Khayal

66 9 0
                                    

Namanya khayal, sulit dimengerti jalan pikirannya, egois, tak mau kalah, selalu ingin menang sendiri. Terkadang aku lelah menghadapi sifatnya yang begitu arogan. Terkadang ku acuhkan saja agar dia memiliki celah untuk menggrogoti relung batin.

Sorry, itu cuma kata sambutan aja.
Jadi, awal cerita ini adalah ketika aku masih duduk dibangku SMA, kuperkenalkan namanya, Rana. Adalah gadis remaja berkacamata,putih. Aku mengenalnya ketika awal aku masuk sekolah, hanya dengan bertukar akun instagram aku langsung jatuh cinta. Bagaimana tidak, dengan suaranya yang lembut memanggilku. Aku terkejut ketika dia bilang "tukaran instagram yuk!". Tak pikir panjang kuberikan handphone ku kepadanya. Dan dia menuliskan nama isntagramnya. Kutatap wajahnya yang asing dan dia tersenyum. Upss, maaf waktu itu sedang mati lampu, kutatap matanya di celah cahaya yang menembus dari layar handphone ku. "jangan lupa follback!" kataku meneriakinya. Sambil menjulurkan jempol dia pergi menjauh.

Sedikit pemberitahuan, aku adalah anak asrama. Awal pertemuanku dengannya adalah di asrama.

Setelah mendapatkan instagramnya aku mulai bertanya rumah, kelas, dan kontak line-nya. Dia anak rantau juga ternyata, dari sebuah tempat yang jika dari kota ketempatnya kurang lebih satu jam. Tidak cukup jauh, dan aku mengalihkan pembicaraan untuk meminta line nya. Dia memberi dengan sepenuh hati. Akhirnya aku dapatkan juga kontaknya.

Beralih pembicaraan aku sapa dia di layar line, ternyata di fast-responded. Kaget, gembira dan senang. Ku perkenalkan diriku ulang padanya, ternyata dia mengenalku duluan lewat line. Perbincangan lewat line pun berjalan terus, mulai menanyakan kenapa bisa dia sekolah di sini, bagaimana bisa tau sekolah ini dan masih banyak hal.

Sulit dimengerti jalan pikiranku, dia baik, ramah, tidak sombong. Hatiku selalu berkata "coba saja untuk kesekian kalinya!", seakan akan aku dipaksa untuk kenal lebih jauh dengan gadis ini. Tapi pribadiku selalu menolak, entah karena takut, ditolak, ataupun hal-hal tidak enak yang akan terjadinya nantinya. Sudahlah aku hanya ingin sendiri untuk beberapa waktu ini. Kupertahankan kukuh imanku untuk tidak melanjutkan chat itu.

Akhirnya obrolan singkat yang perlahan kubangun mulai terbengkalai, sudah basi, bahkan tak bersisa lagi. Tapi...

Kopi SenjakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang