Helpme1

25 1 0
                                    

Nandita hanya tinggal dengan mamanya, di sebuah rumah yang cukup besar.Mamanya adalah pengusaha sukses yang sering bolak balik ke luar negeri, itu dilakukan karena terpaksa, semenjak kematian papanya, sekarang harus mamanya yang meneruskan perusahaan papa dan menjadi tulang punggung keluarga.

"Mah, Dita berangkat sekolah dulu!"pamit Dita.

Amo baru keluar dari toilet, ia menatap anak semata wayangnya itu.

"Kamu yakin?ini masih pagi lo"Amo berjalan menuju meja makan, ia mengambil beberapa lembar roti lalu di olesi selai nanas dan mulai memakannya.

"Kamu gak pengen peluk mamah kah?"Dita berbalik, kata kata yang selalu membuat gadis itu hapal jika mamahnya akan pergi jauh lagi.

"Mau ke mana sekarang mah?"tanya Dita tu the point sambil menghampiri mamahnya.

Amo memeluk anaknya erat, ia tidak tega sebenarnya, meninggalkan sendiri gadis yang masih dalam pertumbuhan remaja, tapi bagaimana lagi?jika ia tidak bekerja, siapa yang akan mencari nafkah?dulu Amo pernah menawari anaknya untuk mencari pembantu, tapi malah mendapat gelengan keras, katanya ia pengen mandiri.

"Ke Eropa, mau ikut?"tawar Amo, ia mencium kening anaknya.

Dita menggeleng"Enggak mah, Dita dirumah aja!"lalu tersenyum, membuat Amo pun ikut menyunggingkan senyumnya.

"Nanti mamah jaga diri baik baik ya disana!"kini Dita langsung menghambur lagi ke pelukan mamanya.Amo mengangguk meski Dita tak melihatnya.

Dita melepaskan pelukkannya"Yaudah mah, Dita sekolah dulu!"

Kini gadis itu berjalan menuju pintu utama, tangannya sudah memegang handle pintu, ia keluar dengan malas.

"Ngapain kesini lo!"ketus Dita.

"Udah dijemput masih ngoceh!"

"Gue gak pernah nyuruh lo jemput!"Dita berjalan melalui laki laki itu.Tangannya hendak menacapkan kunci motor tapi dengan sigap tangan laki laki itu menariknya.

"Anjir!"Dita terkejut.

Dita melotot, kini pergelangan tanganya dicengkeram kuat, gadis itu meringis.Ingin rasanya Dita meninju perut orang tersebut, tapi hanya buang buang waktu saja.

"Lepasin dann!"Gadis itu mulai memberontak.

Ya, dia Ardan Diofansa, laki laki gila plus mesum,dan Dita sangat menghidari Ardan, tapi alam sedang mempermaikannya.Ia sekelas dan duduk di satu meja yang sama, dan sialnya dia adalah anak dari teman dekat mamanya.

"Naik atau---"gantung Ardan, dia masih berfikir kata apa yang pas untuk mengancam Dita.

"Apa"Dita melotot, disaat Ardan sedang berfikit dengan cekatan ia menggigit tangan laki laki itu, sontak membuat Ardan berjengkit dan melepaskan cengkeramannya.

"Sialan, awas aja lo!"Ardan berdecak, kini Dita sudah duduk di motor scoopy dan siap untuk berangkat sekolah.

****
Ardan, laki laki itu terus mengumpat, motor ninjanya masih dibelakang mengikuti gadis yang lumayan seksi eh galak deng.

"Awas aja, sampek di kelas!gue cium sampek gak bisa nafas!!"gumam Ardan.

Ardan, ia anak pengusaha yang sukses sama seperti Dita, perusahaan milik ayah dan bundanya bekerja sama dengan perusahaan Amo, mama Dita.Jadi Ardan pun sering ditingal oleh kedua orang tuanya.Eits tunggu dulu, Ardan bukan anak semata wayang ia memiliki kakak.Lebih gila dan mesum dari Ardan.

Lampu merah memberhentikan perjalanan mereka berdua yang beda angkutan.Ardan mengambil posisi di samping Dita.

"Awas lo, awas aja!"ancam Ardan dengan helm full face yang masih melekat di kepalanya, sehingga membuat kata kata Ardan sedikit tak jelas.Dita tidak perduli, ia menulikan telinga.Membuat Ardan gemas dan ingin menerkamnya sekarang.

Lampu hijau membuat Dita segera mengegas motor, dengan kecepatan rata rata.Ia sedikit melirik ke spion motor, ternyata Ardan masih di belakangnya.

"Ngapain sih tuh bocah!"dengus Dita.

15 menit di perjalanan, akhinya scoopy Dita sudah memasuki kawasan parkir di SMA 6 Karya, ia dengan segera turun dari motor dan melepas helm di kepala.Dita berbalik, Ardan sudah berdiri tegap sambil melipat tangannya di depan dada.Dita berdecih, dia lagi dia lagi.

Ardan berjalan menghampiri Dita yang masih berdiam di samping motornya.

"Ngapain diem?"tanya Ardan.

"Kepo banget sih lo!"ketus Dita, lalu ia melangkahkan kaki perlahan.Namun kekehan aneh terdengat di belakang Dita, ia segera menoleh.

"Ngapain ketawa?hah?"

Ardan berjalan, ia mendekati Dita.Gadis itu was was.Tapi Ardan tak perduli, ketika tubuh Dita menjauh, ia segera menariknya.

Bruk,kini posisi mereka seperti berpelukan, Dita memberontak tapi tak sebanding dengan kekuatan Ardan.Lalu Ardan membisikan lirih dengan suara serak tepat di telinga Dita.

"Warna pink kan!"Dita membelalak, dengan segera ia menjauhkan tubuhnya dari Ardan dan akhirnya berhasil juga.Wajahnya sangat malu, ia tak tau jika roknya belum di slerekkan.

"Kurang ajar!"Dita pergi begitu saja,Ardan?ia masih terkekeh di sana, sambil menatap kepergian Dita.

****
Dita kesal plus malu setengah mati, bagaimana bisa ia kelupaan dan mengapa yang tau malah cowok mesum seperti Ardan.Ia membanting bokongnya di kursi, menghentakkan kaki membuat Lela teman dekat Dita menautkan alis.

"Kesurupan?"tanya Lela.

Dita menatap tak suka Lela,"Enak aja"

Ardan memasuki kelas, tatapan pertama ia tujukan pada Dita.Gadis itu sedang berbicara atau berdebat, entahlah dengan Lela.Ardan duduk, Dita menoleh, lalu kembali membuang muka dengan bermain ponsel.

Kepala Ardan mendekat ke arah Dita, dengan cepat Dita menonyornya.

"Kasar banget sih, padahal gue cuma mau liat hp lo!"

"Bodo amat!"dengus Dita.  

_____

Help me!!!(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang