Chapter 2

22 1 0
                                    

Pagi ini Nadia bersiap untuk pergi sekolah. Menatap dirinya di depan cermin , lalu mengambil sisir untuk merapihkan rambut panjangnya sambil memikirkan hal-hal yang mengganggu pikirannya saat ini.

Dua minggu terakhir Nadia sama sekali tidak mengikuti kegiatan ekskul nya lagi. Faktornya tak lain karena permasalahan yang rumit.Padahal ia sangat suka sekali dengan menari. Tidak hanya suka, tapi juga kemampuan menarinya yang benar-benar bagus,bahkan Kak Fira sang ketua dancepun sampai memohon beberapa kali kepada Nadia untuk tetap hadir dan juga mengikuti kompetisi dance yang akan dihadapinya nanti, tapi Nadia harus mati-matian menolak hal itu. Jujur saja menolak sesuatu hal yang diinginkan sangat menyakitkan.Apalagi jika tiap pulang sekolah mau tak mau ia akan melihat teman-temannya berlatih.Sekarang saatnya ia tidak boleh egois bukan?. Sudah cukup untuk saat ini pergi belajar dan bekerja untuk kehidupannya.

Disaat pikirannya sedang kalut. Nadia dikejutkan oleh seseorang yang terpantul di cerminnya tak lain adalah Bu Sarah, Ibu Nadia.

“Nadia, tanganmu tidak apa-apa?” .
Tanpa ada jawaban dari Nadia Bu Sarah langsung mengambil alih sisir yang di pegang oleh Nadia seraya merapihkan lagi rambutnya.

“Sekali lagi, ibu minta maaf yah. Karena ibu kamu jadi terluka.” Ucap bu Sarah lirih.”Ibu tahu akhir-akhir ini kamu berubah. Kamu seperti orang lain. Jika karena ibu kamu jadi seperti ini , ibu sudah tidak apa-apa sayang. Karena keberadaan kamu dan kebahagiaanmu itu adalah obat ibu yang berharga.”

Nadia yang tadi hanya menatap pantulannya langsung menoleh ke belakang melihat wajah Bu Sarah dengan seksama. Mencari kebohongan di mata ibunya, tapi yang ia lihat hanyalah ketulusan dan senyuman hangat yang terukir di wajah rentanya. Nadia tak mampu berkata lagi hanya anggukkan yang bisa mewakilkan perasaannya saat ini.

○○○

“ Nad pokoknya kamu harus pake dress yang aku siapin. Ini tuh bener-bener cocok banget sama kamu” Jessica berteriak sambil menghampiri meja Nadia.

“Wahh? Beneran?”Jawab Nadia antusias walaupun sebenarnya tidak juga. Karena ia tidak terlalu peduli dengan hal semacam itu. Toh tak ada dresspun ,dia bisa memakai baju apa saja.

“Kamu gak percaya? Oke lihat saja nanti” Ujar jessica percaya diri sambil sesekali tertawa karena membayangkan betapa puasnya dress yang dibicarakannya itu.

“Oke jadi berapa?”Pertanyaan Nadia sukses membuat Jessica berhenti tertawa.

“Nad ..” Jesicca menatapnya lekat.”kamu gak perlu sampe kaya gitu. Aku emang sengaja nyiapin dress ini tanpa perlu kamu bayar. Aku ikhlas kok”.

Nadia langsung terkejut mendengar perkataan Jessica. Jujur saja hatinya sedikit tersentuh. Setidaknya ia merasa lega karena tak perlu menghabiskan  banyak uang. Tapi karena hal itu ia jadi menepis keterkesimaannya terhadap Jessica tadi. Ini tak boleh terjadi. Semakin banyak orang yang peduli padanya, semakin banyak juga orang yang memanfaatkannya. Tidak boleh bergantung banyak pada orang lain juga tidak bergantung banyak pada diri sendiri.Ia sudah bertekad akan hal itu.

**
Arkan baru saja keluar dari kelasnya. Setelah pembelajaran yang dipenuhi hitungan dan teori tadi ia langsung bergegas ke tempat latihan karate untuk menghilangkan rasa penatnya. Tak dipungkiri bahwa Arkan sudah memegang sabuk hitam di karate. Tidak heran juga ia masuk dalam jajaran siswa populer, tapi terkadang ia juga tak populer, karena memang dia selalu menutupi diri. Tidak seperti teman-temannya yang selalu tebar pesona. Kepopulerannya itu tertutup oleh teman-temannya yang selalu terbuka terhadap siapa saja. 

“Memang Arkan itu anak rajin pangkal pandan ya” Ujar Riyan.

“PANDAAIII” Jawab serentak anak-anak Karate. “Garing kali yan...” Tambah si pria manis Zaka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RemedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang