#1

3 0 0
                                    

Sebuah kota yang terkenal sebagai kiblat mode dunia dan merupakan salah satu tempat tujuan wisata yang ramai dikunjungi oleh para wisatawan. Apalagi jika bukan Paris.

Ibu kota Perancis ini tidak hanya dikenal sebagai kota mode saja, tetapi dikenal juga sebagai kota budaya, kuliner, dan sastra. Bahkan Paris terdaftar sebagai salah satu kota paling romantis di dunia.

***

Paris – Sorbonne University

12.00 am

"Baiklah anak-anak, materi hari ini cukup sampai disini. Sampai bertemu dipertemuan selanjutnya." Ucap seorang dosen yang sudah siap meninggalkan kelas. Setelah dosen tadi meninggalkan kelas, para mahasiswa pun berhamburan keluar kelas.

Seorang gadis baru saja keluar dari mobil BMW Individual 760Li Sterling yang terpakir didepan sebuah restoran dekat Sorbonne University. Ia mengarahkan pandangannya ke sekeliling restaurant. "Viola." Panggil seseorang sambil melambaikan tangan. Yang dipanggil pun segera menghampiri seseorang yang tengah duduk dan sudah siap dengan makan siangnya. "Sudah dari tadi disini ?" Tanya Viola. "Baru saja. Ini pesananmu, satu porsi coq au vin setangah matang tanpa garlic." Ujar gadis bernama Adelina sambil menyuguhkan pesanan sepupunya. "Merci." Ucap Viola lalu melahap pesanannya.

Ø Coq au vin adalah ayam jantan yang dimasak dengan wine, lardon, jamur, dan terkadang garlic.

Ø Merci : ucapan terimakasih dalam bahasa Perancis

Walaupun mereka vampir, mereka tetap dapat menikmati makanan manusia, asalkan makanan itu berupa daging yang masih mengandung sedikit darah. Seperti karnivora. Hal ini membuat mereka sulit dibedakan dengan manusia.

Ketika mereka menikmati makan siang, tiba-tiba Viola bertanya."Siapa mereka?" Tanya Viola sambil menunjukkan pandangan yang mengarah ke tiga orang laki-laki berkulit tan dibelakangnya. Adelina mengikuti arah pandangan sepupunya, "Aku dengar mereka mahasiswa baru di Sorbonne." Jawabnya santai.

Diam-diam, sekelompok lelaki itu pun sedang membicarakan Viola dan Adelina. "Apa kau tahu mereka siapa?" Tanya seorang lelaki bernama Nathan kepada kedua lelaki yang duduk disampingnya. "Mereka mahasiswi dari universitas yang sama dengan kita." Jawab Theo lalu melanjutkan makan siangnya yang terganggu karena pertanyaan Nathan.

"Bukan itu jawaban yang aku harapkan. Maksudku siapa nama mereka?" Nathan kembali bertanya. "Kalau tidak salah gadis yang menghadap ke arah kita bernama Adelina dan yang satunya bernama Viola." Jelas Aaron yang baru saja menyelesaikan makan siangnya. "Ada apa?" kali ini Theo bertanya, rasa penasaran mulai menghinggapi dirinya. "Tidak ada, lupakan saja." Balas Nathan, seperti menyembunyikan sesuatu.

Tiba –tiba Viola memperlihatkan senyum sinisnya. Adelina yang menyadari hal itu pun memperlihatkan ekspresi kebingungan, ia ingin mengetahui hal apa yang dipikiran sepupunya. "Mereka sedang membicarakan kita," bisik Viola nyaris tidak terdengar.

"Selesai. Apa kau masih ada jam kuliah?" Tanya Viola."Kau makan begitu cepat. Tidak ada. Ingin pulang?" Adelina balik bertanya. "Tidak juga, hanya saja aku ingin secepatnya meninggalkan tempat ini," ungkap Viola karena merasa tidak nyaman diperhatikan oleh tiga orang lelaki dibelakangnya. "Baiklah, tapi tunggu aku menghabiskan makanan ini" Adelina melanjutkan makan siangnya.

Tanpa menunggu lama, kedua gadis itu beranjak pergi meninggalkan restoran serta meninggalkan tiga orang lelaki yang membicarakan mereka. Tepatnya saling membicarakan.

"Aku rasa mereka memperhatikan kita" ujar Adelina setelah ia dan Viola memasuki halaman parker. "Sejak tadi" balas Viola dengan ekspresi datar. "Sejak tadi? Kenapa aku tidak menyadarinya?" ujar Adelina penuh tanya. "Kau terlalu fokus dengan makan siangmu" cetus Viola sembari membuka pintu mobil.

Chevalier's Mode Boutique

12.30 am

"Bienvenue" ucap semua pegawai ramah, ketika dua orang gadis melewati pintu masuk. Sementara keduanya hanya membalas dengan senyuman.

Ø Bienvenue : selamat datang (re : biyangvenu)

Ø Bonjour : halo (re : bongzyur)

"Bonjour" sapa Viola saat berada diambang pintu ruangan pribadi kakaknya. Yang disapa pun berbalik, "Bonjour, apa kalian baru saja pulang ? " balas Fredella sambil mempersilahkan kedua tamunya duduk. "Ya" jawab Adelina menganggukan kepala, sementara Viola hanya berdehem.

"Anak ini!" komentar Fredella pada adiknya."Kenapa? Apa ada yang salah?" tanya Viola yang tidak mengetahui kesalahannya. "Apa tidak ada jawaban lain? Kau ini seperti tidak punya semangat untuk hidup" Fredella semakin kesal.

"Kita kan sudah mati" ujar Viola kurang jelas karena mulutnya tertutup oleh telapak tangan Adelina. "Ish... kau ini benar-benar" celetuk Fredella.

Neville's Family House

06.00 pm

"Apa kalian ingin mampir dulu?" tawar Adelina yang baru saja membuka pintu mobil. "Tentu saja, ada yang harus aku bicarakan dengan Cleo." jawab Fredella antusias. "Apa kau tidak akan mampir?" tawar Adelina lagi, namun kali ini hanya kepada Viola. "Tidak, terima kasih. Aku akan menunggu di mobil saja" Viola menyandarkan kepalanya.

"Ada apa denganmu? Tidak biasanya seperti ini?" tanya Fredella menanggapi sikap adik perempuannya. "Aku hanya ingin menikmati angin malam saja" Viola menjawab dengan malas.

Akhirnya Adelina dan Fredella masuk ke dalam rumah yang dihuni oleh keluarga Neville. Alexa Neville, Cleo Neville, dan yang terakhir Adelina Neville.

Dua puluh menit berlalu, Viola masih diam didalam mobil BMW miliknya. Sementara Fredella, ia pasti sedang sibuk mendengarkan cerita-cerita Cleo yang menurutnya menarik. Ketika Viola membuka pintu mobil, berniat menyusul Fredella, tiba-tiba ia melihat segerombolan pria yang sedang berjalan dari arah berlawanan. Mata gadis itu pun terbelalak melihat pemandangan yang ada diluar sana, tujuh orang pria yang bertelanjang dada.

'Apa yang mereka lakukan dengan tubuh setengah telanjang?' pikir Viola. Ia mengurungkan niatnya untuk menyusul Fredella dan tetap diam didalam mobil. Banyak sekali pertanyaan yang ada dibenaknya. Siapa mereka? Apa yang mereka lakukan? Kenapa mereka bertelanjang dada? dan masih banyak lagi.

"Sepertinya ada beberapa orang yang tidak asing bagiku" ujar Viola kembali berpikir. "Oh ya, ada tiga pria yang tadi siang berada di restoran" lanjutnya setelah menemukan jawaban. "Tapi, apa yang mereka lakukan? Ah sudahlah, tidak penting juga. Untuk apa aku memikirkan mereka." Viola mengakhiri pikirannya tentang segerombolan pria tadi.

Setelah menunggu lebih dari setengah jam, akhirnya Fredella keluar dari rumah keluarga Neville. Lalu mereka berdua berpamitan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 03, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Wolves and VampiresWhere stories live. Discover now