Hai, semua. Jadi berapa lama aku menghilang dari dunia orange ini?Aku rindu kalian, rindu komen kalian huhu.
Now i'm back with another story of mine, semoga kalian suka ya.
Well, perlihatkan ketertarikan kalian di komen buat pembuka cerita ini. And i'll post the next chapter tonight 💕
Okay, enjoy the story. Good night.
.
.
.
And, good morning, too...*****
***
“Just kill me!”
Terkekeh pelan sambil memainkan pisau ditangannya, Rhaela berdiri dari tempatnya duduk dan mengambil satu pisau lagi dari kotak disampingnya.
“Well, aku memang mau melakukan itu, Barton.” Rhaela berdiri sedikit jauh dari pria bernama Barton yang kini duduk terikat dengan beberapa pisau yang sudah tertancap di beberapa bagian tubuhnya itu.
“Please, don’t…” Dengan nafas yang tersisa, Barton memohon agar gadis mengerikan didepannya itu tak lagi bermain-main dengan nyawanya.
“Luke, apakah menurutmu kali ini aku akan mengenai jantungnya?” Rhaela bertanya pada Lucas, salah satu anak buah sekaligus tangan kanan Rhaela.
Lucas yang sama mengerikannya menampilkan seringai dan menoleh pada Rhaela.
“Aku bertaruh 100 dollar, lemparanmu meleset, Nona.” Rhaela tertawa dan melemparkan dua pisaunya bergantian. Satu mengenai bahu kiri Barton dan satunya meleset namun meninggalkan goresan cukup dalam dipipi pria itu.
“Ups, meleset…” Lolongan mengerikan yang keluar dari tenggorokan Barton menjadi hiburan bagi kerumunan iblis diruangan itu.
Lucas dan beberapa anak buah Rhaela tertawa, sungguh suatu lelucon yang mengerikan. Mereka tahu, jika Rhaela mau hanya dengan satu pisau saja gadis ini dapat menembus jantung lawannya. Namun bukan Rhaela jika ia memberikan kematian yang mudah untuk musuhnya.
Rhaela baru akan mengambil pisau lagi dan melanjutkan acara bersenang-senangnya jika saja Moris tidak masuk dan memberikan ponsel yang sudah tersambung dengan Ethan Maxwell pada dirinya.
“Kakek, kau menghancurkan permainanku.”
Ethan terkekeh dari seberang sambungan. “Cepat bereskan keparat itu dan pulanglah ke mansion, Rhae. Ada yang harus kita bicarakan.”
“Baiklah, Kek.” Rhaela mematikan sambungan dan melemparkan ponselnya yang langsung dengan sigap ditangkap oleh Moris.
Rhaela meraih pistol berwarna keemasan dengan ukiran R.L disisi kanannya yang dibuat khusus untuk dirinya. Melangkah mendekat kearah Barton dan menempelkan moncong pistolnya tepat dikepala pria itu.
“Sampai jumpa di Neraka dan jangan lupa sampaikan salamku pada Lucifer.”
Dor!
Satu tembakan dan sebuah kepala yang pecah. Rhaela membersihkan pipinya yang sedikit terciprat darah manusia yang baru saja meregang nyawa ditangannya itu.
“Kalian bereskan bedebah ini, sungai atau laut terserah kalian. Luke, kau kembali ke mansion bersamaku.” Rhaela melangkah keluar terlebih dahulu dari gudang tua tempatnya mengeksekusi Barton.
“So beautiful yet so dangerous.” Gumam Lucas kemudian menyusul Boss nya itu.
*****
So, what you think about it?
KAMU SEDANG MEMBACA
A Beautiful Disaster Called Rhaela
Romance"A beautiful girl or a monster that will destroy your life, it depend on you how to treat her." - The Author