Saat ini Syahda dan Tari sedang berada di kantin. Jam menunjukkan pukul 10 pagi. Selesai kuliah mereka tidak langsung pulang, mereka lebih memilih mengobrol di kantin sambil menunggu salah satu dari mereka dijemput.
"Perut lo udah sebesar itu, lo kok masih kuliah si Syah ? Ngeri gue liat nya" komentar Tari saat melihat perut Syahda yang buncit. Padahal Syahda sudah memakai baju gamis yang besar, tapi perut Syahda masih terlihat besar.
"Lebay banget sih tar. Ini tuh udah 6 bulan wajar lah kalau besar. Lagian Syahda mau ngambil cutinya waktu udah 8 bulan, sekalian ngambil cuti 1 tahun" ucap Syahda sambil mengunyah bakso yang ada dihadapannya dengan lahap dan itu udah mangkok yang kedua. Semenjak Syahda hamil, nafsu makan nya meningkat.
"6 bulan tapi udah sebesar itu, gimana kalau 9 bulan ? Lagian pak Devan kok masih ngizinin lo kuliah sih ?" tanya Tari heran.
"Syahda belum mau cuti. Bosen tau kalau dirumah aja, lagian kan kuliah nggak sampe satu harian. Paling cuma beberapa jam, dan kata dokter juga Syahda itu harus banyak bergerak biar melahirkannya nanti bisa normal" jelas Syahda. Tari hanya menganggukkan kepala paham.
Teman teman Syahda satu angkatan sudah pada tau kalau Syahda sudah menikah dengan Ali. Malah para cewek yang pernah nge fans sama Ali sempat patah hati saat tau dosen kesayangan mereka sudah menikah dan hanya bisa mendoakan semoga dosen nya tersebut bisa bahagia dengan istri nya.
"Eh, gue balik duluan ya. Udah dijemput sama adek gue, lo nggak papa kan gue tinggal ?" tanya Tari.
"Santai aja kali. Yaudah sana pulang" usir Syahda dengan mengibas tangannya.
Tari beranjak dari duduknya. "Gue duluan ya! Kalau ada apa apa telfon gue. Bye" pamit Tari dan segera berjalan kearah parkiran.
Syahda menyudahi makannya dan beranjak dari duduknya untuk pergi keparkiran. Ia belum ada menelpon Ali maupun Ari untuk menjemputnya. Syahda merogoh handphone yang ada di tas selempangnya untuk menghubungi Ari agar menjemputnya.
Tin..tin..tin
Syahda menoleh kearah sumber suara yang mengklakson tepat didepannya. Di depannya terdapat mobil putih yang tidak asing bagi Syahda.
Kaca yang ada disebelah kemudi terbuka, terlihat Farhan yang duduk didepan kemudi dan tersenyum padanya.
"Mau pulang Syah ?" tanya Farhan.
"Iya. Ini mau nelpon Ari untuk jemput" jawab Syahda.
"Sama gue aja, gue mau pulang juga kok. Sekalian lo mampir kerumah gue, Naura kangen sama lo" ucap Farhan.
"Yaudah, Syahda ikut sama Farhan. Syahda juga kangen sama Naura" Syahda berjalan kearah pintu yang ada dibelakang. Seperti biasa saat naik mobil dengan Farhan Syahda akan duduk dibelakang.
"Gimana keadaan Naura ? Masih sering sakit perut ?" tanya Syahda saat mobil sudah melaju berbaur dengan kendaraan lainnya.
"Udah mendingan Syah. Udah nggak separah kemarin, sekarang pun udah mau makan" jawab Farhan seadanya.
"Alhamdulillah kalau gitu" ucap Syahda. Farhan hanya tersenyum.
Selama perjalanan menuju rumah Farhan, hanya keheningan yang tercipta. Syahda melihat gedung gedung tinggi dari jendela mobil sedangkan Farhan fokus menyetir. Semenjak mereka membina rumah tangga masing masing, hubungan mereka tidak sedekat dulu. Ada sekat yang membatasi mereka.
"Udah nyampe Syah" ucap Farhan membuyarkan lamuna Syahda.
"Eh iya" sahut Syahda.
Mereka keluar dari dalam mobil saat mobil udah terparkir didepan rumah Farhan. Farhan dan Naura memang masih tinggal di rumah orang tua Farhan karna memang Bunda yang memaksa. Aisyah yang tidak mempunyai anak perempuan meminta Naura agar mau tinggal dengan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALO, My Baby!
Spiritualsekuel dari "Rasa Yang (tidak) Diharapkan" Keluarga adalah segala galanya bagi Devano Aliansyah Putra yang biasa dipanggil Ali. Apalagi istri yang sedang hamil membuat Ali harus ekstra sabar meladeni sifat absurd istrinya. Disarankan untuk membaca "...