Menatap ke atas langit.
Melihat sekeliling sekitar. Hati yang hampa.Lalu hujan yang tiba-tiba turun.
Sejenak pikiran itu mulai datang.
Tentang bagaimana kehidupan ku.Untuk apa aku harus bertahan!.
Menyebalkan memang ketika hati teriak membutuhkan bantuan. Seketika semua bisu. Tidak seperti keramaian, saat mereka seperti harimau yang memburu mangsa-nya. Mereka hanya mementingkan ego atas keingingan mereka.
Namun ketika ia lemah. Mereka menindas-nya. Tidak! Apa yang aku pikirkan. Ini adalah prasangka ku saja. Tidak mungkin mereka seperti itu.
Begitu bodohnya selalu terjebak pada prangsa-ku sendiri. Itu yang mengacaukan pikiran ku. Ah syit! Bodoh! Bodoh! Bodoh sekali diriku!. Aku tidak mungkin seperti ini bagaikan pohon yang menunggu ajal hingga tumbang dan lapuk. Jika memang benar mereka harimau yang sedang kelaparan dengan ego . Maka aku yang harus berubah tentang bagaimana mengatasi mereka. Pola pikir.
Aku ingin berguna!. Aku ingin melihat canda, tawa seseorang terlihat begitu tulus. Entah seberapapun mereka dengan egonya. Aku tidak peduli. Aku hanya merasa bahwa aku harus menyemangati diriku sendiri tanpa harus bergantung kepada orang lain. Terlalu pedih memang. Jika hanya untuk terus diingat.
Namun, aku berpikir bahwa mementingkan banyak hal terlalu membuatku terpuruk hingga aku lupa bahwa aku juga membutuhkan banyak hal untuk di hadapi. Memang ini Egois. Tapi bagi-ku mementingkan hal pada yang mendesak dengan kebaikan itu jauh lebih pentingan dibandingkan dengan anjing dengan tulangnya.
Aku beristirahat ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Intovert : Pemimpi Yang Tertunda.
Non-FictionIa adalah seseorang yang bisa di bilang tidak tahu arah. bisa salah kaprah. Tidak tau menau tentang arah pulang. Ia hanya tidak memiliki banyak mimpi terkadang juga tidak terpikirkan. Bagi dia, lebih baik mempunyai 1 mimpi dengan 1000 langkah dib...