Day 1

26 2 0
                                    

Matahari masih terlelap di peraduannya namun karim sudah beradu dengan waktu, udara dingin menusuk kulit tak di hiraukannya.

Berbekal nasi d bungkus daun jati dengan lauk garam dan secuil ikan asin sisa semalam, karim melangkah kan kaki menuju stasiun kereta.

Beralaskan sendal usang, kaki kecilnya beradu dengan kerasnya aspal, menapaki setiap jengkal jalan yang panjang.
Sesekali dia berhenti dan beristirahat sejenak. Jarak rumah dan stasiun kereta tdk terlalu jauh, hanya 5 kilometer, namu cukup panjang bagi bocah kecil spt dirinya.

Dia meninggalkan rumah pukul 3 dini hari dan dia akan tiba pukul 4 pagi di stasiun.

Setibanya d stasiun adzan subuh menyambutnya, karim melangkahkan kakinya menuju mushola d tepi stasiun,.
Karim mengambil wudlu dan menunaikan sholat subuh. Dengan khusyuknya Karim memanjatkan doa untuk kesehatan kakek dan nenek yg merawatnya.

Pukul 4.45 kereta yg di tunggunya tiba, dengan tergesa karim menaiki gerbong kereta tersebut, karim mencari tempat duduk yg kosong, namun jika kereta penuh karim harus rela berhimpit-himpitan berdiri di lorong kereta.
Namun hari ini dia cukup beruntung, kereta sedang lengang dia bisa duduk di mana saja.
Namun pelan tapi pasti kereta berangsur penuh sesak dengan penumpang.

Karim akhirnya kembali terlelap sejenak, menikmati kembali waktu tidurnya,sembari menunggu keretanya tiba d stasiun tujuan.

Beberapa orang menyapa Karim, mereka adalah pelanggan kereta ini sama seperti Karim, yang mengandalkan jada kereta untuk mengantar mereka beraktivitas, terkadang memberi Karim makanan atau uang sebagai tanda empati mereka.
Tak jarang Karim menolak kebaikan mereka,karena Karim tidak ingin menjadi terbiasa di kasihani.

Pukul 6.30 kereta yang Karim tumpangi tiba di stasiun tujuan,tubuh kecilnya yang hanya beralas sendal usang kembali beradu dengan orang-orang dewasa yg menyesaki kereta.
Dengan susah payah Karim keluar dari kereta, mempercepat langkah kecilnya menyusuri jalanan yang cukup ramai.

Tak lama Karim tiba di sekolahnya, bel telah berbunyi, setengah berlari Karim menuju ruang kelasnya.

Dengan segala keterbatasan fasilitas yang di milikinya Ia tetap bersemangat mengikuti kegiatan di sekolah, meskipun tak jarang kantuk dan rasa lelah mendera karena selalu bangun di pagi buta,mengganggu konsentrasinya.

Saat jam istirahat Karim hanya bisa menikmati bekal pemberian nenek nya saja , karena uang yang di berikan nenek Karim hanya cukup untuk biaya perjalanan Karim pergi pulang ke sekolah.

Karim tinggal dengan kakek dan neneknya, Karim seorang Piatu, ayahnya bekerja menjadi kuli bangunan di luar kota.Ayah Karim akan pulan sebulan sekali dengan membawa uang yang tak seberapa.
Untuk biaya sehari hari di penuhi oleh sang kakek yang bekerja sebagai tukang ojek.

Karim sebenarnya ingin terus sekolah tanpa merepotkan sang kakek. Namun karena semangat dan dorongan dari kakek neneknya Karim selalu bersemangat perhi ke sekolah.

Berbekal sendal butut, restu sang kakek dan nenek, serta impian setinggi langit, Karim menjemput asa dan impinnya di tengah pagi buta.

*Di tulis dari sebuah kisah nyata,perjuangan seorang anak bernama Karim yang menempuh perjalanan dari Kerawang ke Depok hanya untuk bersekolah*

Cerita ini di tulis untuk memenuhi 30 day's challenge dari mak @Honeydee1710
#littlebees
#littlebeeschallange
#notlittlebees

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 10, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Perjalanan KarimWhere stories live. Discover now