-If there is one left, i will take the chance for us.
.
.
."Daehwi, Kuanlin." serempak keduanya menoleh pada suara yang memanggil mereka.
"Jihoon hyung" "Jihoonie hyung" Ucap Daehwi dan Kuanlin bersamaan.
Jihoon yang masih terengah akibat berlari dari gedung latihan ke asrama, mencoba menetralkan nafas menghampiri dua lelaki yang lebih muda darinya itu.
"Apa benar- Jika Woojin- Woojin dilarikan ke UGD?" tanya Jihoon terbata.
"Ya hyung." ucap Kuanlin menatap lelaki manis yang masih terengah tersebut.
"Apa yang terjadi padanya? Kenapa bisa?" buru Jihoon pada keduanya ingin tahu.
"Woojin hyung terlalu memaksakan diri. Aku rasa tubuhnya panas sejak awal, sehingga staminanya drop dan pingsan saat sedang berlatih." jelas Kuanlin. Jihoon yang mendengar hal itupun entah kenapa merasa khawatir. Tak mungkin jika hanya demam biasa sampai harus dilarikan ke UGD.
"Tapi bagaimana hyung bisa tahu?" tanya Daehwi.
"Ah..itu Sewoon Hyung yang tak sengaja melihat kalian membopong Woojin di kor-"
"Lee Daehwi!" teriak seseorang dari pintu asrama yang menginterupsi ucapan Jihoon. Sontak ketiganya menoleh pada suara lelaki yang terdengar tak asing.
"Hyeongseob?" "Seobie hyung" ucap Daehwi dan Jihoon yang sedikit heran dengan serempak. Hyeongseob tak memperdulikan tatapan penuh tanya Jihoon yang tertuju padanya. Ia kemudian berjalan pelan menghampiri ketiga pemuda yang berkumpul di depan tangga asrama tersebut. Saat ini di otak Hyeongseob ada hal lebih penting yang harus ia konfirmasi.
"Daehwi-ya, apa itu benar? Aku dengar Woojin pingsan saat latihan. Bagaimana bisa? Apa yang terjadi dengan Woojin? Apa dia baik-baik saja?" ucap Hyeongseob memburu Daehwi dengan pertanyaannya. Raut cemas tercetak jelas di wajah Hyeongseob.
"Woojin hyung hanya terlalu memaksakan diri. Sampai saat ini kami belum mendapat kabar lanjutan dari staf yang menanganinya." potong Kuanlin sebelum Daehwi membuka mulutnya untuk bicara.
"Woojin-ah.." gumam Hyeongseob cemas, yang dapat didengar jelas oleh Jihoon disampingnya. Jihoon hanya melirik Hyeongseob tanpa berkata apapun.
"Kita doakan saja semoga Woojinie hyung baik-baik saja." ucap Daehwi melirik tiga orang tersebut bergantian.
"Benar. Sebaiknya kita juga kembali ke kamar masing-masing, karena besok kita masih harus latihan." ucap Kuanlin. Daehwi mengangguk menyetujui. Hyeongsob masih terlihat khawatir dan ingin menyampaikan sesuatu namun ia memilih untuk mengurungkan niatnya. Sedangkan Jihoon masih melirik Hyeongsob sebelum ikut berbicara.
"Ya benar. Sebaiknya kita beristirahat. Kau juga Seobie. Besok kita masih harus berlatih. Jangan khawatir tentang Woojin. Dia bukan orang yang lemah." ucap Jihoon bijak. Secara tak langsung Jihoon ikut menguatkan hatinya sendiri.
"Baiklah, aku duluan Daehwi, Kuanlin. Seob." ucap Jihoon menepuk pundak Hyeongseob sebelum melangkah pergi.
***
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL FAREWELL
Fanfiction"Destiny? Kau percaya akan hal itu?" Pemuda berkulit tan disampingnya itu hanya diam tak menjawab. Masih menatap langit malam yang dipenuhi taburan bintang. "Kau tau, aku pernah membaca hal ini disuatu tempat, katanya jika seseorang yang bertemu den...