Sepasang saudara

23 3 0
                                    



Senin
Kuningan,19 Agustus 2019~

Nadia ke2.


Dina Hafissah Ainun,Gadis berwajah bulat itu,mengamati penampilannya di pantulan cermin.

Sesekali ia tertawa sendiri,menertawakan dirinya yang terlihat konyol dengan wajah yang ia gambar dengan lipstik merah milik umi-nya.

setelah puas,Hafisa segera keluar kamarnya dan mencuci muka nya.

"Kamu abisin lipstik umi lagi?."Tanya wanita paruh baya,menghampiri Hafisa.

Hafisa menampakan deretan gigi giginya,cengiran itu menandakan bahwa jawaban nya adalah iya sekaligus  maaf.

Bu Wika menggelengkan kepalanya.
"Udah umi bilang lipstik itu di pakainya di bibir Hafis."Nasihat umi-nya.

"Iya umi Hafisa tau,tapi karena Hafisa itu anak-nya terlalu kreatif,makannya Hafisa pakenya di pipi dan jidat."Balas Hafisa.

Umi Wika menggelengkan kepalanya tak mengerti,anak gadis-nya ini memang mempunyai otak yang sedikit miring.

Tak seperti anak gadis jaman sekarang,yang memakai cairan berwarna merah di bibirnya,hingga ketebalannya mencapai sepuluh centimeter.

Hafisa,putrinya itu lebih menyukai tampilan natural,Hafisa bilang,
'Definisi cantik bagi Hafisa adalah,taat dan menutup aurat'.

Selain itu Hafisa juga pernah berkata,'Semua wanita itu cantik,gak ada tuh wanita yang gak cantik adanya juga yang kurang bersyukur'.

'Semua wanita itu bisa cantik rupanya,tapi tidak semua wanita itu bisa cantik hatinya'.

' Cantik karena air wudhu dan ketaan itu lebih elegan,di banding cantik karena polesan make up dan hasil tangan dokter'

'Pokoknya Cantik itu adalah Taat pada allah'.

Da masih banyak lagi,perkataan Hafisa yang pernah ia lontarkan mengenai kecantikan wanita.

Intinya Hafisa lebih memilih mempercantik ahlak dan hatinya di banding Rupanya,bagi Hafisa rupa hanya perlu di jaga dan di rawat bukan di edit.

Hidupnya tidak perlu harus sama dengan gaya orang lain,yang harus Hafisa lakukan adalah Hidupnya harus seperti apa yang allah tetapkan.

Karena kunci bahagia adalah tidak pernah membandingkan hidup dengan orang lain,selain itu manusia di larang mengeluh.

Apapun yang terjadi,sebesar apapun masalah yang di hadapi,yang harus Hafisa lakukan adalah bersyukur,menikmati,mensabari dan memaafkannya.

"Terserah kamu saja,kamu mau kemana Hafis?."Tanya Umi Wika.

"Hafis mau main ke rumah Nadia ummi,kasian dia sendiri di rumah."Jawab Hafisa.

"Memangnya kemana bi Mutin-nya?."Tanya Umi Wika lagi.

"Bi Mutin sedang ke purwakarta selama tiga hari."Jelas Hafisa.

Umi Wika mengangguk mengerti.
"Udah ya umi gak usah tanya tanya lagi,Hafisa mau main ya."Ucap Hafisa.

"Sebentar dulu."Cegah umi Wika.

Hafisa menghela nafasnya jengah.

"Apa lagi umi?."Tanya Hafisa sambil menahan kekesalannya.

Umi Wika kembali masuk ke Dalam Rumah kecil itu,ketika kembali menghampiri Hafisa,umi Wika membawa kantung plastik hitam,yang entah apa isinya,Hafisa-pun tidak tau.

"Itu apa umi?."Tanya Hafisa.

Kantung plastik hitam itu pun di berikan pada Hafisa.

"Ini sayur daun pepeya,nanti di makan bareng bareng ya sama Nadia."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nadia ke2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang