Prolog

11 0 0
                                    


Kau tidak pernah melupakannya, tetapi hanya menolak mengakui bahwa kau masih mencintainya.


MELBOURNE, 2016

Stella duduk termenung sambal menikmati Caramel Macchiato yang baru saja diantarkan oleh pramusaji. Saat itu sepertinya kafe terlihat ramai dengan para pengunjung yang silih berganti mendatangi kafe ini. Berbeda halnya dengan Stella, yang sedari tadi hanya duduk, merenung, memperhatikan setiap orang yang datang dan pergi. Caramel Macchiato, minuman yang saat ini berada di mejanya, adalah minuman ketiga yang sudah dipesan oleh Stella. Tak lupa, ponselnya terus berusaha menghubungi seseorang yang saat ini sedang ditunggu oleh Stella. Apa yang sedang dilakukannya sampai ia membiarkan aku menunggu berjam-jam disini, pekik Stella didalam hati. Stella merasa jengkel, belum pernah sahabatnya itu bersikap tak acuh seperti saat ini, pasti ada sesuati yang tidak beres.

“Apakah kamu sering datang ke kafe ini?” tanya seorang pria yang duduk disebelah meja tempat Stella berada.

Sulit bagi Stella untuk mendefinisikan pria yang sedang menunggu jawabannya tersebut. Menurutnya, pria itu melebihi kata tampan. Ia juga memiliki kulit yang putih dan senanda dengan warna bibirnya yang merah muda. Sesaat, pria itu mengingatkan Stella pada seseorang di masa lalu, tapi ia sedikit lupa dengan raut wajahnya. Stella memiliki kesulitan untuk mengingat wajah seseorang. Wajar saja ia melupakan orang yang mungkin pernah menjadi sahabatnya atau orang yang cukup spesial dalam hidupnya. Jika sudah lama tidak bertatap wajah, sedekat apapun hubungannya dengan Stella, gadis itu pasti akan sulit untuk mengingat orang tersebut. Terkecuali, jika sebelum mengenalinya, orang itu sudah mengatakan identitasnya terlebih dahulu.

“Kenapa diam saja? Kamu tidak bisa mendengar suara saya?” tanya pria itu sambil berfikir kenapa Stella hanya diam saja sambil memandanginya. Padahal, pria itu cukup yakin bahwa tadi ia berbicara dengan keras. Suasana kafe saat itu juga sedang tidak bising, dikarenakan denting piano yang mengalun memenuhi seisi ruangan, membuat para pengunjung diam mendengarkan dan tidak membuat keadaan kafe berisik meskipun dalam keadaan ramai. A Morning of the Slag Ravine, melodinya dimainkan dengan tempo yang pas sehingga menghasilkan alunan musik yang indah dan enak didengar.

“Ah, maafkan saya, mungkin saya terlalu larut mendengarkan lagunya. Tentu saja sering, bahkan hamper tiap hari saya datang kesini karena ini dekat dengan kantor saya,” balas Stella. Mungkin pipinya sekarang sudah bersemu menampilkan warna merah muda di wajahnya yang baby face itu, ciri khas seorang wanita yang malu karena kepergok memperhatikan seorang pria. Apalagi pria itu sendiri yang memergokinya.

“Terhanyut? Tunggu sampai saya memainkan piano itu, mungkin kamu akan menangis sambil memberi saya tepuk tangan yang gemuruh.” Pria itu kemudian berjalan menuju tempat pemain piano tadi duduk, tepat setelah pemain piano itu menyelesaikan lagu yang tadi ia mainkan. Pria tadi sepertinya berbicara kepada pemain piano tersebut, sesaat setelahnya ia lalu dipersilakan duduk dibangku piano itu. Tangannya mulai menyentuh tuts perlahan-lahan. Mungkinkah ia seorang pianis? Caranya memainkan piano terlihat elegan, ucap Stella dalam benaknya. Tapi yang lebih membuat Stella kaget adalah lagu yang dimainkan pria itu, Ballade No. 1 Op. 23 . Chopin.  Bagaimana bisa kebetulan seperti ini terjadi, lagu kesukaan Stella dengan indahnya dimainkan oleh pria tersebut. Satu persatu tangannya menyentuh tuts piano dengan sangat tertata, sepertinya ia seseorang yang sudah sering berhadapan dengan piano. Cara ia bermain dan temponya yang sangat pas, sekali lagi mengingatkan Stella pada seseorang.

Mungkin aku harus memberinya tepuk tangan yang gemuruh, Stella menutup matanya sambil menikmati melodi indah yang mengalun ini. Tapi sesaat, Stella seperti menyadari sesuatu.

Mungkinkah dia………,




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memories With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang