-1-

4 3 1
                                    

Suara bising dari kelas 12 IPA 2 terdengar nyaring, pertanda bahwa tak ada guru yang masuk kedalam ruangan panas itu. Beberapa anak perempuan berkumpul untuk membicarakan gosip terbaru, termasuk Seulbi dan Minji. Lebih tepatnya, Minji memaksa Seulbi untuk bergabung.

Gadis berambut pendek itu sesekali menguap mendengar pembicaraan temannya yang membosankan.

"Oh! Kau tau Seulbi, mantan pacarmu itu dikabarkan mengencani kakak kelas kita yang seperti badut itu" Hana berteriak antusias, membuat Minji seketika menoleh kepada Seulbi yang tampak biasa saja.

"Wajahku terlihat perduli ya?"

Mereka sontak menganga, menutup mulut mereka tatkala Seulbi melontarkan kata kata savage nya.

"Oww, Seulbi ku sudah besar!" Lisa mengangkat tangannya tinggi tinggi.

Hana menatap haru, mencoba mendramatiskan suasana. Membuat Seulbi mendengus geli melihat respon teman temannya.

Sedangkan Minji masih menatap Seulbi dengan tatapan tak percayanya.

"Kau yakin?"

"Santai saja Min, aku bukan budak cinta" Seulbi tersenyum bangga, membuat Minji yang melihatnya ingin muntah.

Cih, bukan budak cinta apanya. Kemarin saja gadis itu menelpon Minji larut malam, menangis sejadi jadinya, kemudian marah marah tak jelas, sampai membuat Minji stress sendiri.

Ceklek

Pintu kelas terbuka, membuat suara bising itu seketika hening, anak anak langsung berlarian menuju tempat duduknya saat Pak Choi memasuki kelas dengan sebuah tumpukan kertas di genggamannya.

Pak Choi membenahi kacamatanya, menelisik satu persatu wajah siswanya. Kemudian mulai membuka suara.

"Karna saya di pilih kepala sekolah untuk menjadi panitia olimpiade fisika, maka saya akan memberi tugas kepada kalian selama sebulan saya tak mengajar di kelas ini"

Mendengar kata tugas, membuat Seulbi menunduk lemas, sedangkan Minji berbinar cerah. Sungguh perbedaan yang sangat kontras dari keduanya.

"Tugas kalian hanya mencari narasumber, mewawancarainya untuk mendapatkan informasi. Harus sebuah perusahaan, lalu setelahnya isi lembar ini dengan informasi yang kalian dapat, sebagai bukti, kalian harus memotret kegiatan wawancara kalian"

Pak Choi mengangkat tinggi tinggi lembar kosong di tangan kanannya, membuat beberapa murid mengangguk.

"Ini tugas perkelompok, satu kelompok harus empat orang, kumpulkan tugas ini sebelum bulan depan, mengerti?"

"Iya Pak"

Pak Choi mengangguk, kemudian menyuruh ketua kelas untuk segera membagikan lembar tadi.

"Saya keluar dulu, selama saya keluar, bentuklah kelompok kalian"

Sepeinggalan Pak Choi. Minji segera berteriak memanggil Lisa dan Hana untuk sekelompok dengan mereka.

Kedua gadis itu segera berlari kecil, duduk di depan Seulbi dan Minji. Ketua kelas segera mengatur, lalu membagikan lembaran tersebut.

"Omong omong, kita mau kemana?"

Lisa menatap satu persatu teman sekelompoknya.

"Kalian ada tidak kenalan atau saudara yang bekerja di sebuah perusahaan?" Hana memberi saran, membuat Minji mengerling.

"Aku ada!"

"Oh ya? Wah bagus, tugas ini sepertinya akan sangat mudah!" Lisa berteriak semangat. Membuat Seulbi menutup telinganya.

"Hari ini saja, biar cepat selesai" Hana.

"Ide bagus, bagaimana Seul? Kau mau ikut?" Minji menyenggol lengan gadis di sampingnya yang mulai memejamkan matanya.

"Hm? Tidak, kalian saja, aku numpang nama" Minji menghela nafas maklum.

"Huh, tidak seru!" Teriak Hana.

Seulbi mendelik, kemudian mengangkat bahunya.

"Seulbi?!"

Keempat gadis itu terlonjak kaget saat seseorang berteriak. Berjalan kearah mereka dengan tergesa gesa, membuat seisi kelas melongo.

Seulbi melotot tak percaya.

"M-mingyu?"

"Seul, kumohon dengarkan penjelasanku, aku tak pernah bermain di belakangmu, kumohon"

Seulbi kebingungan sendiri ketika Mingyu mulai berlutut dan menggenggam tangan nya erat, mata hitamnya melirik ketiga temannya yang sama bingungnya.

"A-aku tak bisa"

"Sekali ini saja, di tempat biasa kita berkencan"

Gadis itu menatap jengah lelaki di hadapannya, sungguh Seulbi begitu muak melihat Mingyu, ingin rasanya gadis itu menendang wajah brengsek itu.

"Aku tak bisa, ada tugas bersama mereka" Seulbi sedikit melirik kepada temannya, membuat Minji segera mengangguk.

"Iya! Dia ada tugas kelompok dengan kami"

"Sana hush hush, mau diskusi malah di ganggu" Lisa mengusir Mingyu, membuat lelaki itu menggerutu.

"Ck, aku akan terus menemuimu sampai kau mau mendengarkanku, Seul" Kemudian, lelaki itu pergi dari kelas, membuat Seulbi memijat kepalanya pusing.

"Jadi kau ikut?" Hana.

Seulbi mengangguk pasrah, kemudian meletakan kepalanya di atas meja.

Lisa bersorak.

"Baiklah, pulang sekolah kita akan ke perushaan Jeon Corps!"

Seulbi menghela nafas, kemudian teringat sesuatu.

Jeon? Seperti pernah mendengarnya.

"Apa? Jeon?"

Minji mengangguk semangat.

"Kau tak mendengar pasti! Kami tadikan sudah diskusi akan ke perusahaan Jeon"

"Kenapa harus disana?"

Hana mendelik kesal.

"Kan pamannya Minji bekerja disana, masa kita harus ke perusahaan Park"

Lisa tertawa lucu, membuat Seulbi mendengus sebal.

"Makanya, kalau orang lagi diskusi, dengerin" Minji menjitak pelan kepala Seulbi.

"Iya iya ibu tiri" Lisa dan Hana tertawa, sedangkan Minji semakin gencar menjitaki kepala Seulbi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jamais VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang