Prolog

7 3 1
                                    

Suara rintikan hujan semakin deras, memekakan telinga. Para pejalan kaki bergegas mencari tempat berteduh, berlali kesana kemari hingga membuat kebisingan.

Jung Seulbi duduk menyandar pada tiang listrik. Membiarkan tubuh kurusnya yang terbalut sweater terkena air hujan. Tangan kanan nya tak berhenti melemparkan batu kerikil di sekitarnya.

Menggerutu, menangis, kemudian marah marah sendiri seperti orang gila. Orang orang yang melihat bahkan hanya melirik kepadanya, segera gadis itu beri tatapan sinis. Membuat mereka menggelengkan kepala, kemudian meninggalkan Seulbi.

"Apa kau liat liat?! Mau ku lempari batu?!"

Lalu mereka semua segera pergi menjauh, menghindari gadis gila itu.

"Mingyu sialan! Beraninya kau menyelingkuhiku!" Seulbi merengek, membuat celananya basah dan kotor mengenai genangan air hujan.

Tangannya semakin gencar melemparkan batu, tatapannya semakin menghitam, penuh kemarahan disana.

Seulbi benar benar tak habis pikir dengan lelaki berkulit tan itu, tega teganya ia bermain di belakang. Padahal, Seulbi sudah memberi Mingyu apapun. Memberi Mingyu banyak perhatian. Tapi lelaki itu lebih memilih kakak kelas nya yang seperti cacing kremi itu.

Dasar cabe!

"Cabe busuk! Awas saja kau, ku rontokkan bedak lima sentimu itu!" Gadis itu menunjuk nunjuk kedepan, benar benar sepertu orang gila.

Sekelebat sosok lewat begitu saja di depan Seulbi, membuat gadis itu terlonjak kaget. Kepalanya mendongak, mengikuti pergerakan orang itu.

Seorang lelaki yang sepertinya baru saja di tolak lamaran pekerjaannya. Lihat saja pakaiannya. Kemeja kotor, sebuah berkas yang sudah basah, sepatu nya yang menganga. Oh, astaga sepertinya masih ada orang yang lebih menderita dari Seulbi.

Gadis itu bangkit, berjalan menuju halte yang menjadi tempat berteduh lelaki tadi. Melupakan segala kekesalannya. Membiarkan hujan terus mengguyur tubuh nya. Kakinya terhenti ketika menginjak sesuatu.

Seulbi menunduk, menatap nametag yang sepertinya milik pria tadi. Gadis itu segera mengambil benda tersebut, menatapnya dengan teliti.

"CEO, Jeon Jungkook" eja nya dengan suara yang pelan. Atensinya beralih pada lelaki tadi, kemudian menatap kembali nametag di tangannya.

CEO itu apa ya? Seulbi membatin.

"Sepertinya milik lelaki itu"

Kakinya melangkah kembali, sedikit berlari, takut jika orang itu pergi.

Tangannya menepuk pelan bahu lebar lelaki itu, sehingga membuatnya membalikan badan.

"Ah, ini punyamu?"

Beberapa orang yang berada di halte, menganga tak percaya. Tatapan mereka seperti, apa yang gadis gila ini lakukan dengan tuan Jeon?

Alis lelaki itu terangkat, kemudian segera merampas nametag nya yang sudah kotor oleh air hujan.

Gadis itu segera merogoh sesuatu di saku sweaternya, mengangkat benda yang ia cari di depan lelaki itu. Tangan Seulbi menarik tangan kekar Jungkook, menaruh sebuah permen karamel yang sudah basah dengan wajah yang di dramatiskan.

"Hm, hari ini mungkin kau belum bisa di terima, lain kali berusaha lagi ya, jaman sekarang melamar menjadi office boy seperti melamar menjadi manager, semangat ya!"

Seulbi menatap Jungkook prihatin, kemudian melenggang pergi begitu saja. Membuat orang orang disana melongo, termasuk Jungkook.

"Office boy? Gadis itu tidak tau arti CEO ya?" Bisik salah satu orang disana.

"Gila ya? Sudah jelas di nametag itu tertulis CEO"

"Apa gadis itu sedang mencoba menarik perhatian Tuan CEO Jeon yang terhormat?"

Jungkook diam, matanya menelisik punggung kecil Seulbi yang menerobos derasnya hujan dengan santai, matanya memicing sinis, sudut bibirnya terangkat membentuk senyum miring.

Jeon Jungkook tak pernah tau, bahwa kesialan dia hari itu, membawa sang takdir menghampirinya. Membuat hatinya yang beku, perlahan mencair bersama rintikan hujan.

Jamais VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang