuhku terasa panas dan aliran darahku mengalir lebih deras kearah area sensitifku. Bodohnya aku, sejak kapan ada Vodka dengan kadar alkohol rendah.

Aku menoleh pada pria yang memberikanku minuman itu, ia tersenyum. Tidak! Lebih tepatnya ia menyeringai nakal seperti pria hidung belang.

Sialan! Apa dia menambahkan sesuatu pada minuman itu?

Ah persetan! Aku membutuhkannya untuk menyentuh ku ... menyentuh tiap inci tubuhku.

"I Need You." Ujarku berbisik kadang.

Kudekatkan diriku padanya, menarik tengkuknya dan mencium bibirnya dengan penuh gairah. Pria itu membalasku, perlahan kedua tangannya turun ke bokongku meremasnya hingga membuatku mengerang disela-sela ciuman kami.

Pria itu melepaskan ciumannya dengan paksa dan mendekatkan bibir seksinya ke telinga kananku, "Ikutlah bersamaku, ketempatku dan aku akan memuaskanmu dengan caraku."

Tubuhku bergetar hebat. Aku tidak sanggup menjawab pertanyaannya karena suaraku tertahan oleh erangan pelan yang sedari tadi keluar dari mulutku, namun bahasa tubuhku mengatakan 'ya' layaknya seorang jalang.

Setelah membayar minumannya, pria itu menggendongku dalam pelukannya. Aku menciumi lehernya dengan rakus berharap ia membalasku dengan sentuhan sensual pada tubuhku, namun sama sekali pria ini tidak membalasnya.

Come To Me Babe Because I Need YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang