THREE

85 6 0
                                    

"Apa hasil nya sudah keluar?" tanyaku pada Margareth yang masih sibuk mengotak-atik laptopnya, menunggu hasil dari seleksi model untuk mengikuti casting lanjutan. Ia menggelengkan kepalanya sambil menggigit kuku ibu jarinya. 

"Belum, padahal sudah tertera kalau hasil akan keluar tepat jam 11 siang. Tapi ini sudah lewat dua menit. Apa Wifi di kafe milik Tom ini sedang terjadi gangguan."

"Itu tidak mungkin sist. Kau tau dengan jelas, kalau anak muda banyak berkunjung kemari karena sinyal Wifi disini cukup kencang." Margareth menghela napas nya panjang dan wajahnya terlihat frustasi. Aku sedih melihatnya begini karena jika aku tidak lolos untuk casting lanjutan otomatis tidak ada pekerjaan untuknya.


Ting...

Suara notifikasi pemberitahuan terdengar dari laptop Margareth. Ia menarik napas nya dalam-dalam, jari-jarinya ia renggangkan sebelum akhirnya ia menekan tombol buka pada email yang baru saja masuk. Mata Margareth membulat lebar kemudian ia tertunduk lesu, aku benci sekali melihatnya begini. Pasti karena aku tidak lolos.

Aku menyentuh tangannya yang ia taruh diatas meja agar kepalanya terangkat kembali dan menatapku. 

"Sudahlah sist, jika memang aku tidak lolos untuk tahap selanjutnya. Kita bisa mencari yang lain."

"Apa kau gila, untuk apa mencari yang lain," Margareth tertawa lebar lalu membalikan laptopnya ke arahku. "Lihat ini, namamu tertera di nomor 7. Aku bangga padamu sayang kau berhasil menjadi salah satu dari sepuluh model yang terpilih." Lanjutnya dengan tertawa bangga.

Kusenderkan punggungku pada penyanggah belakang kursi dengan kasar kemudian menutup mataku merasakan ada butiran air mata jatuh dari pelupuk mataku.

Astaga! Dasar orang tua ini, bisa-bisanya ia mengerjaiku sampai menangis seperti ini.
Margareth berdiri dari kursinya mendekatiku dan memelukku dengan erat, aku menangis dalam pelukannya karena terlalu senang dan kesal bercampur aduk. Ia mencium pucuk kepalaku dan menepuk-nepuk lengan kananku untuk menenangkan.

"Dasar orang tua." gumamku, Margareth tertawa lalu mencium pucuk kepalaku kembali.

Ia melepaskan pelukannya membuatku dapat mendongakan kepala melihatnya sambil mengelap mataku yang basah, "Jadi bagaimana selanjutnya?" Alis Margareth terangkat lalu ia kembali ke tempat duduknya, melipat kedua tangannya di atas meja. 

"Besok akan ada casting lanjutan, mereka akan melakukan pemotretan padamu yang akan dipantau langsung oleh pemiliki perusahaan."

Aku menghela napasku pelan, menjauhkan Pancake dengan saus Maple dari hadapanku. "Baiklah, hari ini aku akan berdiet agar foto yang dihasilkan tampak bagus dan membuatku menjadi satu-satunya model yang terpilih."

"Good girl." Ucap Margareth dengan kekehannya. Keningku berkerut setelah dua kata keluar dari mulutnya seperti merasa dejavu dengan kata-kata itu, terdengar familiar tapi lupa dimana aku pernah mendengarnya.

Sudahlah, aku terlalu malas untuk memikirkannya. Dari pada mengingat-ingat tentang dua kata konyol itu lebih baik aku bersiap untuk ke gym, melakukan pembakaran dan meminta pelatih untuk membuat otot perutku lebih menonjol.

"Sist, aku rasa aku akan ke gym sekarang. Tidak apa jika aku meninggalkanmu sendiri?" Margareth menutup laptopnya, mendongakan kepala menoleh kearahku sambil tersenyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Come To Me Babe Because I Need YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang