"Ye dicariin dari tadi malah disini." ucap Chika yang baru saja masuk ke dalam kelas.
Dara tengah membaca novel miliknya dengan earphone yang menyumpal telinganya dan tidak menghiraukan ucapan Chika.
"Buset ini orang." gumam Chika karena ucapannya tidak dihiraukan Dara.
Brakk
Seisi kelas langsung melihat kearah Chika dan Dara. Ya suara gebrakan itu dari Chika yang kesal karena Dara tidak menghiraukan ucapannya.
"Ada apaan sih, Chik?"
"Kenapa tuh?"
Dara yang tengah membaca dengan earphone ditelinganya langsung menatap ke arah Chika.
Chika yang sedang menjadi tontonan seluruh isi kelas hanya menyunggingkan senyum tanpa merasa salah sedikitpun.
"Apa kalian liat- liat? Gue emang cantik, kalian baru sadar sama kecantikan gue?" ucap Chika tanpa rasa salah sedikitpun.
Seluruh isi kelas langsung melanjutkan kegiatan mereka masing- masing tanpa memperdulikan ucapan Chika.
"Lo mau ngomong apaan?" ucap Dara sudah jengah dengan kelakuan Chika yang mengganggu aktivitas membacanya.
"Lo dari tadi ngga dengerin gue?" ucap Chika dengan nada lembutnya.
Dara hanya membalas ucapan Chika dengan gelengan kepala.
"Dara. Lo tadi kemana aja? Gue cari elo di perpustakaan sampai ke kantin dan lo enak- enakan baca novel tampa inget sama Chika yang cantik bagai bidadari syurga? Tega lo ya?" ucap Chika dengan nada bagai orang yang tersakiti.
"Salah sendiri ngga pinter cari gue." ucap Dara langsung melanjutkan membaca novel yang masih dia pegang.
"Jadi salah gue? Iya? Daraaa kok lo makin nyebelin sihh?" teriak Chika frustasi dengan respon Dara yang acuh.
"Berisik woy!"
"Apaan lagi sih?"
Dara langsung memasukkan kertas ke dalam mulut Chika dan seluruh isi kelas hanya memperhatikan kedua sahabat itu tanpa niatan untuk mengganggu, karena mereka tau apa yang akan terjadi jika mengganggu macan tidur.
"Udah ketemu juga masih berisik aja, kasian yang lain keganggu sama teriakan lo." ucap Dara memperhatikan Chika yang tengah merapikan rambutnya.
"Salah lo ninggalin gue." ucap Chika ketus.
"Ya sorry. Abis gue terlanjur kesel sama cowo itu. Yang nabrak dia, gue yang disalahin. Ngatain ngga punya otak lagi, sepinter apa dia." ucap Dara kesal.
"Lo ngga tau dia siapa?" ucap Chika penasaran.
Dara hanya menjawab dengan menggeleng kepalanya.
"Parah lo. Kuper amat hidup lo, ngga tau siapa cowo yang lo tabrak. Kayanya gue perlu musnahin semua buku novel lo, biar lo liat dunia luar." ucap Chika sembari menunjuk semua buku novel yang berada di atas meja Dara.
"Lo musnahin buku novel gue, gue musnahin hidup lo." ancam Dara.
"Nih gue kasih tau ke elo ya. Dengerin gue! Dia itu Baron, cowo idaman cewe- cewe di sekolah kita." ucap Chika serius.
"Pada buta kali ya, cowo ngga sopan kaya gitu diidamin." ucap Dara ketus.
"Astaga Dara! Lo belum kenal dia, dia itu anaknya sopan pokoknya idaman banget lah." ucap Chika menatap tajam Dara.
"Jangan asal ambil kesimpulan. Lo ngga tau dalemnya gimana." ucap Dara serius.
"Lo ngga percayaan banget sama gue, Baron itu pernah satu SMP sama gue jadi gue tau gimana orangnya. Bukan asal ambil kesimpulan." ucap Chika tenang.
"Tetep aja dia ngga sopan." ucap Dara ketus.
"Kalo tadi lo langsung minta maaf, dia juga minta maaf sama lo karena ucapan dia. Lo juga langsung lari, bukannya bantuin ambil berkas- berkas." ucap Chika.
"Udah sih, ngga usah bahas lagi. Ngga penting tau ngga." ucap Dara ketus.
###
"Permisi, Bu. Berkas- berkasnya ditaruh dimana ya?"
"Eh, Baron. Taruh disini aja, makasih ya udah bantuin ibu bawa berkas- berkas." ucap Ibu Lusi.
"Bu, ini saya minta maaf. Tadi saya kurang hati- hati dan berkasnya acak- acakan." ucap Baron hati- hati.
"Tapi kamu ngga apa- apa kan?" ucap Ibu Lusi lembut.
"Saya ngga apa- apa, Bu. Cuma berkas- berkas Ibu yang acak- acakan." jelas Baron.
"Ngga apa- apa, Ibu malahan berterima kasih sama kamu udah bawain berkas- berkas ini ke kantor." ucap Ibu Lusi.
"Iya Bu, sama- sama. Saya permisi dulu." ucap Baron sopan.
"Eh bentar dulu. Baron, Ibu mau minta tolong lagi sama kamu. Tolong nanti pulang sekolah langsung menghadap Ibu, sekalian sama Adara Maharani anak kelas 11 bahasa 1 ya." ucap Ibu Lusi.
"Baik Bu, saya permisi." ucap Baron berlalu dari hadapan Ibu Lusi.
###
Bel pulang sekolah baru saja berbunyi di kelas tidak ada guru dan tanpa ada aba- aba Baron langsung berlari keluar menuju kelas 11 bahasa 1, meski jaraknya yang cukup dekat dia tidak ingin mengecewakan gurunya.
"Baron lagi nungguin gue ya?"
"Hai Baron, kok makin ganteng sih."
"Senyum aja bikin gue jantungan gini, apa lagi kalo ngomong gua bisa mati ini."
"Loh Baron, lo ngapain disini? Mau cari gue?" ucap seorang laki- laki yang baru saja keluar dari kelas 11 bahasa 1.
"Eh elo, Za. Ngapain gue cari elo? Gue mau cari Adara Maharani disini kan kelasnya?" ucap Baron.
Yang baru saja keluar adalah Erza Ramadhan, teman Baron dari kecil hingga sekarang.
"Oh nyari Dara iya kelasnya disini. Ada apa emang?" ucap Erza curiga.
"Gue disuruh manggil dia buat menghadap Bu Lusi abis bel pulang." jelas Baron.
"Kirain ada apa, kan tumben lo cari cewe." ledek Erza pada Baron.
"Udah, panggilin lah orangnya. Nanti malah Bu Lusi nunggu kelamaan." ucap Baron.
"Bentar. Eh, Dara ada yang nyariin lo ini." teriak Erza ke dalam kelasnya.
"Siapa yang nyari gue?" ucap Dara yang baru saja keluar dari kelas dan kaget dengan apa yang dia lihat.
"Disuruh menghadap Bu Lusi sekarang." ucap Baron langsung pergi dari hadapan Erza dan Dara.
"Kaya gitu dieluh- eluhin jadi cowo idaman? Bener- bener udah buta." ucap Dara berlalu menuju ke kantor.
###
Vote vote vote + comment.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stars
Teen FictionKisah seorang gadis remaja dengan segala keadaan yang begitu menghancurkan semua mimpi- mimpinya, semua keadaan yang membuat hidupnya terombang ambing. Begitu kerasnya dunia bagi dirinya, tapi rasa menyesal tidak ada dalam kamus hidupnya. Baginya hi...