Dia hanya terlihat ketika senja tiba, terlihat gelap namun indah. walau sekejap, namun hadirnya selalu menyisihkan kehangatan yang membekas.
______________________________________________________________________________
"Kakak manggil aku?" Tanya Aeris saat baru saja menginjakkan kaki diruang kerja sang kakak.
Pemandangan yang ia lihat saat mendekati meja kakaknya membuatnya merasa mual.
Tumpukan berkas dimana-mana, beberapa surat yang Aeris yakini adalah surat undangan dari para lady bangsawan wilayah selatan juga tertumpuk seperti tak ada niatan untuk membacanya.
Shuanne bergumam mengiyakan pertanyaan yang dilontarkan padanya tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas diatas meja. "Duduk dulu, ada yang mau kakak omongin."
Bukannya mengikuti arahan Shuanne, yang dilakukan Aeris adalah menyusuri ruangan itu sesekali membaca beberapa kata pada tumpukan berkas disekitarnya.
Jemarinya bermain nampak mengacak-acak surat undangan minum teh yang dikirimkan. "Kakak nggak muak sama ini semua?" Pertanyaan kembali ia lontarkan pada sang kakak.
"Uhm.. kamu mau menggantikan ku?"
Aeris berjalan berbalik dan menjatuhkan tubuhnya diatas sofa empuk menatap langit-langit ruang kerja Shuanne.
"Dengan senang hati, aku menolak." Jawabnya melirik Darren, asisten Shuanne yang telah bersumpah setia pada Marquis terdahulu.
"Berapa lama lagi kakak akan menahan ku disini? Sebentar lagi makan siang."
Shuanne menyanggah dagunya dengan sebelah tangan sembari tetap berkutat dengan pekerjaannya. "Kamu tidak sabaran sekali ya?"
"Kakak 'kan tau, Definisi time is money."
"Memang kamu pikir siapa yang membayar kehidupan mu selama ini?"
Aeris mengerucutkan bibirnya sembari menegakkan tubuhnya menatap Shuanne. "Aku cuma terima hak ku."
Shuanne menghela napas panjang, "Aku akan pergi ke ibukota untuk sementara waktu,"
"Jadi..?"
"Jadi," ia meletakkan penanya dan menatap Aeris. "Jangan buat semua orang khawatir saat kakak tidak ada disini."
Shuanne beranjak dari meja kerjanya, melangkah mendekati dinding kaca besar dan memunggungi Aeris. "Maksudku.. aku tau diumur mu saat ini pasti sangat penuh rasa ingin tau. tapi untuk sementara saja, sampai upacara kedewasaan mu, aku ingin kamu meredam rasa ingin tau mu pada hal-hal diluar nalar hingga mendorong mu melakukan hal yang berbahaya,"
Aeris menegakkan tubuhnya, "Selama ini kakak nggak pernah ngeliat aku keluar dari kediaman ini 'kan? Menurutku, aku nggak melakukan hal yang berbahaya."
"Darren, bisa kau beritahu aku apakah jatuh ke danau adalah hal aman?" Shuanne menatap Aeris dari kejauhan, menyandarkan pundaknya pada sisi jendela.
Darren mengikuti arah pandang Shuanne lalu berdeham, "Tanpa pengawasan itu tidak di anjurkan."
"Argh! Sudah aku jelaskan, aku melakukan itu bukan karena sengaja."
"Maka dari itu, tetaplah diam di dalam kediaman. Jangan sampai kabar tidak enak terdengar oleh ku saat aku berada di ibukota. mengerti?"
________________________________________________________________________
Putri bungsu mendiang Marquis Daplionel Jiellart dan Marchioness Chamelia Gemara Jiellart penguasa wilayah Selatan, penghasil tambang kristal terbesar di kekaisaran :
AERIS MECHAINE JIELLART
________________________________________________________________________
Putra pertama dari penguasa wilayah Selatan, kakak kedua Aeris. Seorang pengendali mana terkuat di menara sihir pusat kekaisaran disaat umurnya baru saja menginjak usia dewasa. Hampir tidak pernah menginjakkan kaki di kediaman setelah kematian kedua orang tuanya :
JEMIKO JIELLART
________________________________________________________________________
Penguasa wilayah selatan saat ini, putri sulung dari mendiang Marquis-marchioness yang tewas satu tahun lalu karena kecelakaan kereta kuda saat terjadi badai salju di wilayah perbatasan :
SHUANNE CHEYUAN JIELLART
________________________________________________________________________
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
AERIS
Fantasy"Ini lingkar sihirnya beneran nggak ada koreksi lagi? Kok kita nggak pindah kemana-mana?" Aeris Jiellart namanya, anak bungsu dari keluarga penguasa wilayah Selatan penghasil tambang berlian terbesar di kekaisaran. Ia hanyalah si bungsu yang selalu...