BINTANG JATUH

19 3 3
                                    

Semarang, 7 Mei 2015 [ Pukul 01:17 ]
- Padang Rumput Hijau

Merebah diantara rerumputan.
Menyendiri dan menatap bintang bintang.
Yap,
Itulah yang sering dilakukan Dewa Fahtiar Fisabilillah tiap malam ketika masa masa liburan.

Ditemani heningnya malam, ia bersantai sambil mengaduk perlahan secangkir teh hangat.
Semua itu dia lakukan hampir tiap malam

Beberapa saat, keheningan pun mendadak terpecah

*Sssk sssk sssk

Terdengar seperti langkah kaki disebelah kiri diantara rerumputan.

Arah pandangan dewa pun berubah dan terfokus ke sumber suara.
Ia melihat disisi kirinya terdapat semak semak yang bergerak misterius.

Dengan wajah  penasaran dan posisi satu kening terangkat, ia beranjak dari duduknya dan membuka dedaunan semak belukar dan....

*Meeoow*

Wajahnya mendadak datar, ia menghela nafas kemudian menghembuskannya didalam hatinya ia berkata

"Kucing brengsek"

Setelah mengetahui kalau itu hanya seekor kucing, ia berbalik

Sfx *jreeeenggg

"Hai dewa"

"Astagfirullah...." Sambil mengelus dadanya.
"Sudah berapa lama kau disitu hah?"

"Baru saja, ngomong ngomong teh mu pahit " protes bayu.. tetangganya dewa

"Aku suka teh tanpa gula.. nggak suka? Muntahkan saja"

Suasana hening sejenak

"Lo ngapain disini malam malam?" Tanya bayu dengan rasa penasaran

Dewa pun duduk disampingnya kemudian berbaring beralas rerumputan dengan berbantal tangan dan menatap ke langit

"Ada apa diatas sana?"

"Lihat saja"

Bayu pun mengikuti apa yang dewa lakukan rebahan di atas rerumputan dan menatap langit

"Indah bukan"

"Mmm...    Lo sering  kesini malem malem? "

"Gak"

"Oh.." sambil membuang muka

"Tidak..  aku hanya bercanda hehe..
Kalo libur hampir tiap malam kesini"

"Faedahnya?"

"Nggak ada :v"

"Lu lagi mikir apa sih, atau jangan jangan kau lagi mikirin si dia yeee... " Ejek bayu

Dewa tidak merespon perkataan bayu, ia malah makin terfokus ke satu titik di langit.

"Bener kan... ahaaaay" lanjut Bayu

Lagi lagi dewa tak merespon, dia malah beranjak dari rerumputan dan kemudian mengarahkan salah satu telunjuknya ke langit.

"Lihat itu" ucap dewa sambil menunjuk ke langit

Pandangan bayupun terfokus ke langit.
"Ya aku melihatnya.. bulannya terang sekali ya..."

"Bukan tolol, tapi disana ada bintang jatuh"

"Trus.. emang kenapa? Emangnya mau mengajukan permohonan bla bla bla bla bla gitu?"

"Lihat ekor bintangnya . . . Warnanya . . . Sangat . . . Tidak wajar"

" Mmmmmm.... Warnanya seperti . . . suar PUBG " ujar bayu

"Ck... " Desik kesal dewa yang dikombinasikan dengan dorongan kuat pada kepala bayu.

" Eh dewa "

"Napa!?" Jawab dewa yang masih kesal dengan tetangganya itu.

"Aku balik dulu ya . . . Perutku sakit"

"Ooh . . . Ngomong ngomong teh tadi yang kau minum, aku belum iklash, okee " jawab dewa

" Hayyaampun pantes -_- " sambil menepuk jidatnya sendiri

Bayupun berjalan pulang kerumahnya meninggalkan dewa yang masih saja menatap langit dengan wajah heran

" Apa cuma perasaan doang atau bintangnya semakin dekat?"

Bersambung >>>>

Kalimantan, 7 Mei 2015 [ pukul 01:35 ]
- Badan Pengawas Antariksa Indonesia

"Lihat..!! Ada objek yang menembus atmosfer"

Sambil menatap monitor dengan wajah terheran heran

" Objek terkunci, sedang ku analisa"

Process

0%

10%

70%

100%

*the process is complete  ( suara salah satu alat )

"Oh Tuhan . . . Ini mustahil"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PETARUNG CAHAYA MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang