03

2.6K 246 48
                                    

Angin musim gugur  berhembus menerbangkan surai-surai merah Akashi.  Sudah sekitar tiga puluh menit dia duduk sendirian di salah satu bangku taman . 

Memang bukan karakternya menjadi melankolis.  Tapi bagaimanapun juga meskipun hanya akan ada sedikit orang yang tahu atau mungkin tidak ada yang mengetahuinya, dia masihlah seorang manusia biasa yang memiliki sisi lembut di salah satu sudut hatinya yang nyaris tak terjamah .  Pikiran itu datang begitu saja tanpa bisa dia hindari.  Ingatan tentang masa kecilnya bersama sang ibu yang telah lama berpulang . Kenangan ketika ibunya  menemaninya bermain  di taman ini ketika dia masih kecil.   Sekarang setelah dewasa Akashi sesekali datang ketempat ini jika merasa pikirannya sedang penat membutuhkan udara segar.  Atau meskipun dia benci mengakui  karena membuatnya terlihat lemah namun di tempat ini bisa sedikit mengobati kerinduannya pada wanita lembut itu .

Ketika hari semakin siang dan juga semakin banyak orang yang datang ke tempat itu dia memutuskan untuk pergi.  Dia sangat benci keramaian.  Akashi  bangkit lalu segera berjalan menuju parkiran taman.

Hingga kemudian sesuatu terasa menabraknya .

Bruk !

Akashi heran kenapa akhir-akhir ini banyak orang yang menabraknya ?  Apakah itu adalah orang suruhan yang memiliki rencana  diam -diam  untuk balas dendam karena diperlakukan kejam olehnya ?

Saat melihat orang yang menabaraknya  matanya terbelalak ketika mengetahui pelaku yang  menabraknya .

"Kau ?"

Dia adalah biru muda yang belakangan ini mengisi mimpinya.

"Akashi-san ?"

"Paman yang kemarin !"

Dan anak sibiru kecil yang ditemuinya beberapa hari lalu.

"Apa kalian memiliki hobi yang sama yaitu suka menabrak orang di jalan ?"

Tetsuya menunjukkan raut wajah penuh penyesalan . Dia kemudian membungkukkan badannya.  Akashi hampir  tertawa melihatnya , karena dia pikir itu menggemaskan.

"Maaf Akashi-san ."

"Tidak apa - apa . Jangan dipikirkan ."

"Apa yang Akashi-san lakukan disini ?"

Tetsuya tentu bertanya kenapa orang super sibuk seperti Akashi bisa berasa di taman biasa seperti ini.  Di tambah dia masih memakai setelan jas rapi.

Akashi tampak berpikir.  "Hmm.. hanya mencari udara segar .  Bukankah udara pagi itu bagus untuk kesehatan ?"

"Oh, i-iya." Tetsuya menjawab dengan canggung.

"Paman ke sini sendiri ?"

Akashi menengok ke bawah kakinya. Untuk melihat anak kecil yang bertanya padanya .

"Ya."

" Apa tidak boleh ? Lagipula rumahku tidak jauh dari sini."

"Ah, tidak  Akashi-san. "

Jawab Tetsuya buru-buru karena takut Akashi tersinggung dengan perkataan anaknya.

Sebuah kesempatan yang bagus karena mereka bisa bertemu di tempat ini. Dalam pikirannya Akashi memutuskan menggunakannya agar bisa mendekati Tetsuya.

"Karena kebetulan kita bertemu , bagaimana kalau kita pergi bersama. ? "

"Bukankah Akashi-san akan pergi ?"

"Tidak, aku baru sampai."

Dusta Akashi.  Sebenarnya dia telah ditunggu oleh jadwal rapat dan kunjungan ke perusahaan lain , tapi Akashi tidak peduli. Pekerjaan kantor bisa diurus nanti toh dia memiliki otak jenius sehingga perusahannya tidak mengalami kerugian .  Tapi bertemu Tetsuya belum tentu datang dua kali .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DESIRE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang